Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menjaga Fungsi Kawasan Mangrove di Surabaya

17 Agustus 2021   16:31 Diperbarui: 23 Agustus 2021   07:25 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liburan membuat saya selalu ingin keliling kota Surabaya. Akhirnya saya putuskan untuk pergi ke kawasan wisata mangrove di Wonorejo siang hari ini. Lokasinya ada di sebelah timur kota Surabaya. 

Melihat betapa rimbunnya mangrove di sini, membuat saya bersyukur dengan pemerintah kota Surabaya yang mampu menjaga keberadaannya. 

Kota Surabaya sebagai kota yang terletak di tepi pantai dengan ketinggian antara 3-6 meter di atas permukaan air laut (DPL) tentu membuat kota ini rentan untuk terendam air laut.

Tentu kita masih ingat bagaimana Jakarta yang juga merupakan kota pesisir yang mana oleh presiden Amerika Joe bidden diproyeksikan akan tenggelam. Atau berdasarkan penelitian dari ITB bahwa di tahun 2050 sekitar 95% wilayah Jakarta akan tenggelam karena penurunan permukaan tanah yang sangat besar tiap tahunnya. 

Apa yang terjadi di Jakarta perlu dijadikan pelajaran agar kota Surabaya tidak mengalami hal yang sama. 

Kota Jakarta yang sudah terlalu padat penduduk dengan luas wilayah sekitar 661 km2 dengan jumlah penduduk hampir 10 juta. 

Sementara kota Surabaya memiliki luas wilayah 326 km2 degan jumlah penduduk 2,8 juta jiwa. Setidaknya penduduk kota Surabaya tidak sepadat Jakarta.

Pemanasan global merupakan sesuatu yang nyata. Banyak kota di pesisir pantai yang diprediksi akan tenggelam, negara-negara kecil di oceania seperti Kiribati dan Tuvalu juga sudah diprediksikan hilang ditelan laut karena peningkatan muka air laut.

Bahkan negara Tuvalu sudah meminta Australia agar mereka dapat mengungsikan penduduknya ke Australia. 

Kota Surabaya juga harus berbenah untuk menghadapi ancaman peningkatan ketinggian air laut yang nyata, atau bakal diprediksi tenggelam seperti kota-kota besar lain di dunia.

Sekarang mari kita perhatikan luas kawasan mangrove di dua kota ini. Luas mangrove di kota Surabaya adalah 1100 ha pada tahun 2017 berdasarkan catatan dari dinas kota Surabaya. Sementara luas mangrove di Jakarta atau lebih tepatnya di kawasan Angke Kapuk seluas 44 ha. 

Dengan perbandingan luas ini saja, kawasan mangrove di Surabaya jauh lebih luas dibanding di Jakarta. Padahal mangrove memiliki beberapa fungsi utama yang perlu kita pertahankan demi kelestarian lingkungan. 

Beberapa fungsi itu adalah fungsi fisik, fungsi kimia, fungsi ekonomi dan fungsi biologi (setidaknya itu yang saya pelajari di bangku sekolah).

Apa saja fungsi fisik itu? 

Nah, jelas sekali mangrove bisa membantu mencegah abrasi pantai yang disebabkan oleh gelombang laut yang sangat besar. 

Gelombang laut yang besar bisa dipecah kekuatannya dan dihambat daya hancurnya dengan menanam mangrove di sepanjang pantai. 

Tentu saja lebih baik mencegah daripada mengobati. Jangan sampai pantai sudah rusak parah, baru ditanami mengrove (walau sah-sah saja sih).

Apakah itu berarti Surabaya bebas dari banjir rob? 

Kenyataannya tidak. Banjir rob masih menimpa kota Surabaya, tapi menurut saya, dampak yang ditimbulkan dari banjir rob yang di Surabaya tidak sebesar dan separah banjir rob di kawasan Semarang atau Jakarta. 

Saya masih ingat, dulu pas di Semarang, saya jalan jalan di suatu tempat (duh lupa daerahnya) yang jelas dari simpang lima ke arah timur. 

Di kawasan tertentu, saya mencium bau amis dan asin. Padahal lokasinya menurut saya masih jauh dari pantai. Kata teman itu karena banjir rob bergerak jauh sampai ke Kawasan itu.

Saya melihat daerah seperti kecamatan Sayung yang ada di Demak dan Semarang mengalami kerusakan yang parah akibat terjangan ombak laut. 

Satu desa bahkan menghilang ditinggal penduduknya padahal dulunya desa itu merupakan kawasan pertanian. 

