Mohon tunggu...
Jane Papilaya
Jane Papilaya Mohon Tunggu... -

"Keep your mind as bright & clear as the vast sky, the great ocean & the highest peak, empty of all thoughts."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemberontakan dari Timur Harus Dilakukan

31 Agustus 2014   00:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:03 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan terpancing dulu dengan judul berita di atas, kalimat pada kepala karangan itu adalah nama sebuah buku berisi kumpulan puisi dari 15 orang penyair asal Maluku, yakni Agus Salim Patty, Chalvin Papilaya, Dino Umahuk, Eko Saputra Poceratu, Falantino E. Latupapua, Faidah Azuz Sialana, Khairus Alfrus Salampessy, Mariana Lewier, M. Aziz Tunny, Muakrim M. Noer Soulisa, Revelino Bervion Nepa, Ronald Regang, Rudi Fofid, Theoresia Rumthe dan Wirol Haurissa.

[caption id="attachment_340262" align="aligncenter" width="640" caption="Buku "][/caption]

Buku tersebut merupakan antologi penyair Maluku untuk menghidupkan kembali sastra di Maluku yang telah lama mengalami kemandekan. Bait-bait pada puisinya juga banyak menekankan kritik sosial terhadap kondisi masyarakat dan lingkungan di Negeri Seribu Pulau itu.

Peluncuran buku dilakukan di kampus PGSD Universitas Pattimura Ambon pada Kamis malam 28 Agustus 2014 yang dihadiri sejumlah sastrawan, baik dari dalam maupun dari luar Maluku seperti Jakarta dan Yogyakarta. (Sumber)

[caption id="attachment_340263" align="aligncenter" width="640" caption="Peluncuran buku "]

14093942321336497373
14093942321336497373
[/caption]

Tujuan peluncuran buku ini adalah membumikan kembali karya sastra di Maluku, seperti halnya diketahui bahwa budaya di Maluku sangat kaya akan nilai sastra berupa kapata (budaya tutur), ratapan, mantra dan sebagainya, sehingga dengan peluncuran buku “Pemberontakan Dari Timur” ini diharapkan menjadi motivasi bagi generasi muda untuk dapat melestarikan nilai budaya dan sastra di Maluku.

Pemberontakan semacam ini merupakan suatu keharusan yang mendesak, tidak hanya di Maluku akan tetapi perlu menjadi contoh bagi daerah lainnya di Republik Indonesia sehingga dapat memperkaya khazanah budaya bangsa, karena kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi... sambil mengingat-ingat, kata-kata siapa itu.

Apresiasi yang tinggi perlu diberikan kepada para penyair tersebut karena mereka telah menjadi pionir bagi pergerakan budaya dan sastra di Maluku, sebagai bagian dari kontribusi anak bangsa di bidangnya masing-masing untuk Indonesia Hebat. Salut

Note: jangan lupa beli bukunya yah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun