Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Alasan Aku Suka Film Horor

12 Oktober 2023   12:16 Diperbarui: 12 Oktober 2023   14:48 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setan apa yang paling kamu takuti? Kalau saya sih paling takut dengan yang namanya pocong. Pokoknya jauh lebih takut ketemu atau kepikiran dengan pocong dibanding ketemu dengan setan lain semacam kuntilanak, sundelbolong, buto ijo, atau wewe gombel. Nah, omong-omong tentang film horror. Aku berpikir, mengapa sih film horror selalu mampu menarik minat penonton indonesia. memang tidak semua ya, tergantung jalan cerita serta eksekusi. Horror kalau zonk juga gak bakal dilirik sama penonton, tapi mengapa tema ini disukai oleh penonton?

Kalau menurut pendapatku sih, karena sering mendengar kisah-kisah horror sih. Mau pas di kota, di desa, sering sekali mendengar kisah-kisah horror yang tidak bisa masuk akal tapi dipercaya oleh Masyarakat. Kupikir hal ini hanya ada di desa, tapi di kota pun juga pengaruh horror ini sangat kentara. Memang sih ada orang-orang yang sangat logis dan sangat mengandalkan science dalam memandang segala fenomena, namun jauh lebih banyak orang-orang yang menghubungkan fenomena dalam kehidupan sehari-hari dengan hal-hal yang berbau klenik. Contoh paling gampang adalah kisah yang sempat viral adanya tuduhan babi ngepet di Bekasi dulu yang ternyata merupakan rekayasa. Atau tuduhan seseorang punya pesugihan hanya gara-gara dia selalu ada di rumah tidak bekerja selayaknya orang namun selalu mendapat income, padahal sang tertuduh memang bekerja melalui media internet. Hal yang simpel ini membuat kita berpikir bahwa hal-hal tidak logis ini paling mudah ditemukan, dan menurutku juga jawaban paling gampang dari banyak hal yang terjadi dalam kehidupan daripada sibuk berpikir logis mengenai fenomena tersebut.

Apalagi kalau kisah-kisah itu menjadi viral. Misalnya saja kisah gundul pocong Walisdi, atau kisah di ambang kematian, belum lagi kisah sewu dino yang juga pernah viral di twitter. Berbagai kisah horror ini yang viral di media sosial tentu membuat orang menjadi penasaran, seperti apa sih saat kisah tertulis ini diubah menjadi media visual. Apalagi yang menjadi pangsa pasar dari film film horror merupakan generasi muda yang juga sangat terpengaruh oleh media sosial , maka potensi untuk mendulang cuan melalui film horror itu menjadi sangat tinggi.

Berbagai kisah yang kita dengar dalam kehidupan sehari-hari kemudian diubah menjadi film tentu menjadi daya tarik bagi penonton indonesia. tentu ini jauh lebih nyambung daripada membuat film dengan tokoh utama adalah manusia serigala atau drakula ala ala film barat hehehehe. Film horror juga berkaitan dengan kehidupan beragama. Agama umumnya memiliki keyakinan bahwa ada kehidupan tak kasat mata di dunia ini yang juga eksis selain manusia. Misalnya saja film dengan tema pocong. Itu mengingatkanku aja bahwa sesudah kita mati, kita pasti akan berakhir dengan bentuk ditutup kain kafan seperti pocong. Melihat setan pocong seperti melihat kehidupan kita di masa yang akan datang saat kematian sudah tiba. Bukankah kita semua sedang antri untuk meninggalkan dunia ini dan bagi umat muslim kita akan berakhir dengan bentuk pocong? Jadi setan pocong pasti paling bikin takut.

