Demikian juga dengan Dr. Hariarti S. Pramuljo. Ibu Titi, panggilan akrabnya, selalu menekankan pentingnya memberikan edukasi terkait bayi prematur, kuning dan BBLR agar mendatangkan kecerdasan pada masyarakat -khususnya para orang tua- dalam menolong bayinya.Â
Kami pun tidak mau ketinggalan. Kini, dalam setiap kesempatan pemaparan, kami menayangkannya secara live streaming lewat YouTube dan Facebook. Tujuannya menyuguhkan penjelasan dan atmosfer secara aktual tanpa perlu mendatangi lokasi.
Konsistensi Berbuat Kebaikan
Aspek sentral dalam membangun harmoni dan sinergi tadi ialah konsistensi. Seperti ketika kami memulai komitmen melayani keluarga pra-sejahtera. Komitmen ini meliputi prioritas pelayanan dan kepastian jangkauan komunikasi. Dan kami sudah memiliki ketetapan mekanisme dalam membangun komunikasi lewat SMS Center, sehingga bisa memberikan kejelasan bagi seluruh kalangan masyarakat.Â
Juga menentukan prioritas dengan meninjau data berat bayi dan cara menjawab keluarga atau orang tuanya yang telah masuk dalam SMS Center kami. Semakin rendah beratnya dan/atau semakin berantakan cara menjawabnya akan kami dahulukan. Dampaknya begitu masif dan meluas melalui story dari keluarga bayi-bayi yang kami tolong: bayi kembar dua dan tiga; bayi yang di buang (Jember); bayi dengan kasus omphalocele; dan seterusnya.
Tak luput upaya pendekatan yang di lakukan tim kami di markas pusat serta agen relawan kami. Saat mendengarkan apa yang telah dilakukan oleh Bpk. Lugi dan Ibu Enny, kami justru belajar banyak dari mereka. Keduanya begitu getol dan sumringah sekali dalam melakukan sosialisasi akan aktivitas kemanusiaan kami.Â
Di daerah sekitar tempat tinggalnya, mereka bekerja sama dengan pihak yang memiliki peranan strategis dalam medis: bidan desa dan praktek, serta puskesmas dan rumah sakit setempat yang mempunyai kesamaan visi.Â
Dan guna menjamin kepastian keberlanjutan kegiatan dan sarana transportasi, mereka menjaring camat, kepala desa / lurah, dan pegiat social. Kader posyandu pun mereka libatkan. Terlebih, dalam setiap kegiatan masyarakat, mereka selalu terlibat sambil menghimpun komunitas, karang taruna, dan elemen masyarakat lainnya. Bahkan saat terkena tilang pun mereka masih sempat mempromosikan kegiatan kami secara soft promotion: kartu nama.
Lain halnya dengan Bpk. Adji dan keluarga yang lebih memilih efek tular sebagai daya utama dalam perluasan bakti kami menolong sesama. Mereka giat mengajak keluarga yang pernah meminjam inkubator ataupun fototerapi buatan kami menyebarkan informasi kepada keluarga yang memiliki bayi prematur agar bisa merasakan manfaat yang sama pula.Â
Radio pun menjadi wadah mereka membagikan ceritanya. Dan pada rekan dan sahabat, mereka selalu mengangkat esensi "indahnya berbagi kebahagiaan". Hasilnya menuju pada sebuah kolektivitas. Banyak yang tergugah akan story keluarga bayi prematur dan donasi serta kesediaan menjadi agen relawan pun berdatangan di sekitar wilayah mereka. Kami pun di markas pusat juga berupaya melakukan pendekatan secara individual maupun kepada asosiasi kesehatan.
Lalu terkait pemberdayaan, UKM menjadi pilihan kami dalam meningkatkan penghidupan dan kinerja banyak orang. Di sinilah peranan kami menjaga konsistensi baik jumlah maupun mutu produksi peralatan kami dengan kontrol rutin. Sama halnya dengan Yayasan Lestari Peduli Indonesia yang menaikkan taraf hidup perempuan lewat kerajinan tangan. Begitulah kultur yang kami percayai dan jalankan: konsistensi berbuat kebaikan.