[caption caption="antara foto.com"][/caption]Plastic berbayar 200 rupiah. Sebenarnya ini isu lama tentang plastic berbayar yang sudah mulai diterapkan pada tanggal 20 Februari 2016 kemarin, namun saya baru bisa menulis sekarang. Kenapa? Karena dengan plastic berbayar, beberapa ahri kemudian, sampai kurang lebih dua minggu banyak pihak yang kontra dengan kebijakan ini, dengan alasan macam macam, ada yang beli di salah satu toko waralaba dan tidak mau bayar karena dianggap itu merupakan kebijakan pemerintah yang merugikan konsumen sampai harus di share di media social segala.
Saya jadi geregetan memmbaca berbagai artikel ini. Kenapa plastic yang hanya Rp. 200 aja banyak yang protes, padahal kalau kita pergi ke toilet saja, entah di pom bensin atau di Pusat perbelanjaan atau tempat wisata saja membayar Rp. 2000 dan kita tetap membayar (walau mungkin dengan hati jengkel). Dan saya yakin, hanya sekedar pergi ke toilet aja bisa seminggu berkali kali, apalagi bagi orang yangsuka jalan-jalan. Sementara itu kita parker saja paling murah sekarang adalah Rp.2000 untuk sepeda motor dan jauh lebih mahal kalau kita pakai mobil, dan kita mematuhi tanpa banyak protes
Berbagai hal yang terlihat sepele dan biasa kita lakukan itu namun menjadi luar biasa ribet kalau hanya diminta untuk membayar plastic 200 aja, yang nominalnya jauh lebih kecil, padahal justru itu harus dilakukan untuk mengurangi sampah plastic.
Kita sudah dnina bobokan dengan mudah mendapatkan tas plastic yang gratis dan dengan mudah kita akan langsung kala sudah tidak dgunakan. Berapa kali kita membeli barang entah hanya sedikit atau banyak dan kemudian ddiberi wadah tas plastic dan saat sudah sampai di rumah tinggal kita buang. Kita tidak berpikir untuk mengurangi jumlah sampahnya, yang terpenting adalah keindahannya saja dan kepatutan. Kita seakan abai terhadap fakta bahwa di Dunia dari banyak sumber Indonesia menghasilkan sampah plastic terbesar kedua di dunia (ada yang menyebut ketiga d dunia).Â
Dan begitu banyak contoh gambar foto yang menunjukkan bagaimana dampak plastic bagi lingkungan hidup, misalnya ikan paus yang mati dan didalamnya banyak ditemukan sampah plastic, atau hewan lain yang terjebak dengan sampah plastic, kita abai terhadap semua itu, karena yang terpenting bagi kita adalah rumah atau tempat tinggal kita bersih dari sampah, kalau tempat lain ada sampah, ya peduli amat.
Bagi sebagian masyarakat yang merasa bersalah, maka menggunakan plastic degradable adalah solusinya. Pastik seperti ini membuat beban masyarakat berkurang karena propaganda dari jenis plasti ini adalah mereka akan hancur terurai dengan sendirinya dalam jangka waktu beberapa tahun saja. Jadi akhirnya kita akan berpikir, ah , pakai plastic berkali kali langsung buang tidak apa-apa toh mereka akan hancur dengan sendirinya di alam. Padahal kenyataannya plastic degradable ini hanya berubah menjadi potongan-potongan kecil saja di alam, tidak terurai. Dan justru potongan-potongan kecil ini akan berbahaya bagi makhluk hidup karena akan dikonsumsi oleh hewan tanpa sadar.
Membayar Rp200 sebenarnya merupakan kebijakan pemerintah agar masyarakat mulai sadar dengan kerusakan lingkungan dan mulai berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Bukankah dalam UU no 32 tahun 2009 mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup setiap orang memiliki kewajiban dalam menjaga kelestarian lingkungan? Hanya saja denan nominal seperti itu masyarakat akan nggampangke toh hanya dua ratus perak saja, kecil itu, beli bensin 7000 rupiah saja mampu kok. Akhirnya masyarakat masih akan sukar untuk menyadari kerusakan lingkungan.
Menurut saya, harga plastic berbayar ini harus ditingkatkan, misalnya 1000-1500 dan perlu difokuskan di pusat pusat perbelanjaan saja, bukan di pasar pasar tradisional. Harapan dengan tingginya plastic ini adlaah masyarakat mulai berpikir untuk menggunakan plastics ekali pakai, tapi mulai belajar kemana kemana membawa plastic sendiri atau tas kain yang dapat digunakan berulang-ulang. Hal ini dengan sendirinya akan mengurangi sampah plastic yang sudah akut di sekitar kita. Bukankah tas kresek itu juga bisa digunakan berkali kali sehingga dengan sendirinya masyarakat belajar prinsip reduce dalam kehidupannya sehari hari, dan prinsip reuse alias menggunakan kembali suatu barang, sehingga mengurangi beban sampah dyang sudah menajdi masalah di ebrbagai kota di Indonesia.
Selama harga tas kresek/plastic ini masih rendah, maka kemungkinan masyarakat menyadari betapa sudah rusaknya alam akibat sampah plastic juga akan makin kecil. Semoga ini menjadi perhatian bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H