Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

You?

2 April 2017   13:07 Diperbarui: 4 April 2017   15:13 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ummi online

Langit terlihat mendung, suasana kelabu menghiasi seluruh kota Bandung. Angin bertiup kencang, menggoyangkan dahan-dahan pohon pelindung yang berdiri di tepi jalan, daunnya berguguran. Udara begitu menusuk, mungkin karena sudah di puncak musim penghujan.

Di sebuah jalan perumahan yang cukup lengang, seorang gadis berjalan tergesa, wajahnya murung, seperti menahan kesedihan yang mendalam. Ia berhenti di depan sebuah rumah yang bergaya minimalis. Tanpa ragu segera membuka pagar dan menerobos masuk. Sesaat berhenti di depan pintu, kemudian memijit bel yang tersedia di situ. Tak lama berselang, muncullah seorang gadis lain dari dalam rumah. Gadis yang sebaya dengannya.

“Hai, mau kesini kok gak bilang-bilang dulu? Untung aku gak jadi pergi, masuk yu,” ajak gadis pemilik rumah itu riang, begitu tahu siapa yang datang, ternyata Raisya, sahabatnya sejak kuliah dulu.

“Ann...” Hanya itu yang keluar dari mulut Raisya, suaranya terdengar pilu. Dan tanpa berkata-kata lagi, ia pun merebahkan tubuhnya di pelukan Anna. Beberapa detik kemudian, air matanya tumpah ruah tak terbendung, seiring rintik hujan yang mulai turun di luar sana. Anna tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya, ia tak mengerti mengapa sahabatnya berbuat seperti itu.

“Sya? Kamu kenapa? Apa yang terjadi?” Anna bertanya lembut. Sementara Raisya masih belum bisa menghentikan tangisnya, mungkin kesedihannya masih belum terlampiaskan.

“Ya udah, kita masuk dulu yu, tar kamu ceritain di dalam ya, di sini malu dilihat tetangga.” Anna mengajak, sambil membimbing tangan Raisya. Dan, sesampainya di kamar, Anna mendudukkan Raisya di tempat tidur. Ya, agar lebih rileks. Dulu sewaktu kuliah, Raisya memang sering datang ke situ, bahkan sering menginap segala.

“Kamu tunggu dulu ya, aku mau ambil minum,” Anna berkata lirih, lalu segera ke dapur. Dan tak perlu waktu lama sudah kembali dengan segelas air putih di tangan. “Minum Sya, biar lebih tenang.” Anna menyerahkan gelas itu pada sahabatnya. Raisya menerima dan berusaha meneguk air itu, Anna membantu memegangi.

“Ada apa sebenarnya, Sya? Piyu?” tebak Anna, setelah dirasa sahabatnya mulai tenang. Namun, begitu mendengar nama itu, tangis Raisya kembali pecah. Anna pun segera memeluk sahabatnya, dan membiarkan ia puas dengan tangisnya.

Untuk beberapa saat mereka pun saling diam. Hanya isak Raisya yang masih terdengar. Dan, meski sebenarnya Anna begitu penasaran, ingin segera mengetahui apa yang telah terjadi pada sahabatnya, namun ia tidak bisa memaksanya untuk bercerita sekarang. Ia cukup mengerti kondisi Raisya saat ini, toh nanti pun jika Raisya sudah merasa puas, pasti akan menceritakan semuanya.

Perlahan-lahan Raisya melepaskan rangkulannya, lalu menarik nafas dalam-dalam, mungkin untuk menghempaskan semua kepedihan yang ada di hati. Tangisnya mulai reda.

“Ann...” bisik Raisya lirih, suaranya terdengar parau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun