Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Bahaya Anak Tidak Menonton Film Sesuai Usia

23 Juli 2022   19:40 Diperbarui: 26 Juli 2022   18:00 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak menonton film yang tak sesuai kategori usianya. Sumber: Joanna Zieliska via Kompas.com

Apa yang paling mengganggu bagi kita sebagai penonton di Bioskop?

pasti jawabannya macam-macam, mulai dari orang-orang yang masih main HP mereka dengan cahaya layar yang cukup terang (itu cukup mengganggu sih), mulai dari sampah yang berserakan setelah film selesai, atau mungkin penonton yang cukup berisik namun tidak terkait dengan film tersebut. 

Atau apalagi ya? Hmmmm, kalau aku sih yang sekarang cukup mengganggu adalah masalah penonton membawa anak-anak.

Ya, membawa anak-anak, itu hal yang sangat menggangu banget bagiku. 

Hal ini disebabkan film yang ditonton bukanlah jenis film yang layak ditonton untuk anak-anak, tapi umumnya film yang memiliki rating diatas 13+ bahkan 17+. Aku masih ingat saat menonton film KKN Penari dan terakhir adalah Ivanna yang masih saja ada penonton (entah kakak atau orang tua) yang membawa anak-anak dengan usia jelas-jelas di bawah 10 tahun alias masih SD. 

Aku masih ingat saat sedang lagi tegang-tegangnya menonton film horror, kemudian ada tangisan anak-anak yang ingin keluar dari bioskop atau karena merengek minta sesuai kepada orang tuanya dan orangtuanya tidak segera menuruti keinginan anaknya tapi masih fokus pada tayangan bioskop. Itu benar -benar bikin stress mendengarnya. 

Ingin banget langsung berdiri dari kursi dan mendamprat si orangtua untuk segera membawa anak mereka keluar dari bioskop.

Apakah orangtua tidak pernah membaca atau menonton tentang dampak anak-anak yang menonton film tidak sesuai usianya ya? Padahal internet begitu mudah untuk diakses, tinggal klik kata kunci nanti akan muncul berbagai pilihan sesuai yang kita inginkan. 

Atau orang tua tahu namun tidak mau tahu ? jadi teringat hal ini pernah jadi bahan artikel di media sosial bagaimana seseorang menegur orangtua yang membawa anaknya ke bioskop dan melihat anaknya yang menangis mengganggu penonton yang lain. 

Jawab si orang tua, intinya"kamu belum ngerasain jadi orang tua, kalau kamu ngerasain jadi orang tua maka kamu pasti akan bisa memahami."

Hmmmm, bagiku, bukan masalah memahami maupun tidak , namun pasangan suami istri saat memutuskan sudah menikah dan memiliki anak, mereka harus sadar bahwa mereka bukan lagi anak muda yang bebas kemana-mana tanpa batas.

haibunda.com
haibunda.com
Saat mereka ingin sesuatu, pasti aka nada konsekuensi  yaitu anak-anak mereka juga pasti harus dilibatkan. 

Sukar sekali untuk mengejar kesenangan pribadi tanpa meninggalkan anak. Hal ini harusnya membuat orang tua harus memiliki prioritas, apakah memang mereka itu bisa menonton film berdua (atau sendiri) tanpa anak, atau haruskan menonton dengan anak? Jika menonton dengan anak, apakah tontonan itu laik untuk anak-anak?

Ada banyak film yang cocok untuk anak-anak namun malah penontonnya sedikit, padahal harusnya banyak jika melihat komposisi bahwa film-anak-anak mau tidak mau pasti ada orang tua yang menemani. Film-film bertema keluarga atau film anak ini harusnya mampu menggaet jumlah penonton yang besar karena pasti melibatkan anak-anak dan orang dewasa. 

Nyatanya film bertema anak-anak susah sekali menembus angka sejuta dollar, eh penonton. Film Keluarga cemara 2 misalnya, yang  cocok untuk ditonton keluarga hanya berkisar pada angka empat ratusan ribu saja (sampai saat ini). Jauh berbeda dengan film KKN Penari yang mampu menembus 9 juta penonton.

Suami Istri yang sudah memiliki anak, harus memahami bahwa jika mereka ingin menonton film dengan rating dewasa, mereka harus mengalah, misalnya salah satu menonton sendiri dan lainnya jaga anak, atau anak untuk sementara dititipkan dulu ke ART (jika keluarga kaya lho hehehe) atau ke rumah nenek mereka supaya mereka bisa menonton berdua. 

Sepertinya merupakan hal yang tidak mungkin (atau susah) suami istri menonton sendiri sendiri ke bioskop dan menjalankan peran yang bergantian, pasti mau tidak mau harus mengajak pasangan. Kalau mengajak pasangan, maka otomatis anak dirumah tahu bahwa orang tua mereka akan pergi, jadi mereka pasti juga merengek-rengek minta ikut.

