Kangen. Bisa ketemu gak?
Lagi sibuk, uji coba mesin baru,
Mungkin sampai malem.
Huh! Selalu begitu. Sibuk, sibuk, sibuk, dan sibuk terus! Senin kemarin sibuk, Jumat kemarin juga, Senin kemarinnya lagi, Jumat kemarinnya juga! Perasaan sekarang jadi sok sibuk banget sih! Rungut Miranti kesal, begitu selesai membaca sms balasan dari Mas Han. Apa dia mau menghindariku pelan-pelan? Miranti berprasangka. Pikirannya semakin kalut. Marah dan cemburu menguasai diri.
Aku tidak percaya. Aku mau cek aza ke kantornya! Pikir Miranti nekat. Lalu segera melesat menuju kantor Mas Han.
Sesampainya di sana, dia malah bingung, bagaimana caranya masuk ke dalam? Di pintu gerbang ada satpam yang menjaga dengan sigap. Apakah harus menunggu sampai Mas Han keluar? Yang dia pun tidak tahu pasti, apakah Mas Han benar-benar ada di dalam atau tidak? atau kalaupun Mas Han memang ada di dalam, sampai kapan kan selesai?
Mas, aku di dpn kantor mu, dkt pintu gerbang. Kalau kamu benar di dalam, keluar bentar aza, temui aku
Akhirnya dia mengirim sms. Dan tak lama ada balasan dari Mas Han,
Ngapain kamu disitu? tunggu bentar, Mas kesitu ya...
Dan benar, beberapa menit kemudian, Mas Han datang menghampiri.
“Ran, ngapain Kamu kesini segala? Ini sudah malem, Mas masih belum selesai. Abis ini pulang ya? Mas mungkin tidur di kantor, kayanya gak bakal selesai malam ini,” jelas Mas Han. Miranti tertunduk, malu.
“Iya Mas, aku pulang, aku hanya ingin melihat wajahmu, Mas hati-hati, ya,” kata Miranti, lalu kembali pulang ke rumah.
Di sepanjang jalan, dia terus berpikir, ternyata Mas Han tidak berbohong, mungkin sebelum-sebelumnya juga tidak berbohong. Ini hanyalah ketakutannya saja yang tidak mau kehilangan Mas Han. Ketakutan yang membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Dia merasa malu pada dirinya sendiri, terlebih pada Mas Han. Bodoh, sejauh itukah cinta membutakan pikirannya?