Tekio merupakan salah satu tempat berkumpul ternyaman yang ada di Salatiga dan juga merupakan tempat nongkrong mahasiswa UKSW, lokasinya berada di Jln. Domas no.45. Saat ini Tekio sangat terkenal di kalangan mahasiswa tak hanya karena tempatnya yang membuat mahasiswa merasa nyaman selain itu pemiliknya ramah dan juga sangat asik.Â
Berdiri pada tanggal 06 Oktober 2021, Tekio kini genap satu tahun. Perjalanannya juga yang dilewati tidak semulus yang dipikirkan. Kilas balik awal mula Tekio buka, pemiliknya adalah Andreas Yogi Dwi Kurniawan kerap dipanggil Kak Yogi juga merupakan salah satu alumni angkatan 2014 UKSW Fakultas Ekonomi & Bisnis.Â
Setelah lulus pada tahun 2019, Kak Yogi bekerja di bagian Management Trainee di Jakarta. Selama bekerja disana Kak Yogi merasa tidak nyaman karena lingkungan kerja dan juga tempat tinggal di kota besar. Dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke Salatiga pada akhir tahun 2019, Kak Yogi memutuskan untuk terjun ke dunia Food & Beverage (F&B) dengan membuka sebuah usaha bermodalkan gaji terakhirnya. Memilih untuk membuka Saboba yang merupakan jenis minuman boba dengan berbagai varian rasa karena Kak Yogi belum berani untuk membuka franchise, alasannya karena harganya yang terbilang mahal apalagi untuk seseorang yang baru ingin merintis usaha.Â
Usahanya lancar sampai dapat membuka 2 cabang lainnya yakni di Selasar Kartini dan di Boyolali. Pada saat awal tahun 2020, usahanya sempat tutup karena pandemi tapi dengan kabar yang didapat bahwa pandemi akan berakhir Kak Yogi tetap optimis bahwa usahanya masih dapat dilanjutkan. Sayangnya, usaha Saboba ini akhirnya ditutup karena pandemi berkelanjutan.Â
Setelah usaha pertama gagal, Kak Yogi berencana untuk balik lagi ke dunia korporat karena tabungannya habis untuk menutupi biaya operasional. Namun tiba-tiba dewi fortuna berpihak padanya, karena salah satu kenalannya berminat untuk memberikan modal untuk usaha Kak Yogi. Awalnya mau melanjutkan usaha Boba tapi karena Boba sudah mulai menjamur dan dengan adanya dana yang fresh, Kak Yogi memilih untuk terjun di dunia kopi dengan membuka sebuah outlet kopi.Â
Outlet kopi ini dibuka di Monginsidi yang memiliki ukuran kecil kurang lebih 45x3m karena lebih fokus ke take away, namun ternyata karena kurangnya perhitungan yang matang juga dikarenakan masa pandemi masih berlanjut karena adanya peraturan baru yaitu PSBB, dan Kak Yogipun merasa gagal.Â
Tak sampai disitu, Kak Yogi masih ingin tetap mengadu nasib di dunia F&B, dengan semangat yang besar Kak Yogi melakukan research untuk konsep tempat yang lebih besar.Â
Dari sinilah muncul ide untuk membangun Tekio, dan dapat dibilang rencana Kak Yogi ini nekat-nekatan walaupun ada investor pembangunannya sempat terhambat karena belum memenuhi minimal pembangunan. Tetap nekat untuk lanjut buka dengan banyak orang dekat yang mengatakan bahwa usaha ini sia-sia karena masih pandemi dan juga mahasiswa masih online.Â
Seiring berjalannya waktu ada investor yang ingin bekerjasama dan pembangunan pun berjalan kembali dan akhirnya berdirilah Tekio.Â
Perabotan di Tekio juga diisi sendiri contohnya seperti tanaman-tanaman yang ditanam sendiri, meja dan juga kursi yang lebih memilih untuk dibuat di Salatiga untuk menghemat biaya.
Pada saat awal membuka usaha di umurnya yang baru 23 tahun, yang tergolong sangat muda tetap pasti pernah merasa takut, karena banyak sekali tantangan yang harus dilewati. Tetapi Kak Yogi memiliki semangat yang kuat untuk tetap berusaha menjalankan usahanya dan selalu belajar dari pengalaman-pengalamannya.