Masih ingatkah kamu ketika awal pandemi COVID-19 mulai memasuki Indonesia sejak diumumkannya kasus pertama pada bulan Maret 2020 lalu? Â
Saat itu, langkah pertama yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi pandemi ini adalah dengan menghibau masyarakat untuk melakukan kegiatan kerja dan belajar di rumah atau work from home selama 2 minggu terhitung sejak 16 Maret 2020 guna mencegah menularnya virus COVID-19 yang dalam pelaksanaannya work from home masih dilakukan sampai dengan hari ini.
Pandemi COVID-19 ini mengharuskan pemerintah dan masyarakat untuk beradaptasi dengan kondisi dan situasi yang baru, yang sangat jauh dari kebiasaan hidup sebelumnya. Hal ini tentu merubah tatanan kehidupan masyarakat dan memberikan tantangan-tantangan baru dalam menjalani kehidupan sehari-hari, salah satunyanya adalah dengan menaati protokol kesehatan yang telah diinstruksikan oleh pemerintah.
Dilansir dari portal berita lokal TribunJogja.com dalam berita berjudul "Protokol Kesehatan COVID-19 yang Harus Dilakukan saat New Normal Diberlakukan" menginformasikan mengenai aturan-aturan baru yang telah disusun oleh  Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 kesehatan yang dimuat dalam New Normal dan harus dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dalam menjalani kebiasaan hidup sehari-hari di masa pandemi COVID-19.
Adaptasi budaya merupakan suatu proses seseorang atau individu dalam menyesuaikan diri mereka; merasa aman, dan nyaman dengan lingkungan baru yang sedang dan akan dihadapinya dalam jangka waktu yang panjang (Gudykunst & Kim, 2003).
Sementara dalam (Martin & Makamaya, 2010) adaptasi budaya dinilai sebagai proses seseorang atau individu dalam mempelajari maupun memahami berbagai kebiasaan serta peraturan budaya yang baru. Hal ini sama dengan yang dialami oleh masyarakat Indonesia dalam beradaptasi dengan pandemi COVID-19 dengan cara melakukan New Normal sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Proses penyesuaian diri yang terjadi disini adalah peralihan kebiasaan dari masyarakat yang semula dapat melakukan aktivitas diluar rumah dengan bebas, bersosialisasi dan bercengkrama dengan rekan, sahabat, dan keluarga kini harus mulai mengurangi aktivitas diluar rumah, menggunakan masker kemanapun, dan membatasi jarak fisik dengan orang lain untuk menghindari penularan virus COVID-19.
Pemahaman mengenai aturan New Normal dan mematuhi protokol kesehatan yang disosialisasikan oleh pemerintah juga merupakan bentuk dari adaptasi budaya yang dilakukan masyarakat.
Proses adaptasi memiliki tahapan-tahapan (Kim, 2005) antara lain sebagai berikut
- Stress, terjadi ketika seseorang memasuki lingkungan yang baru. Stress muncul karena adanya shock terhadap budaya yang baru. Proses stress ini terjadi juga pada masyarakat Indonesia ketika awal-awal menghadapi masa pandemi, dimana informasi masih belum jelas dan pemerintah belum mengeluarkan kebijakan yang mengakibatkan ketakutan, kecemasan, dan kepanikan masyarakat dan berdampak pada terjadinya panic buying serta melonjaknya harga masker dan hand sanitizer.
- Adaptation, karena adanya stress yang dialami seseorang, memotivasi seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan baru agar dapat mengembalikan keseimbangan. Tahap adaptasi ini dirasakan juga oleh masyarakat Indonesia, ketika masyarakat merasakan stress akibat dari tidak bisa lagi leluasa melakukan kegiatan diluar rumah karena takut terpapar virus COVID-19. Hal ini kemudian membuat masyarakat mulai melakukan "adaptasi" dengan cara mematuhi protokol kesehatan dengan cara menggunakan masker dan menjaga jarak antar individu supaya mereka tetap bisa melakukan kegiatan diluar rumah tetapi tetap dengan aman dan mengantisipasi diri terkena virus COVID-19.
