Mohon tunggu...
Joy MaranathaTarigan
Joy MaranathaTarigan Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidikan

Alumni Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, menyukai buku dan musik, juga guru BK di SMP Xaverius 2 Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami dan Menghafal Lebih Baik Mana?

2 Januari 2021   15:30 Diperbarui: 2 Januari 2021   15:33 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

TK-Perguruan Tinggi, itulah jenjang pendidikan yang sudah dilalui dan penulis tentunya harus bersyukur atas hal tersebut. Namun, setelah belasan tahun mengenyam pendidikan penulis merasakan sesuatu yang aneh dengan mayoritas sistem yang diajarkan oleh para pengajar, yaitu sistem yang membuat para konsumen pendidikan, dalam hal ini pelajar dan mahasiswa harus mengingat materi yang telah disampaikan tanpa diberikan pemahaman materi atau dengan kata lain hanya sekedar menghafal saja. Tidak salah jika para konsumen pendidikan ini harus menghafal materi yang telah disampaikan, tetapi tentu juga para pengajar baik guru atau dosen memberikan pemahaman terkait materi yang telah disampaikan. Akibat dari hal tersebut akhirnya membuat sekolah baik jenjang dasar, menengah dan perguruan tinggi terkesan hanya menjadi lembaga pemberi informasi.

Penulis percaya bahwa masih ada pengajar baik guru atau dosen yang tidak hanya sekedar memberikan materi untuk dihafal, tetapi juga mengajak para pelajar dan mahasiswa untuk memahami materi yang  telah disampaikan dan pengajar seperti ini juga pernah penulis temui selama bersekolah di seluruh jenjang termasuk perguruan tinggi. jika seluruh pengajar hanya fokus dengan sistem hafalan tanpa memberikan pemahaman maka tentu bisa menjadi sesuatu yang sia-sia, karena jika demikian pelajar atau mahasiswa akan melupakan materi tersebut setelah menyelesaikan pendidikannya, contohnya saja, seorang pelajar dan mahasiswa diminta untuk menghafal ciri orang yang memiliki sopan santun, tapi mereka tidak diajak untuk memahami mengapa sopan santun harus dimiliki oleh setiap orang maka mereka bisa saja menjadi pribadi yang tidak memiliki sopan santun di dalam kehidupannya setelah menamatkan sekolahnya akibat tidak diberikan pemahaman kenapa setiap orang harus memiliki sopan santun.

Jika ada seseorang yang mengaku sebagai seorang pengajar tetapi tidak tahu bagaimana memberikan pemahaman terkait materi yang mereka ajarkan, maka secara tidak langsung dirinya menyatakan bahwa dia menjadi pengajar hanya untuk uang tanpa peduli dengan pihak yang diajarinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun