Getarmu membawa kabar
Getarmu membawa cerita
Getarmu membawa duka
Getarmu membawa tangis
Getarmu membawa cinta
Getarmu membawa asa
Getarmu guncang nusantara
Getarmu terasa dihatiku
Dalam lahar dan debu
Yang kau muntahkan
Panas dan sesakan dada
Apa benar
Setiap letusku hanya ada duka?
Apa benar
Tiap letusku hanya ada air mata?
Apa benar
Hanya panas saja yang kau rasakan?
Apa benar
Hanya debu-debu sesakan dada
Selimuti jalan, atap rumah, mobil dan langitmu saja?
Apa benar
Bayang kematian
Begitu lekat pada kita ditiap letusmu?
Apa benar
Kau hanya takut pada letusan ini?
Apakah kau tak takut pada pengirim letusan ini?
Apakah kau tak takut pada pembuat letusan ini?
Teriakmu kencang dan melengking
Dalam lari dan tancap gas kendaraan
Yang kau gunakan untuk selamatkan diri
Apa benar
Kau hanya takut pada letusku
Tetapi tidak takut dengan pembuat letusan ini?
Pada pemimpin yang hanya bisa ucapkan prihatin
Disaat letusku berguncang hebat
Kau ucapkan kata prihatin
Aku pun terkagum
Namun sayang sekali kagumku hanya sesaat
Karena setelah “marah dan amuk” reda
Kau kembali pesta pora
Pimpin negeri ini dengan pongah
Ketidakadilan merajalela dipenjuru nusantara
Bahkan panasnya melebihi panas letusan gunung