Saat awal kedatangan penulis sebagai pengajar di salah satu sekolah di kota Palembang, penulis membagikan materi mengenai rasa percaya diri kepada para peserta didik dan tak lupa juga memberikan tugas yang berkaitan dengan rasa percaya diri, namun ternyata, tidak sedikit siswa menyatakan bahwa dirinya memiliki rasa percaya diri yang kurang karena merasakan sesuatu yang mereka sebut insecure , padahal berdasarkan hasil penelusuran penulis mendapatkan data bahwa para peserta didik tersebut memiliki banyak kelebihan yang tidak semua orang lain miliki, dari temuan tersebut maka bisa dikatakan bahwa semua orang berpotensi untuk dapat merasakan rasa cemas atau yang biasa mereka sebut sebagai insecure pada diri mereka. Tapi apa yang menyebabkan rasa cemas itu ada?
Berdasarkan temuan penulis di lapangan, para peserta didik menggunakan kata insecure saat mereka merasa cemas atau tidak merasa percaya diri dengan suatu hal, lalu bisa muncul juga ketika seseorang dibandingkan dengan yang lain. Namun, penulis sendiri masih kesulitan untuk menemukan tulisan atau artikel ilmiah yang khusus membahas mengenai arti kata Insecure, (tapi untuk sekedar artikel tanpa bahan referensi masih bisa ditemukan) saat mencari tahu kata Insecure di Google Scholar kata yang paling berdekatan dengan hal ini yang ditemukan oleh penulis adalah Insecure attachment yang menunjukkan hasil penelitian dari Surcinelli yang dikutip oleh Ma'rifah  dan Budiani (2012) bahwa  Insecure attachment adalah pikiran negatif tentang diri sendiri yang ditunjukkan oleh depresi dan kecemasan yang lebih tinggi, tapi tentunya hal tersebut bisa saja membuat mereka merasa cemas di terhadap diri mereka saat dibandingkan sehingga muncul rasa percaya diri yang rendah.
Saat mempelajari tentang kecemasan ini dan melihat kondisi di lapangan serta tugas-tugas siswa yang menyatakan bahwa rasa percaya diri yang dimiliki mereka masih kurang, penulis akhirnya baru bisa menyimpulkan satu hal, yaitu
suatu kata-kata yang secara sembarangan diucapkan akan menimbulkan rasa cemas bagi yang mendengarkannya.
Oleh karena itu, baik teman, orang tua, maupun guru, khususnya, tentunya harus berhati-hati dalam mengucapkan sebuah kata-kata kepada orang lain karena hal itu akan menyebabkan kecemasan yang membuat mereka merasa tidak nyaman serta cemas terhadap dirinya sendiri, apalagi jika kata-kata yang bersifat sembarangan itu justru diucapkan oleh guru kepada para peserta didik.
Berilah lebih banyak contoh daripada ceramah panjang lebar saat mendidik peserta didik yang melakukan kesalahan, Karena peserta didik jauh lebih membutuhkan contoh nyata daripada sebuah omong kosong orang yang mengaku sebagai pendidik tapi malah menggunakan kata-kata yang tidak mendidik kepada muridnya.
Sumber Referensi :
Ma'rifah, N. L., & Budiani, M. S. (2012). Hubungan antara attachment style dan self-esteem dengan kecemasan sosial pada remaja. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 3(1), 17-27.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H