Umat Kristiani, baik Protestan maupun Katholik di Kota Ambon siap menampung peserta Musabaqah Tilawatil Quran tingkat nasional ke XXIV di ibukota Provinsi Maluku yang dijadwalkan berlangsung pada bulan Juni 2012.
Kemarin, Rabu (28/12) Walikota Ambon Richard Louhenapessy mengatakan bahwa kebijakan Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) dan Keuskupan Diosis Amboina sungguh mencerminkan jalinan keharmonisan antar umat beragama yang patut dipuji.
Ketua MPL Sinode GPM Pdt. John Ruhulesin, M.Th mengarahkan setiap pastori di Kota Ambon dan sekitarnya agar siap menampung para kafilah dari 32 provinsi. Sedangkan Uskup Diosis Amboina Mgr.P.C. Mandagie, M.SC telah menyiapkan Wisma Gonzalo di Karang Panjang, Kecamatan Sirimau untuk menampung peserta MTQ sekiranya kamar hotel maupun penginapan penuh.
Namun jalinan kasih antar umat beragama yang telah terwujud di Kota Ambon ini dikejutkan dengan adanya bentrokan antar warga Negeri (desa) Iha dan Negeri (desa) Luhu di Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku pada hari yang sama Rabu 28 Desember 2011 pukul 00.00 Wit yang menyebabkan 11 orang luka terkena anak panah dan puluhan rumah dan fasilitas umum terbakar.
Kronologis kejadian saat warga Luhu sedang tertidur lelap, mereka diserang warga Iha dengan peralatan persenjataan lengkap, terutama dengan menggunakan pana wayar. Masyarakat Luhu pun sempat kewalahan menerima serangan yang datang secara tiba-tiba itu, sehingga banyak warga Luhu yang terluka. Adapun penyebab bentrokan dua negeri itu berawal dari perkelahian sejumlah anak muda yang kemudian melibatkan warga kedua desa. Informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa bentrok antar kampung di sana memang sudah biasa terjadi karena merupakan dendam lama.
Korban yang tengah di rawat di RS. Alfatah Ambon, sebagai berikut :
1.Ali Akbar Payapo (14 tahun) direncanakan akan dievakuasi ke Makassar untuk menjalani operasi untuk mengeluarkan anak panah yang masih tertancap di dada kirinya.
2.Herlina Suneth (luka panah tembus perut)
3.Samsudin Waliulu (luka panah pinggang belakang)
4.Abdul Karim Warang (luka panah di kepala)
5.Munawar Heluth (luka panah tangan kiri)
6.Muhamad Yunus Sunet (luka panah pada jidat)
7.Alfian Sarkol (luka panah tembus dada kanan)
8.Rais Kaliki (luka panah pada perut)
9.Rusianto Ismail (luka panah pada perut)
10.Abu Haji Kaliki (luka bakar pada kedua kaki dan tangan)
11.Des Heluth (luka di punggung belakang)
Hingga saat ini kondisi di Negeri Iha dan Negeri Luhu berlangsung kondusif karena aparat keamanan telah mengamankan perbatasan kedua negeri yang bertetangga itu.
Semoga kejadian ini tidak terulang dikemudian hari, karena sejatinya warga di Iha dan Luhu memiliki pertalian saudara akibat perkawinan sehingga jika bertikai, maka akan merusak tatanan adat istiadat sebagai warisan leluhur yang seharusnya dijunjung tinggi. Kita semua berharap warga kedua negeri itu mengedepankan rasa toleransi dan kasih seperti yang dilakukan oleh para tokoh agama di Kota Ambon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H