Mohon tunggu...
Jual Gerobak
Jual Gerobak Mohon Tunggu... -

Jual Beli Pembuat Biaya Reseller Pusat Harga Tempat Gerobak Angkringan Bakso Murah Unik Kayu Motor di Jakarta, Jogja, Klaten, Bayat, Bandung, Solo, Semarang, Tangerang, Bekasi, Cirebon, Surabaya, Malang, Madiun, Siodarjo, Kediri, Cilacap, Kebumen, Depok, Bogor, Karawang, Boyolali, Magelang, Pemalang, Pekalongan, Batang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo, Sragen, Wonogiri, Rembang, Purbalingga, Tulungagung, Jember, Blitar

Selanjutnya

Tutup

Money

Gibran dan Cerita Tentang Martabaknya

4 November 2017   18:05 Diperbarui: 4 November 2017   18:54 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lifestyle.liputan6.com

Ketika Joko Widodo diangkat sebagai presiden media massa memburu berita tentang keluarganya. Profil pribadi, nasab keluarganya, dan karir bisnis juragan meubel ini. Tapi yang tak kalah menggelitik dari itu semua adalah profil anak-anak Jokowi ini. Misalnya saja adalah Gibran dengan bisnis martabak markobarnya. Gibran sempat menjadi buah bibir lantaran bisnis martabak yang menurut sebagian orang tak layak. Tak layak karena sebagai putra orang Nomer 1 di Indonesia sebenarnya bisa memilih bisnis yang berkelas. 

Berbagai tanggapan netizen mengemuka. Salah satu akun di twitter menilai usaha anak Jokowi ini dengan ejekan"Nurun ke anaknya pinjam dana bank Rp 1 miliar cuma buat jualan martabak, kampungan,". Alih-alih tersinggung, Kaesang (adik Gibran) justeru menggunakan kata "kampungan" itu sebagai promosi. 

Dari kasus Gibran ini kita bisa mendapat banyak pelajaran berharga. Kita sebagai pelaku bisnis kecil memang sering dihadapkan masalah karena itu kita perlu menyiapkan mental seperti Gibran ini. Jika Gibran yang modalnya Miliaran saja masih disebut kampungan, apalagi kita yang pas-pasan. Jadi memang harus siap mental.

Usaha Kampungan

Selama ini bisnis martabak, bakso, angkringan dinilai sebagai usaha kampungan. Penyebutan ini didasarkan pada kenyataan sehari-hari di mana usaha martabak didominasi oleh kalangan menengah ke bawah. Pada umumnya mereka berjualan di pinggir jalan, di pasar malam, di alun-alun atau di tempat lain yang sekiranya ramai. Harganya juga terbilang murah. Tapi dari makanan murah inilah banyak perut-perut tertolong ketika ingin makan. Dan setiap kali ada hiburan rakyat selalu saja ada penjual martabak. Rasanya tak afdol jika tak ada menu sajian martabak. 

lifestyle.liputan6.com
lifestyle.liputan6.com
Namun, perlu anda ketahui bahwa usaha kampungan ini memiliki kemandirian luar biasa. Ini selalu kami ucapkan di tulisan manapun. Sebab banyak yang memandang remeh (termasuk di kita sendiri) bisnis kampungan tetapi sebenarnya memiliki sisi luar biasa. Jawaban Kaesang ini menurut saya pribadi patut ditiru. Ia tidak ambil pusing dengan cemooh orang-orang. Justeru ia gali potensi usaha kampung ini menjadi hal positif yang membuahkan hasil. Kitapun perlu demikian. Karena itulah lewat tulisan ini kami mengajak pada pelaku bisnis kampungan untuk menggali potensi luar biasa dari bisnisnya. 

Bisnis martabak ini nyatanya memberikan dampak yang besar bagi daerah dan negara. Para pelaku bisnis ini pada umumnya bukan lulusan kampus melainkan lulusan-lulusan SMP, SMA, bahkan ada yang hanya lulusan SD. Mereka tak meminta kerja pada negara, tetapi justeru menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Berbekal skill memasak martabak yang mungkin mereka dapatkan dari teman-temannya atau keluarganya. Modal yang mereka kumpulkan bukan sumbangan dari pemerintah tapi dari tabungan sendiri atau setidaknya hutang. Hanya dengan modal gerobak martabak, tempat, peralatan, dan bahan-bahan mereka sudah memiliki pekerjaan. Soal strategi dagang, promosi, iklan juga tak pernah melalui campur tangan negara. Mereka benar-benar mandiri.

Tak hanya sebatas itu, mereka juga rutin membayar pajak pada negara. Pajak dari mereka itu kemudian dipakai untuk membangun infrastruktur, sarana pendidikan, sarana kesehatan dan lain-lain. Keringat merekalah salah satu sumber para pegawai negeri diberikan gaji serta tunjangan. Sampai saat ini pajak merupakan pemasukan paling besar negara. Di tulisan lain kami katakan bahwa ekonomi domestik semacam ini menghindari bahaya krisis ekonomi bangsa kita. 

Dengan ungkapan lain, usaha kampungan menolong negeri di tengah olokan dan cemooh. Salah sukses untuk pebisnis kampungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun