Dengan begitu, kita sudah menanamkan wawasan kebangsaan bagi kaum muda dengan cara yang benar. Hasil tidak akan mengkhianati proses.
Analisis Isu Kontemporer
Modul kedua pada Agenda I membahas isu-isu kontemporer yang berkenaan erat dengan bela negara.
Korupsi menjadi isu kontemporer yang paling sering kita dengar akhir-akhir ini. Korupsi pada dasarnya adalah perbuatan yang secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau suatu kelompok yang menimbulkan kerugian keuangan atau perekonomian negara (lihat Pasal 2 ayat (1), UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi). Jika melihat definisi tersebut, maka kita juga dapat menemukan alasan mengapa orang melakukan korupsi - untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi dalam kehidupan sehari-hari dapat terlihat dari perbuatan seperti pungutan liar untuk jasa atau layanan tertentu. Apabila hal ini dibiarkan, korupsi dapat mematikan transparansi dan kepercayaan terhadap layanan publik. Akibatnya, orang menjadi malas untuk berurusan dengan layanan publik, karena mereka tahu mereka tidak akan dilayani jika tidak ada 'uang pelicin'.
Dalam menyikapi hal ini, diperlukan kesadaran diri dan keteladanan dari diri ASN. Pemahaman akan core values ASN tidak cukup jika tidak diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal akuntabilitas. ASN sewajarnya memberikan layanan publik sesuai yang diminta dan masih dalam tupoksinya, tanpa mengharapkan imbalan apapun dan mencukupkan diri dengan gaji yang diterima.
Kesiapsiagaan Bela Negara
Modul terakhir dari Agenda I ini membahas mengenai aspek praktis dari bela negara - apakah kita sudah siap siaga dalam melaksanakan hak dan kewajiban kita sebagai warga negara?
Kesiapsiagaan bela negara berarti kesiapsiagaan (readiness) secara fisik, mental, sosial dengan dasar kebulatan sikap, tekad, keikhlasan, kesadaran, dan kerelaan berkorban seluruhnya karena kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia demi terjaganya kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Kesiapsiagaan bela negara menjadi bukti nyata dan praktis bagi setiap ASN dalam mengaktualisasikan apa yang menjadi landasannya dalam bekerja. Bela negara hanya akan menjadi teori semata yang tidak bernilai guna, jika tidak ada kesiapsiagaan di dalam dirinya.
Aspek kesiapsiagaan bela negara sendiri meliputi aspek fisik, mental, dan sosial. Meski ketiga aspek ini memiliki nilai praktis dalam kehidupan sehari-hari, namun aspek sosial patut untuk diperhatikan secara khusus. Aspek sosial sendiri erat kaitannya dengan kesiapsiagaan mental, di mana kemampuan sosial kita merupakan bagian dari dimensi kecerdasan emosional. Secara sederhana, aspek sosial kita menentukan seberapa siap siaganya mental kita secara personal dalam rangka bela negara.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu tidak luput dari kesalahan dalam bekerja. Hanya saja, cara kita merespon hal tersebut menandakan apakah kita siap atau tidak dalam mengemban kewajiban yang lebih besar. Rasa kesal, marah, gelisah adalah wajar, namun yang paling penting adalah apakah kita menerima masukan dan koreksi dari atasan kita atau justru tenggelam dalam emosi pribadi kita. Pengendalian diri menjadi penting, karena dengan mengendalikan diri kita, maka kita tidak hanya dapat menyelesaikan masalah dengan lebih mudah, namun juga menciptakan suasana kolaboratif yang mendorong kita untuk terus mencari informasi dan belajar dari orang lain. Hal tersebut menandakan bahwa aspek sosial kita 'sehat', yang mana hal tersebut sangat berpengaruh kepada aspek kesehatan mental bahkan fisik kita dalam konteks kesiapsiagaan bela negara yang lebih luas lagi. Â