Di desa itu (yang saya lihat di YouTube) hanya tersisa satu keluarga yang mencoba mempertahankan keberadaan desa ini supaya sejarah desa ini tidak hilang begitu saja karena terjangan ombak laut yang ganas.

Selain itu, mangrove juga berguna untuk menjaga garis pantai agar tetap stabil. Bayangkan kalau tidak ada mangrove, maka garis pantai akan terus maju ke daratan karena proses abrasi yang terjadi terus menerus. 

Dampak lebih lanjut akan mengganggu aktivitas warga, penduduk mulai berpindah ke tempat lain, bangunan-bangunan juga mulai akan rusak karena terjangan dari ombak laut yang ganas. 

Kalau ada mangrove, maka luas wilayah juga akan stabil bahkan bisa cenderung meluas karena mangrove memiliki fungsi lain.

Fungsi itu adalah menahan sedimen. Mangrove umumnya tumbuh di daerah yang dekat dengan muara sungai. Aliran sungai pasti akan membawa endapan untuk dialirkan ke muara sungat atau laut. 

Dengan adanya mangrove, maka akar-akar mangrove akan menangkap endapan sedimen yang terbawa aliran sungai tersebut. 

Dalam jangka waktu lama, kawasan yang semula kawasan perairan akan berubah menjadi daratan baru (tentu dengan proses yang cukup lama). Kawasan daratan yang baru bisa dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi penduduk.

Nah, fungsi fisik lain dari mangrove adalah mampu mencegah intrusi air laut. Bisa dibayangkan bukan, kalau kita sedang butuh air untuk minum, eh air sumur kita ternyata rasanya asin atau payau? 

Tentu tidak nyaman sekali kalau air yang akan kita konsumsi itu ternyata mengandung air laut yang asin gara gara air laut menembus masuk ke daratan. 

Adanya mangrove yang memecah ombak air laut membuat masuknya air asin ke daratan bisa diperkecil sehingga tidak terjadi kelangkaan air tawar di daratan.

Fungsi fisik berikutnya adalah menghambat tiupan angin kencang yang dari laut. Tiupan yang terlalu kencang dari laut bisa berdampak pada aktivitas masyarakat yang tinggal di sana. 

Tidak lucu bukan kalau kita sedang beraktivitas tapi barang-barang kita gampang berterbangan karena kencangnya angin yang berasal dari laut dan tidak ada penghambatnya.

Kemudian juga ada fungsi kimia. Secara umum fungsi kimia adalah sebagai penyerap karbondioksida yang tinggi. Melalui proses fotosintesis, maka karbondioksida ini bisa dioleh menjadi oksigen. 

Bahkan mangrove memiliki daya serap karbondioksida lebih besar dibandingkan hutan hujan tropis atau hutan gambut. Menghancurkan 1 ha hutan mangrove, emisinya setara dengan 3-5 ha hujan hujan tropis. 

Pembusukan tanaman mangrove juga melepaskan emisi karbon yang lebih kecil dari hutan tropis, karena hutan tropis yang melepaskan 50% emisi karbon di udara.

Dengan daya serap karbon yang lebih tinggi daripada hutan tropis, tentu keberadaannya harus dipertahankan.

Belum lagi karena lokasinya ada di muara sungai, hal ini akan membantu proses penyerapan limbah sungai yang terbawa ke laut. 

Di berbagai kota metropolitan yang ada di Indonesia, kesadaran masyarakat akan lingkungan masih kurang. Mereka sering membuang limbah rumah tangga ke sungai. 

Begitu juga dengan masih banyaknya industri yang membuang limbah cair mereka ke sungai. 

Dalam batas tertentu, sungai mampu menetralisir limbah yang ada. Namun masalahnya, limbah yang masuk ke sungai itu melebihi daya dukung lingkungan yang ada.

Hal ini tentu saja sangat berbahaya terhadap ekosistem sungai maupun lingkungan laut. 

Keberadaan Mangrove yang mampu menyerap limbah tersebut tentu saja membantu mengurangi dampak yang dihasilkan dari limbah cair yang terlalu banyak berada di dilingkungan. 

Bukan berarti kemudian karena ada mangrove maka kita semakin menyepelekan buang sampah atau limbah cair ke sungai ya. 

Bukan seperti itu, karena dalam batas tertentu tetap keberadaan tidak akan mampu menyerap semua limbah yang masuk ke sungai kalau jumlahnya jauh lebih besar daripada kecepatan untuk menguraikan limbah tersebut. 

Tapi setidaknya kita terlibat dalam usaha mengurangi kerusakan lingkungan bukan?

(Bersambung: Manfaat Adanya Kawasan Mangrove Wonorejo di Surabaya (Part 2))

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun