[caption id="attachment_325250" align="aligncenter" width="600" caption="(www.flickr.com/photos/24519865@N03/3956708472/)"][/caption]
Benteng Duurstede terletak di Pulau Saparua, Maluku Tengah merupakan tempat yang sakral bagi orang Maluku, dimana untuk pertama kalinya benteng yang dikuasai Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) kala itu berhasil direbut oleh para pejuang Maluku dibawah komando Kapitan Pattimura pada 16 Mei 1817 hingga menewaskan seorang petingginya, Jenderal Van den Berg.
Pada awalnya benteng Duurstede ini dibangun oleh Portugis yang menjajah Maluku pada tahun 1676, kemudian direbut dan dimanfaatkan kembali oleh Gubernur Ambon Mr. N. Schaghen pada tahun 1691 untuk dijadikan sebagai pusat pertahanan dan pemerintahan VOC selama menduduki Pulau Saparua.
Benteng Duurstede berdiri persis di pinggir pantai Kota Saparua yang berada di bukit setinggi 20 kaki dari permukaan laut. Dari benteng ini, kita dapat melihat hampir seluruh Pulau Saparua hingga Pulau Nusa Laut yang berada di sebelah timur Saparua. Lokasi yang strategis untuk sebuah benteng pertahanan.
[caption id="attachment_325252" align="aligncenter" width="600" caption="(ianmc95.files.wordpress.com)"]
Kini, benteng Duurstede telah menjadi situs sejarah kepurbakalaan yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pempov Maluku. Dalam kurun dua tahun terakhir ini perayaan Hari Pattimura yang digelar setiap tanggal 15 Mei diselenggarakan di bentang tersebut.
Seperti halnya Festival Heroes From Lease yang diselenggarakan oleh Yayasan Parakletos dan AMGPM mulai tanggal 13 hingga 15 Mei 2014 di Benteng Duurstede yang bertujuan untuk mengingatkan bahwa selain Kapitan Pattimura, Christina Martha Tiahahu dan J. Latuharhary sebagai pahlawan nasional, masih ada banyak pahlawan dan tokoh besar lainnya dari tiga pulau di Lease ini.
Dalam festival itu digelar pula kemah pemuda, pramuka, suguhan kuliner, beragam pentas seni, kolaborasi seniman Ambon dan Lease, pemilihan Pattimura Muda dan Christina Muda, semuanya berjalan mulus. Melihat gadis-gadis remaja asal Porto dan Haria menari obor, sungguh sebuah pentas tarian perdamaian di hari Pattimura yang heroik. Pattimura muda memang tak pernah berhenti lahir. (Catatan Rudi Fofid)
Insiden “kotoran manusia" di dalam benteng pasca berakhirnya festival itu sempat membuat cemar kegiatan yang seyogyanya diselenggarakan dengan semangat hidup orang basudara. “Satu kuku satu kasih jatuh, supaya tidak ada cerita sukses,” tulis Rudi Fofid. Namun hal itu, tidak mengurangi kecintaannya terhadap Lease dan pahlawan-pahlawan yang pernah lahir di sana.
Kejadian itu belum seberapa, ada satu insiden yang lebih parah lagi, yakni scratch yang ada di dinding benteng Duurstade yang diunggah Willem Sopacua (Wakil Presiden RMS di pengasingan) pada tanggal 14 Mei 2014 dalam akun facebooknya. Selain melanggar Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, goresan tulisan itu telah mengotori bangunan bersejarah bagi orang Maluku, bahkan pelecehan terhadap semangat Pattimura dan pejuang Maluku lainnya ketika merebut benteng Duurstade dari tangan VOC.
[caption id="attachment_325251" align="aligncenter" width="600" caption="Willem Sopacua (printscreen from Facebook.com)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H