Kupinjam  sekotak mimpi yang patah
mengambil beberapa,
tak ada yang bisa menutup  lubang dalam hatiku,
jadi kuselipkan beberapa hanya untuk hilangkan dari pandangan
dan dengan putus asa, ku biarkan sisanya tetap terbuka....
Kaki membawaku ke mana ku kan tertidur malam ini,
Disana aku duduk dan bersandar ke dinding,
bunyi hujan kurangkai jadi simfoni
mengalun di ruang konser yang terbengkalai,
Angin berhembus memanggil namamu
Atau mungkin hanya itulah yang ingin kudengar saat ini..
Bayanganmu muncul dan menipu ku, membuatku percaya...
bisa melihatmu  berdiri di sana.
Berdiri di sudut ruang,
hanya di sisi paling ujung dari penglihatanku,
tersenyum dan bertanya di manaku selama ini,
Tuhan tahu, aku akan memberitahumu jika ku tahu,
Tapi kenangan ini sudah rusak...
Itu, dan segala sesuatu yang  pernah membuatku merasa utuh,
bencana  yang lengkap,
kehancuran yang sempurna....
tubuh  tanpa jiwa,
kadang berharap ku tak pernah menemukanmu,
saat mencari apa yang kuinginkan dulu...
ada kerinduan untuk kembali padamu satu kali lagi,
untuk menebus kesalahanku,
Lalu angin tampaknya memanggil namamu lagi,
Atau mungkin hanya itu saja yang ingin kudengar saat ini..
Kembali bayangan itu muncul dan menipu ku,
membuatku percaya...
bisa melihatmu  berdiri di sana.
Aku kan terus berjalan terhuyung ke depan,
karena ku  jatuh ke belakang sekali lagi,
dan kucoba hilangkan mu dari diriku lagi cintaku,
walau hatiku kan terus mencarimu,
entahlah.....
Ku dengar angin berbisik namamu lagi,
sangat lembut...
------------------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H