[caption id="attachment_391391" align="aligncenter" width="624" caption="Film Garuda Superhero Film Indonesia Pertama dengan CGI(computer generated imagery)/Kompasiana(Kompas.com/DOK.PRIBADI PUTAAR PRODUCTION) "][/caption]
Tiap kali saya akan menonton bioskop untuk melihat film Indonesia, kok kebetulan premier film Indonesia itu selalu dilakukan pada hari Kamis ya, apa mungkin suatu kebetulan, seperti terakhir saya lihat film Di balik 98, film dengan latar belakang tahun 98 saat terjadi reformasi di Indonesia.
Jika memang itu menjadi suatu peraturan, sungguh sangat merugikan, karena pada umumnya tiket hari senin sampai kamis itu harga murah, begitu hari jumat sudah naik, dan akan kembali naik pada hari sabtu atau minggu. Ambil contoh seperti di tempat saya di Malang, Mandala Theater, hari senin-sampai kamis, tariff adalah 25 ribu, hari jumat 30 ribu dan sabtu-minggu atau hari libur adalah 35 ribu.
Bayangkan kalau film itu adalah film yang sangat menarik dan laik tonton, tapi diputar hari sabtu atau minggu, hmmmm, bagi sebagian orang mungkin akan sayang untuk mengeluarkan uang sebanyak itu, apalagi di saat yang bersamaan ada film film dari luar negeri yang bagus sekali. Kalau dengan biaya yang sama itu bisa lihat film Hollywood yang bagus, dengan visual effect yang memukau, kenapa harus menonton film Indonesia, yang , kebetulan memang tidak terlalu bagus sih, apalagi kalau akan mengandalkan visual effect, jelas tidak ada apa apanya.
Menurut saya, harusnya pemerintah membuat suatu aturan agar film film local diputar pada hari senin, setidaknya kalaupun film tersebut tidak terlalu bagus, maka penonton masih tertarik untuk menontonnya mengingat hari selasa dan rabu serta kamis harga tiket masih murah. Ya orang Indonesia kan cenderung untuk mencari yang murah murah, yang terjangkau.
Sebaliknya film film dari luar harus diperketat, diperketat disini mungkin tidak melarang sih, tapi menempatkannya justru pada premier hari jumat-minggu, disaat harga tiket menjadi mahal, setidaknya focus masyarakat akan lebih melirik film film local di hari yang tidak menguras kantong, Kondisi seperti ini dengan sendirinya akan membantu kemajuan industri film tanah air yang tidak cukup menggembirakan, apalagi kalau mereka premiere di saat ada film film luar negeri yang sedang ditunggu tunggu oleh masyarakat, misalnya sebelumnya adalah film The hobbit, jelas akan kalah bersaing.
Bayangkan kalau film itu diputar hari kamis, dan reviewnya tidak cukup menarik bagi masyarakat, dan masyarakat lebih suka menghabiskan weekend dengan film film dari luar, yang jelas sangat menghibur, sementara pihak bioskop yang tidak mau rugi terus menghentikan menayangkan film local karena pada hari kedua ketiga dan keempat, sedikit yang menonton, dan langsung digantikan film lain yang lebih menjanjikan keuntungan. Bukankah itu merugikan industri film tanah air, karena mereka harus bersaing dengan film besar dengan waktu yang sama. Pemerintah haruslah melindungi kepentingan dalam ngeri, tidak serta merta menerapkan prinsip bebas.
Belum lagi ada sebagian masyarakat yang sangat anti terhadap film Indonesia dan begitu memuja film luar. Bagi mereka film Indonesia adalah film yang tidak bermutu, film yang tidak laik tonton dan mereka tidak akan mau menonton film seperti itu, lebih suka menghabiskan waktu untuk menonton film film barat yang lebih menghibur. Mereka merasa sayang untuk mengeluarkan uang membeli tiket film Indonesia, walaupun kita sudah berusaha meyakinkan bahwa film yang diputar adalah film bagus tapi mereka tidak berselera menontonnya. Dan ada banyak orang yang memiliki mind set seperti ini.
Mungkin juga pemerintah harus memberi bantuan, subsidi atau apapun itu terhadap perkembangan film dalam negeri, tidak sekedar memikirkan berapa pajak yang akan masuk, apakah pemerintah tidak memiliki kebanggaan bahwa film local mampu merajai bioskop tanah air daripada film luar? Atau hanya berpikir . yang penting pemasukan dari film impor itu lebih mudah dan banyak daripada pemasukan film local?
Sedikit menyimpang, dengan membiarkan matinya industri dalam negeri ataupun lambannya kemajuan industri dalam negeri, maka pemerintah terus mengukuhkan diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang suka mengimpor tapi tidak mampu membuat produk sendiri, apapun itu. Sudah cukup bangsa ini dijajah dengan banyaknya produk produk dari luar negeri tanpa kita tidak mampu berbuat apa-apa, maka hendaklah film sebagai suatu potret budaya bangsa kita, juga tidak hilang.
Menonton film tanah air, seperti melihat budaya bangsa ini, lengkap dengan segala kemajuannya, dari zaman dulu hingga sekarang, merekam jejak kemajuan bangsa kita, maka hendaknya rekaman itu tidak hilang hanya karena film Indonesia yang sangat susah maju akibat perlakukan tidak adil dari pihak pemerintah ataupun pihak pengelola bioskop.
Jayalah industri film tanah air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H