Melihat halaman depan Harian Kabar Timur edisi 170 hari ini Rabu, 23 Juli 2014 sempat shock juga karena terpampang judul sebuah berita “RMS Sebarkan Pernyataan Kerjasama. Minta Tiga Universitas Maluku Akhiri Kerjasama Dengan RMS” yang isinya antara lain :
1.RMS (Republik Maluku Selatan) telah menyebarluaskan surat pernyataan kepada komunitas masyarakat Maluku di Belanda tentang kerjasama mereka dengan tiga universitas di Maluku sejak 15 Juli 2014.
2.Topik kerjasama adalah menggelar seminar di Ambon bertajuk ‘Beta Maluku, Mau Madju’ yang akan digelar tanggal 2 - 4 Agustus 2014.
3.Ketiga universitas dimaksud adalah Universitas Pattimura (UNPATTI), Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon.
4.Ketua Task Force Maluku Indonesia Diaspora Network - Belanda Sam Pormes dan sekretarisnya Thomas Sikteubun mengungkapkan “Untuk menghindari kesalahpahaman, pada kesempatan ini, kami ingin menjelaskan dan menekankan bahwa pernyataan dalam surat tersebut semata merupakan pemikiran sepihak dari RMS di Belanda. Seperti diketahui, masyarakat Maluku di Belanda terdiri dari berbagai kelompok organisasi dan komunitas sosial yang memiliki cita-cita, aspirasi politik, pandangan sosial dan masa depannya yang berbeda dengan RMS.”
5.Sebagai salah satu bagian dari komunitas masyarakat Maluku di Belanda, Task Force Maluku dengan tegas menolak tujuan dan agenda seminar tersebut yang secara jelas bermaksud mendorong kesadaran masyarakat Maluku untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ditambahkan pula oleh Pormes bahwa RMS bebas untuk mengatur dialog sendiri, tetapi RMS tidak berhak untuk berbicara dengan mengatasnamakan seluruh komunitas masyarakat Maluku di Belanda.
6.Task Force Maluku meminta UNPATTI, UKIM, IAIN Ambon untuk segera mengakhiri kerjasamanya dengan organisasi RMS, termasuk dalam penyelenggaraan seminar ‘Beta Maluku, Mau Madju’ yang diprakarsai oleh Pemerintah RMS di Belanda.
[caption id="attachment_334832" align="aligncenter" width="512" caption="scan from Harian Kabar Timur edisi 170"][/caption]
Pertanyaannya, apakah ketiga rektor universitas tersebut benar-benar telah memberikan supportnya kepada Pemerintah RMS untuk menggelar seminar di Ambon? atau hanya sebagai salah satu upaya mengelabui masyarakat Maluku di Belanda untuk berpartisipasi (memberi sumbangan), seperti ketika Pemerintah RMS menggelar ‘Aksi 100 Euro’ dengan menyatakan telah melakukan pertemuan dengan Gubernur Maluku ketika itu (Karel A. Ralahalu) untuk membahas rencana seminar di Ambon namun justru malah dibantah habis-habisan oleh pejabat yang bersangkutan http://www.tifamagazine.com/gouverneur-ralahalu-ontkent-ontmoeting-met-de-rms/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H