Mohon tunggu...
Jovita Claudia
Jovita Claudia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ekonomi Pembangunan UNEJ

Sedang aktif menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sinergi dan Koordinasi Kebijakan Fiskal Moneter untuk Pertumbuhan Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan

10 November 2023   15:01 Diperbarui: 10 November 2023   15:02 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bauran Kebijakan. Sumber: Dictio.id

 

Penulis: Jovita Claudia Winata

MENILIK sinergitas dan koordinasi bauran kebijakan fiskal moneter menjadi pembahasan yang menarik. Sebagai negara berkembang dengan perekonomian yang dinamis, Indonesia terus berupaya menyelaraskan kebijakan fiskal dan moneter untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Bauran kebijakan fiskal dan moneter merupakan inti dari strategi perekonomian dan mencerminkan upaya pemerintah untuk mengatasi berbagai tantangan dan peluang baru. Dalam mengamati dinamika kebijakan ekonomi di Indonesia, perlu dipahami bagaimana interaksi kebijakan fiskal dan moneter mempengaruhi stabilitas perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Kombinasi dari dua titik pengaruh kebijakan dari sisi yang berlawanan jelas dapat menimbulkan masalah jika tidak mencapai titik temu yang pasti. Ditambah lagi jika kedua kubu dihadapkan pada konflik ketika dalam pencapaian tujuan justru menemui langkah penyesuaian yang tidak seimbang. Oleh karena itu, komunikasi menjadi cara krusial dan efektif antar kedua otoritas yang berwenang, yaitu pemerintah dari sisi fiskal dan bank sentral sebagai otoritas moneter.

Polemik Policy Mix di Indonesia

Ada hal yang perlu dipahami dari kebijakan fiskal dan moneter, dimana keduanya merupakan dua kebijakan makroekonomi yang saling terkait dan harus dilakukan secara sinergis dan terkoordinasi guna mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah kebijakan fiskal dan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas perekonomian.

Seperti yang kita ketahui, salah satu tujuan kebijakan moneter di Indonesia adalah untuk mencapai dan menjaga stabilitas harga, mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat, dan menjaga dampak limpahan kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pada sisi yang lain, tujuan dari kebijakan fiskal sendiri ialah untuk menentukan arah, tujuan, sasaran, dan prioritas pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kedua kebijakan tersebut harus dikoordinasikan dan dilaksanakan secara saling mendukung. Selama beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Indonesia tengah mengambil berbagai langkah kebijakan fiskal dan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas perekonomian. Sebagaimana kita ketahui, terdapat langkah kebijakan fiskal yang diambil antara lain memberikan insentif perpajakan, meningkatkan belanja pemerintah, dan mengurangi subsidi.

Sementara itu, langkah Bank Indonesia dalam kebijakan moneternya antara lain menaikkan suku bunga utama dan menjaga likuiditas pinjaman kredit perbankan. Namun demikian, untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang terintegrasi dan berkelanjutan, sinergi dan koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter sangatlah penting. Kebijakan fiskal dan moneter yang saling mendukung dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan. Misalnya, kebijakan fiskal yang tepat dapat mendukung pertumbuhan sektor non-sumber daya alam, manufaktur, pariwisata, sektor kreatif dan digital. Di sisi lain, kebijakan moneter yang tepat dapat menciptakan stabilitas harga dan menjaga dampak limpahan kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Bauran Kebijakan dan Implementasi Respon Krisis

Keseimbangan antara kebijakan fiskal dan moneter sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi yang sehat. Terlalu bergantung pada satu aspek dapat menyebabkan distorsi perekonomian. Misalnya, jika kebijakan fiskal terlalu ekspansif tanpa penyesuaian kebijakan moneter, maka risiko inflasi negatif dapat timbul. Di sisi lain, kebijakan moneter yang terlalu restriktif tanpa dukungan kebijakan fiskal tentu dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Contoh nyata dari harmonisasi ini adalah respons Indonesia terhadap krisis keuangan global tahun 2008. Pemerintah mengambil langkah fiskal yang agresif dengan merancang paket stimulus yang mencakup infrastruktur dan proyek strategis lainnya. Sementara itu, Bank Indonesia melakukan penyesuaian kebijakan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kerja sama yang sinergis ini memungkinkan Indonesia melewati masa sulit ini dengan dampak negatif yang relatif kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun