Mohon tunggu...
Samudra Fachry
Samudra Fachry Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

baik menjadi orang penting, lebih penting lagi menjadi orang baik.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Nasehat Buya Hamka Pada Anaknya

7 Februari 2014   08:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:04 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mengikuti sebuah acara di Bandung, Buya Hamka serta anaknya pulang dan bersinggah sebentar di sebuah masjid untuk menunaikan sholat ashar. Waktu itu, ada beberapa orang yang datang mendekati Buya Hamka, lalu karena memiliki sebuah intuisi kuat yang dianugerahkan Allah SWT kepada beliau, Buya Hamka berujar kepada anaknya..

"Irfan..., ketiga orang ini bermaksud jahat dengan mendekati kita". Ucap Buya.


Sang anak pun terkejut dengan ucapan beliau, tapi ia percaya dengan apa yang dikatakan ayahnya itu.Tak selang beberapa lama, orang yang telah menodongkan pisau ke leher Buya Hamka, malah menjerit kesakitan karena kedua tangannya itu dengan cepat dicengkram oleh Buya hamka. Sang anak begitu terkesima dengan keberanian dan kemahiran Buya Hamka menggunakan ilmu silatnya. Setelah kejadian tersebut, Irfan meminta sang ayah untuk mengajarkannya jurus yang ia lihat itu. Buya Hamka mengajarkan ilmu silat tersebut saat Irfan memasuki jenjang SMP. Sebatas untuk pertahanan diri, tidak diajarkan untuk menyerang. Beliau bilang: "Ayah tahu, kamu memiliki sifat tempramental". Beliau khawatir ilmu silat itu akan di salahgunakan.

Kisah lainnya, Buya yang tidak pernah tamat sekolah formal dan pernah dikeluarkan sebagai dosen dari IAIN Jakarta karena tidak memiliki ijazah malah mendapatkan gelar doktoral dari universitas Alazhar Cairo, suatu gelar yang sangat membanggakan juga jarang disematkan pada orang-orang hebat pada umumnya menekankan betapa pentingnya sebuah ilmu pengetahuan.

"Irfan... Ada 3 macam kemalangan dibumi ini:

  1. Betapa malangnya orang yang tidak mempunyai ilmu sedikitpun.
  2. Betapa malangnya, orang yang memiliki ilmu tapi ia pendam sendiri ilmu tersebut dan tidak mau menyebarkannya.
  3. Betapa ruginya, orang yang memiliki ilmu dan mengajarkannya kepada masyarakat tapi meminta bayaran untuk upaya tersebut, ia mendapat keuntungan di dunia, tapi tidak mendapat ganjaran pahala sedikitpun.


Ini alasan, bahwa untuk mencapai kebenaran yang sejati dalam mendapatkan ilmu yang hakiki bisa kita dapatkan dengan niat yang tulus dan hati yang bersih.

(Saya kutip ini dari pembicaraan mengenai review buku berjudul "Ayah..." oleh Irfan Hamka, yang berlangsung 6 Februari 2014 di masjid Agung alazhar ba'da maghrib malam lalu). Buku yang menarik....

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun