Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[HORORKOPLAK] Empat Lelaki Penakut yang Bersembunyi di Dapur

10 Januari 2017   18:17 Diperbarui: 10 Januari 2017   18:18 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hahaha...!” Kami menyambutnya dengan tawa.

“Geuwatkeun atuh Sateh! Meni lila-lila teung, siga nu keur mikiran nagara wae!”6) ledek Obi sewot, karena setelah Kaka adalah gilirannya.

“Kalem Bi, kalem... Duh, kalah bingung aing!”7) Kaka berkelit, matanya tak lepas dari kartu yang berjejer di tangan kirinya, sementara tangan kanan sibuk mengatur posisi kartu-kartu itu guna mencari setelan yang paling pas dan menguntungkan. Kerutan di kening belum juga hilang, malah muncul monyongan di bibir. “Lah ieu be lah, sok tah...!”8) Akhirnya Kaka memutuskan membuang queen kriting.

“Nyaan nu eta?! Nya nutup aing! Yess!”9)Obi tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mengambil kartu buangan Kaka dan mengakhiri permainan di putaran ini dengan menutup, karena memang kartu itu kartu yang sejak tadi ditunggunya. “Seratus!” serunya riang, karena ia berhasil menutup dengan kartu raja.

“Lah licik maneh mah euy, teu ngomong cekih!”10) protes Kaka yang merasa menyesal membuang kartu itu. “Pan aing jadi kadenda!”11) sesalnya lagi karena ia jadi mendapat denda dikurangi 100, akibat memberi Obi kartu yang pas dipakai nutup.

“Hahaha, bet titadi ge ngomong! Maneh we nu pohoan, nya A, nya?”12) Obi membela diri, sambil melihat ke arah saya, seolah meminta pembenaran. Saya mengangguk.

“Enya, urang ge ngadenge tadi si Obi ngomong cekih.”13) Ari menegaskan. “Geus lah, kocok we deui! Nepi subuh, hahaha...”14)

Setelah proses perhitungan perolehan poin masing-masing yang juga diselingi dengan becandaan dan ledekan atau pengawasan ketat agar tidak ada yang curang, Kaka kembali mengocok kartu itu, karena skornya paling kecil, bahkan minus.

“Eh, mending motornya dimasukkin dulu, melang, geus malem.”15) Saya mengingatkan, karena motor mereka masih teronggok di luar rumah.

Mereka pun menurut, Kaka dan Ari segera melesat ke luar melalui pintu ruang bale yang memang difungsikan sebagai tempat penyimpanan motor, sementara Obi memilih ke kamar mandi dulu, dan saya ke dapur untuk menyeduh kopi, biar begadangnya lebih mantap. Haha.

Namun, tiba-tiba, “Aaaaaa....!” Terdengar teriakan Ari dan Kaka. Kaget, saya pun segera menghambur ke arah mereka. Obi menyusul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun