Pada hari Rabu, 26 Oktober 2022 Girl Up UNS mengadakan talkshow bersama dengan Youth 20 (Y20) bertajuk "Kesetaraan Gender: Memanfaatkan Peran Pemuda dalam Menciptakan Lingkungan yang Inklusif Melalui Pendidikan Berbasis Interseksional".  Acara ini digelar di Ruang Seminar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS)Â
Terdapat dua pembicara yaitu Lintang Amartya Padmarini selaku President Girl Up UGM dan juga Aurelia Bianca Hanjaya selaku Diversity and Inclusion Track Officer, Y20 Indonesia 2022 dan dimoderatori oleh Tessalonika Marbun dari Head of Department Public Relations Girl Up UNS. Ketua Pelaksana talkshow ini adalah Annisa Fathunnida selaku Head of Program and Event Girl Up UNS.
Girl Up, organisasi yang diinisiasi oleh United Nation Foundation ini merupakan komunitas yang berfokus pada kesetaraan gender, advokasi dan pemberdayaan kaum yang termarginalisasi. Sedangkan Y20 adalah forum konsultasi resmi bagi pemuda dari seluruh negara anggota G20 (Group of Twenty adalah forum antar pemerintah yang terdiri dari 19 negara dan Uni Eropa) untuk dapat saling berdialog mengenai isu global.
Talkshow ini dibuka dengan video sambutan hangat dari Presiden Girl Up UNS, Sherley Adalia kemudian diikuti oleh sambutan dari perwakilan pihak UNS yaitu  Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si. dan dilanjutkan dengan sambutan dari Co-chair Y20 Indonesia 2022, Rahayu Saraswati.
Materi yang menjadi pokok pembahasan adalah kesadaran pemuda mengenai isu-isu kesetaraan gender dan inklusivitas khususnya di lingkungan pendidikan Indonesia serta penting untuk menerapakan sistem dan kurikulum pendidikan berdasarkan interseksionalitas.Â
"Di lihat dari kurikulum Indonesia saat ini terdapat kecendurungan untuk mengarahkan masyarakat ke urbanisme padahal kurang cocok dengan ciri khas penduduk Indonesia yang sangat beragam," ujar Lintang.Â
"Saat aku mengunjungi wilayah timur Indonesia, ada siswa yang nggak paham dengan kalimat 'Budi makan Nasi' karena makanan pokok mereka adalah sagu sehingga dapat dinilai bahwa kurikulum saat ini masih belum inklusif untuk seluruh lapisan masyarakat" Aurel menimpali
Talkshow yang berlangsung sekitar 4 jam ini juga bersifat interaktif dimana para audiens diajak diskusi bersama dan dipersilahkan untuk membagikan opini mereka. Salah satu partisipan mengatakan bahwa dia berusaha untuk meningkatkan kesadaran lingkungan sekitarnya mengenai inkusifitas dengan cara terbuka dengan identitasnya sebagai non-gender dan mengedukasi temannya.Â
Diakhir acara para speakers mengutarakan harapan besar mereka agar setiap pihak yang terlibat dalam acara ini dapat mempertahankan kerjasamanya dan mengadakan event-event bermanfaat lainnya.