Siapa yang tidak mengenal Ken Angrok. Saya pernah membuat tulisan mengenai Ken Angrok berdasarkan Kitab Pararaton. Hanya saja tadi sesudah saya membaca kembali tulisan saya, saya menyadari satu hal yang mungkin menunjukkan bahwa sejarah itu kembali dan terus berulang.
Dalam kisah Ken Angrok, kita mengetahui bagaimana para Brahmana yang merasa ditindas oleh kertajaya akhirnya melarikan diri ke Tumapel untuk meminta perlindungan dari Ken Angrok yang sudah menjadi penguasa Tumapel (saat itu belum berdiri kerajaan Singhasari).
Tentu saja Ken Angrok menerima mereka dengan senang hati. Sebagai suatu wilayah yang masih berada di bawah negeri Daha, tentu menurut saya, dia berharap mendapat keuntungan dari kedatangan para Brahmana ini. Biar bagaimanapun Brahmana memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat saat itu. Dalam sistem kasta, mereka ada di kasta teratas yang keberadaaanya wajib dihormati karena menjadi penghubung antara manusia dengan para dewa.
Ya hasil akhirnya adalah para Brahmana mendukung upaya Ken Angrok untuk memberontak dan menyerang Daha. Bahkan mereka mentahbiskan Ken Angrok sebagai titisan dari Batara Guru karena terdengar dari mulut Kertajaya sendiri bahwa dia hanya akan kalah dari Batara Guru. Kalau yang mentahbiskan seseorang sebagai dewa adalah penyambung hubungan antara dewa dan manusia, maka siapa yang berani menyangkal?
Kedudukan para Brahmana  tentu lebih dipercaya. Kehidupan mereka yang dianggap lebih suci dan jadi panutan masyarakat tentu menjadi jaminan dari masyarakat bahwa apa yang diperkatakan oleh mereka itu memiliki legitimasi kuat. Bahkan Kertajaya sendiri kala mendengar bahwa Ken Angrok dilindungi dewa dewa (kedudukan Batara guru itu sangat tinggi derajatnya) langsung ciut nyalinya dan merasa bahwa dia akan kalah melawan Ken Angrok karena di belakang Ken Angrok adalah para dewa dewa. Tidak mungkin manusia seperti dirinya mampu melawan para dewa (walau Kertajaya berusaha menyamakan dirinya dengan para dewa).
Memang endingnya Ken Angrok menjadi raja sesudah mengalahkan Kertajaya dan dengan demikian kerajaan Kediri mengalami keruntuhan digantikan kerajaan baru. Istana Daha dan adik Kertajaya juga hilang lenyap (dibunuh dan dihancurkan atau benar benar lenyap secara ghaib?).Tumapel akhirnya berganti nama menjadi Singhasari. Kemudian apa kaitannya dengan masa sekarang?
Betul masa sekarang masyarakat di Indonesia , terkhusus di Jawa , sudah tidak lagi dominan memeluk agama Hindu. Namun, polanya tetap sama, bahwa pemimpin agama akan membawa pengaruh yang sangat besar di dalam masyarakat. Kedudukan pemimpin agama akan menentukan masyarakat dalam mengambil suatu keputusan.
Misalnya saja pemuka agama Islam, misalnya seorang kyai atau ulama mengatakan haram atau fatwa akan suatu hal, maka dengan sendirinya banyak sekali yang akan mengikuti. Memang tidak semua masyarakat Indonesia akan mengikuti. Namun masalahnya suara yang kecil ini namun sangat keras akan memengaruhi pengambilan keputusan masyarakat yang lebih besar. Misalnya saja masyarakat anti akan suatu hal, suara yang kecil, dengan melakukan sweeping di suatu daerah. Sebenarnya tidak semua pemeluk akan menyetujui, namun karena kelompok yang kecil memiliki suara yang sangat keras, daripada terjadi konflik dengan kelompok yang sangat vocal, maka lebih baik diam dan berusaha tidak melawan.
Para calon pemimpin daerah yang akan mencalonkan diri menjadi bupati, walikota, gubernur, bahkan presiden sekalipun, akan berusaha untuk mendekat para pemuka agama yang sangat berpengaruh kepada masyarakat. Sudah sering kita mendengar dan melihat bagaimana para calon pemimpin akan mendekat agar para pemuka agama mendukung mereka dan menyerukan para pengikutnya untuk memilih calon pemimpin itu.Biasanya sih yang paling mudah terlihat adalah para calon calon ini akan mendatangi pondok pesantren, selain untuk meminta restu umumnya juga secara tersirat meminta dukungan (sebagai orang awam ya, dan karena mayoritas di Indonesia itu muslim, maka ya saya ambil contoh muslim yang paling mudah)
Apakah berhasil. Bagi saya sih tentu saja berhasil. Apalagi kalau kehidupan pemimpin agama ini bisa dibilang sangat bersih , kehidupan yang relijius, atau kalau dia memiliki darah nabi, tentu efeknya jadi lebih besar. Â Bahkan saya sering melihat di media social atau di video bagaimana pemimpin pemimpin agama yang secara tutur kata menurut saya tidak pantas dikatakan oleh seorang pemimpin agama, namun kenyataannya jumlah pengikutnya sangat banyak. Dicoba menegur , mengkritik , yang ada justru diserang balik oleh para pengikutnya. Bagi para pengikutnya, para pemuka agama ini pasti benar karena dianggap pemahaman agama mreka lebih tinggi daripada masyarakat awam.