Terus ini salah siapa? Salah bioskop kah? Ya kalau kita saling menyalahkan dan mencari kambing hitam ya pasti akan ketemu. Namun, kalau saya ada di posisi sebagai pemilik bioskop, saya pasti tidak akan berpikir, ini orang tua bawa anak atau tidak, tayangan tidak sesuai atau sesuai dengan usia anak, bagi saya yang penting tiket terjual dan saya laku keras. 

Bagi saya, orang tua sudah dewasa dan mereka pasti sudah sering mendengar iklan di bioskop untuk menonton film sesuai dengan usia. Jika mereka melanggar, maka mereka harus paham dengan konsekuensinya, jadi tidak perlu menyalahkan pihak pengelola Cinema/bioskop ini. 

Kesadaran orang tua menjadi penting apalagi banyak orang tua yang juga pasti dari golongan cukup terdidik (setidaknya pernah sekolah kan, jadi tahu baca tulis).

Padahal kalau anak-anak sering menonton film yang tidak sesuai dengan usia mereka akan membawa dampak negative bagi anak-anak sendiri. Anak-anak belajar dari cara meniru apapun yang ada disekitar. Jika mereka melihat adegan berdarah-darah,a degan kekerasan maka mereka pasti akan meniru adegan tersebut untuk kehidupan sehari-hari. 

Anak-anak juga belum bisa membedakan dengan baik apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang buruk.Hal ini disebabkan perkembangan otak anak-anak masih belum sempurna. 

Dari sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh National Institute of Alcohol Abuse dan Alcoholism menunjukkan bahwa anak-anak kecil dibawah umur yang menonton film remaja lebih cepat dan lebih mungkin untuk mencoba alcohol, rokok dan seks bebas.

Aku jadi teringat waktu masih SD (lupa kelas berapa) karena suka membaca komik Tapak Sakti dan Tiger Wong (generasi tua pasti tahu nih komik tersebut) karya Tony Wong, jadi suka banget mencoba untuk adu berkelahi dengan menggunakan jurus-jurus yang ada di komik tersebut (dan pada saat sedang berkelahi eh malah jatuh ke got hahahaha). 

Hal yang saat dewasa baru aku sadari itu karena aku masih kecil dan mencoba untuk mengikuti apa yang kubaca dari komik tersebut. Pola yang sama juga pasti terjadi pada anak-anak yang mendapatkan paparan adegan-adegan yang tidak sesuai dengan usianya.

Anak juga belum mengerti mana fantasi dan mana yang nyata. Apa yang dilihat seolah-olah juga ada di dunia nyata. 

Mereka belum bisa membedakan mana yang hanya acting dan mana yang nyata. Jika anak melihat tokoh jahat di film, maka dia pasti berpikir bahwa sang pemeran tokoh itu beneran jahat di dunia nyata juga. 

Atau kalau itu film hantu, anak bisa berpikir bahwa hantu itu juga akan muncul di dunia nyata. 

Tentu kita semua pernah saat menonton film horror waktu kecil, setelah film selesai, kita tidak berani untuk pergi ke WC sendiri (apalagi kalau ke toiletnya itu keluar dari rumah induk seperti saya dulu yang gelap gulita hahahaha) karena terbayang-bayang tokoh hantu yang bisa muncul kapan saja. 

Aku juga ingat film jadul yaitu setan bertangan cakar panjang Fredie Krueger yang menghantu satu kota, itu bener-benar kepikiran jangan-jangan itu setan nongol saat sedang mau tidur. Hahahaa

Bayangkan saat ada adegan film ciuman atau HS (walau singkat) seperti di film Perempuan Tanah Jahanam (PTJ) dan KKN Penari, apa yang harus kita katakana kepada anak-anak, apakah langsung menutupi mata mereka Ketika ada adegan tersebut? 

Ok kalau menutupi, tapi bagaimana dengan suara desahan mereka? 

Apa yang akan kita jelaskan kepada anak-anak. 

Jujur saja waktu dulu masih anak-anak melihat adegan dewasa seperti itu saja jadi kepikiran kenapa kok orang dewasa melakukan itu ya, wkwkwkwkwkw, dan baru kejawab saat sudah SMP.

Tentu masih ada dampak lain bagi anak (terkait fisik tubuh) msial mereka mual, pusing, tidak nyaman dll jika mereka menonton film yang tidak sesuai usia, namun itu tidak saya fokuskan.

Jadi, untuk bapak ibu yang sudah punya anak, tolong kendalikan diri anda untuk menonton film dewasa (bukan film dewasa bok*p ya) di cinema. 

Kalau memang tidak memungkinkan untuk menonton tanpa anak, maka lebih baik tidak menonton daripada suara anak mengganggu orang lain (jika adegan horror atau lapar) jika berdampak bagi perkembangan psikologis anak. 

Efeknya tidak untuk sekarang tapi untuk jangka panjang yang baru akan disadari saat mereka sudah remaja atau dewasa. Kalian sudah bukan lagi pasangan single yang bebas kemana mana sendirian, tapi sudah ada "ekor" yang akan mengikuti kalian kemana saja kalian mau liburan. 

Jadilah orang tua yang bijak, bukan orang tua yang berusaha menuruti keinginan sendiri tapi mengorbankan anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun