Apakah modern itu? Gara gara hal simple yang saya temui tapi ternyata cukup berdampak bagi saya. Jadi gini, pada waktu pulang ke kampungdi Solo kemarin (hehehe) , Kasur di kamar saya sudah diubah menjadi Kasur spring bed. Karena saya terbiasa pakai kasur kapas, maka tidur di tempat seperti spring bed ini terasa sangat tidak nyaman, akhirnya saya memindahkan Kasur itu dan nekat tidur menggunakan tikar saja.
Terus saat saya kembali ke Surabaya awal bulan ini, kos saya juga menggunakan spring bed. Nah, sepertinya kasur kapas sudah tidak sesuai zaman lagi, terutama bagi orang-orang yang mampu secara finansial. Dari yang aku amati, dikeluargaku, spring bed merupakan salah satu lambang kemapanan, kemajuan zaman, dan kasur kapas adalah lambang masa lampau.
Ini juga aku rasakan di kos saya yang sekarang. Kasur kapas seperti kurang praktis, lebih berat dibanding aasur busa. Saya sebenarnya bisa menerima hal ini andaikan bukan karena satu hal. Saya memiliki riwayat penyakit saraf kejepit (HNP). Tidur di tempat yang sangat empuk (cenderung tenggelam di Kasur busa wkwkwkw) membuat tulang belakang saya sakit semua.
Setiap orang yang memiliki riwayat HNP disarankan untuk tidur di tempat yang cenderung keras, bukan Kasur yang empuk. Kasur yang empuk bisa memperparah penyakit dan memperlambat proses penyembuhan (atau malah bisa membuat penyakit ini kambuh).
Dan selama beberapa hari tidur di atas kasur busa seperti ini membuat saraf saya menjadi kumat. Akhirnya saya memutuskan untuk tetap tidur di lantai daripada memaksakan diri tidur di Kasur tapi malah membuat riwayat HNP menjadi kambuh. Kasur busa yang saya gunakan untuk tidur memiliki ketebalan 15cm soalnya, itu bagi saya sangat tebal sekali. Kasur saya yang sebelumnya walau sama sama usa paling hanya 7-10 cm saja udah sakit saraf tulang belakang saya.
Ya, saya pernah terkena penyakit ini dulu gara-gara saya suka melakukan olahraga tapi jarang melakukan pemanasan.Hampir setiap hari dalam seminggu saya bermain badminton sepulang kerja. Â Gejala sakit pinggang tidak digubris sama sekali, dan langsung main badminton. Setiap sakit pinggang cuma dipikir sakit biasa, tinggal minum obat pereda nyeri dari dokter maka selesai. Hingga akhirnya sakit pinggang itu semakin parah dan akhirnya di vonis dokter harus melakukan operasi atau mengakibatkan kelumpuhan.
Berbulan bulan saya merasakan rasa sakit yang luar biasa dan mempengaruhi kinerja saya waktu itu. Ketergantungan obat pereda sakit menjadi hal yang sangat dibutuhkan (tapi juga sangat ditakutkan). Berbagai wisata pengobatan, namun tidak ada hasilnya. Hingga akhirnya melakukan peregangan sendiri dan mengkonsumsi obat herbal. Baru akhirnya bisa pulih.
Saya tidak tahu apakah saya benar-benar sudah pulih atau gak, tapi yang jelas , penyakit seperti ini bisa kembali kambuh apabila tidak menjaga diri dengan baik. Dan salah satu cara kambuh adalah dengan memaksakan diri melakukan kegiatan tertentu (misal angkat angkat berat) atau tidur di tempat yang sangat empuk. Jadi bukan berarti saya menyuruh kita mengganti kasur busa ya, cuma kalau anda punya riwayat penyakit ini, lebih baik jangan tidur di kasur busa apalagi kasur yang tebal 15 cm lebih. Ingat, lebih baik mencegah daripada mengobati (lagi).
Akhirnya saya mengambil keputusan untuk tidak menggunakan kasur busa dan tetap tidur di lantai saja, untuk menjaga kesehatan diri. Percayalah, bagi orang yang pernah terkena HNP, itu benar benar bagai suatu siksaan yang ingin segera di cabut siksaan itu. Aku percaya sekali, dengan rasa sakit yang luar biasa, pasti orang tidak ingin kembali terkena itu. Dan saya tidak peduli jika dianggap orang desa karena tidak mampu beradaptasi dengan tidur di tempat tidur busa. Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati? (saya akan menceritakan detail riwayat saya terkena HNP di postingan yang lain).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H