Belum lagi, dalam agama juga diajarkan setan atau jin akan mengganggu umat manusia dalam berbagai bentuk, mulai dari seperti manusia hingga berubah bentuk seperti bentuk-bentuk setan yang kita kenal pada umumnya. Biasanya kita hanya mendengarkan deskripsi cerita dan mengimajinasi sosok makhluk halus itu, maka dalam film ini kita bisa melihat visual seperti apa, walau itu belum tentu sama dengan imajinasi kita. Selama agama masih menjadi hal yang wajib dan ditanamkan di dalam diri Masyarakat sejak kecil, maka film horror yang berbau klenik juga tidak akan punah, karena horror  yang muncul itu juga masih relate dengan Masyarakat dan agama, terkhusus Islam (jika bicara pocong ya, hehehe)

Menonton film horror juga bisa memicu adrenalin. Sensasi ketakutan, teriak-teriak itu jujur saja nagih sih. Aku masih ingat kalau waktu kecil nonton film horror itu suka banget nutup wajah pake bantal atau jaket kalau ada adegan setan. Tapi tetap saja nonton. Di bioskop juga sama, pas muncul adegan setan atau menyeramkan, maka tetap saja menutup mata, atau menutup wajah dengan jaket atau apalah. Belum lagi, menonton film jenis ini tentu tidak enak kalau hanya menonton sendiri, harus menonton bareng teman-teman untuk merasakan sensasi kengerian itu. Tentu ini membuat penonton menjadi banyak dengan sendirinya.

Kisah-kisah horror ini juga sudah tertanam sejak kecil sehingga hubungan dengan kita menjadi sangat dekat. Aku masih ingat sejak masih kecil sudah sering mendengar kisah pocong, wewe gombel yang suka menyembunyikan anak kecil, kuntilanak, pesugihan. Bayangkan kalau sejak kecil sudah tertanam dan disosialisasikan berbagai kisah seram (dulu aku suka baca majalah misteri dan majalah liberty yang banyak kisah seram sih) maka mau mencoba berpikir serratus persen dengan menggunakan logika itu menjadi sangat susah. Bukan berarti segala sesuatu dihubungkan dengan hal-hal klenik kalau terjadi apa-apa, namun ada saat-saat tertentu dimana tiba-tiba kepikiran jangan-jangan ada sesuatu yang sedang terjadi dan tidak bisa dilogika.

Film horror itu juga bisa menjadi sarana melepaskan stress lho. Biasanya saat stress itu kan kita ingin berteriak kencang, tapi tidak bisa melakukan hal itu. Nah, dengan menonton film horror maka kita bisa berteriak sekencang-kencangnya saat menonton (tentu di saat yang tepat ya) mulai dari saat adegan kemunculan setan, atau adegan jump scare yang mengagetkan penonton, terkesan sepele tapi kayak puas saja bisa tiba-tiba teriak gitu saat adegan jumpscare. Film horror juga seringnya sering digunakan untuk uji nyali. Aku masih ingat dengan ponakan-ponakanku di depan laptop. Aku sedang menonton film conjuring, udah aku bilang bukan untuk ditonton anak-anak, tapi ponakan-ponakanku masih aja ngeyel padahal masih SD. Mumpung yang nonton tidak satu orang tapi banyak, jadi mereka berani  menonton. Ada rasa kepuasan tersendiri saat berhasil membuktikan bahwa kita berani menonton film horror dari awal sampai akhir tanpa henti. Hihihihihihihihihi (nggak tahu deh, ngefek ke mindset mereka gak , misal malam-malam gak berani ke toilet sendirian gitu wkwkwkwk)

Nah, menurutku, film horror yang sudah menjadi viral di media sosial sangat besar kemungkinan akan menjadi laku. Bukankah KKN penari, Di Ambang Kematian, Sewu Dino, maupun Pocong Gundul itu viral di media sosial dan akhirnya laku di pasaran. Bisa sih membuat kisah horror yang bukan dari kisah viral, tapi penulis naskahnya harus ok agar mampu menarik minat penonton seperti  Pengabdi Setan atau Perempuan Tanah jahanam. Tetapi kalau bisa mengambil kisah yang sudah viral dan peluang mendapatkan cuan lebih jelas, mengapa harus membuat naskah baru yang bisa saja buang waktu dan berjudi? Yang jelas aku tetap suka aja sih film horror dan lagi menunggu film Sijjin versi Indonesia, pasti seru kalau melihat versi Turki yang ok punya. Bagaimana pendapat kalian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun