Pansus Hak Angket Century yang entah telah memasuki episode ke berapa kini dituntut untuk memberikan kesimpulan sementara atas hasil pemeriksaan mereka. Pansus yang telah bersidang beberapa minggu belakangan ini diharapkan mampu menjawab berbagai pertanyaan dan bahkan mengungkap misteri yang menyelubungi pengambilan kebijakan "bailout" Bank Century. Entah menggunakan Mahzab hukum yang mana, Pansus melakukan pemeriksaan bagaikan disematkan kewenangan untuk menyelidik, menyidik, sampai dengan menuntut bahkan melakukan pembuktian.
Banyak kalangan beranggapan Pansus bertujuan tak lain adalah pemakzulan Presiden SBY. Sebuah proses Delegitimasi Penyelenggara Negara yang telah dipilih langsung oleh rakyat. Tendensius, mungkin itulah kata yang tepat. Dalam gerbong Pansus Hak Angket Century, entah ada berapa penumpang yang memiliki kepentingan. Mulai dari kendaraan politik untuk kekuasaan, balas dendam, membela pemerintah, bahkan mungkin sekedar membuat Bangsa ini tidak dapat berkonsentrasi untuk membangun.
Jujur, sampai saat ini saya termasuk orang yang masih beranggapan bahwa SMI, Boed, dan SBY bukanlah orang-orang yang melakukan tindak pidana secara sengaja/tidak. Namun tentunya saya juga tidak ingin berfikiran sempit untuk menolak berbagai fakta yang belum terungkap. Tapi dari berbagai kepentingan yang saya sebutkan mengendarai Pansus Century, yang paling saya khawatirkan justru adalah kepentingan terakhir. yaitu kepentingan untuk sekedar membuat bangsa ini hilang konsentrasi untuk terus membangun.
Tentunya banyak sekali masyarakat yang mengharapkan kinerja produktif dari Penyelenggara Negara. Baik itu DPR, Pemerintah termasuk MenKeu, Wapres, ataupun Presiden. Tapi dengan apa yang disuguhkan kepada kita semua, bukankah energi mereka akan habis dittelan kepentingan Politik? Seorang teman (jamil mubarok) pernah bercerita kepada saya. "Negara ini ibarat sebuah rumah yang kemalingan Pe (panggilan saya)" katanya. "tapi bukannya mencari maling nya, malah Ibu, Ayah, Anak-anak, bahkan pembantu saling menuduh dan berusaha melempar kesalahan" lanjutnya. Kembali lagi saya harus sedih, bahwa para Negarawan yang diharapkan menjadi Pioneer dalam hal kebangkitan bangsa justru mencontohkan hal seperti itu.
Namun tetap saja saya tidak ingin pikiran saya berkabut karena uap air mata. Saya masih menaruh setitik harapan bagi Pansus Untuk dapat berfikiran jernih dan dapat memberikan kesimpulan yang terbaik bagi Bangsa. Bukan sekedar terbaik bagi partai, golongan, kepentingan atau bahkan pribadi. Saya juga masih menaruh sedikit harapan bahwa dikemudian hari, suguhan yang diberikan oleh para dewan terhormat kita dapat memberikan pelajaran bagi bangsa. Tidak sekedar memperkaya ranah bahasa bagi para Ibu-Ibu yang kini telah akrab dengan kata-kata "bailout", "CAR", atau "Sistemik".
Bangkit Bangsaku..!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H