- Growth, meskipun seseorang mengalami stress dan proses adaptasi, masa ini akhirnya membawa kepada proses pertumbuhan dimana seseorang akan mudah berinteraksi dengan penduduk setempat. Setelah masyarakat Indonesia melalui proses stress dan adaptasi dalam menghadapi pandemi COVID-19, masyarakat kemudian berada di dalam proses growth dimana dalam hal ini masyarakat Indonesia mulai responsif terhadap isu-isu kesehatan dan kebersihan, serta lebih mampu menerima dan melakukan pola hidup sehat.
Selanjutnya Kim (Littlejohn & Foss, 2009) mengungkapkan mengenai faktor penyebab perbedaan jangka waktu beradaptasi tiap individu, yaitu sebagai berikut :
- Host Communication Competence, individu akan lebih mudah beradaptasi dengan kebudayaan baru apabila mereka memiliki kecocokan dalam komunikasi. Hal tersebut dapat membantu keefektifan individu dalam menerima pesan, sehingga individu tersebut dapat memberikan respons yang sesuai dengan pesan yang diterima. Hal ini tampak pada komunikasi berupa kebijakan dari pemerintah kepada masyarakat. Masyarakat akan lebih mudah beradaptasi ketika pemerintah mulai memberikan kebijakan-kebijakan terkait dalam menghadapi pandemi COVID-19, dalam hal ini adalah kebijakan New Normal yang dikeluarkan pemerintah sehingga masyarakat tidak bingung dan panik dalam menghadapi pandemi.
- Host and Ethnic Social Communication, secara langsung kemampuan komunikasi dengan kebudayaan setempat memengaruhi dan dipengaruhi oleh peningkatan partisipasi komunikasi orang-orang dari kebudayaan setempat. Faktor ini terlihat ketika pemerintah mulai memberikan kebijakan untuk selalu menggunakan masker saat berada diluar rumah. Komunikasi yang terbangun antara pemerintah dan masyarakat ini membuat budaya baru tersebut dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat, pada proses ini dibuktikan bahwa sampai sekarang setiap individu yang berada diluar rumah atau tempat umum selalu mengenakan masker.
- Environment, selama individu berpartisipasi dalam interaksi sosial dengan kebudayaan baru, maka hal tersebut berpotensi memberikan pengaruh adaptif bagi individu. Namun hal tersebut juga tergantung dengan karakteristik lingkungan itu sendiri, seperti penerimaan, tekanan dari norma, dan kekuatan kelompok budaya. Dalam tahapan ini, lingkungan berpengaruh besar terhadap tingkat adaptif individu untuk melalukan adaptasi terhadap budaya baru. Sejak awal masa pandemi masyarakat Indonesia disini berinteraksi dengan kebudayaan baru, yaitu selalu mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak dengan individu lain, dst. Budaya baru ini diterima dengan mudah, karena lingkungan yaitu masyarakat Indonesia saat itu sangat ketakutan menghadapi virus COVID-19 sehingga budaya baru berupa New Normal berupa aturan menaati protokol kesehatan dilakukan dengan baik.
- Predisposition, dalam proses ini, penerimaan budaya baru juga bergantung pada bagaimana karakter individu tersebut, seperti kesiapan mental individu dalam menghadapi budaya baru. Masyarakat Indonesia dinilai telah memiliki kesiapan mental dalam melaksanakan New Normal hal ini terlihat dari dipatuhinya anjuran work from home dari pemerintah sampai dengan kebijakan New Normal ini diresmikan.
- Intercultural Transformation, setelah mengalami perubahan kondisi internal individu, kemudian individu tersebut akan mengalami perubahan kebiasaan. Hal tersebut dilihat dalam respons kognitif, afektif, dan perilaku. Pendatang yang berhasil beradaptasi dengan lingkungan baru akan merasakan kenyamanan ketika berada di lingkungan tersebut. Dalam hal ini, masyarakat Indonesia telah mengalami perubahan signifikan dalam menjalani kehidupan sehari-hari dari sebelum pandemi COVID-19 sampai saat pandemi ini, yang berarti masyarakat Indonesia telah mampu beradaptasi dengan era budaya New Normal. Respon kognitif disini adalah pemahaman masyarakat mengenai bahaya virus COVID-19 dan cara-cara mengantisipasi terkena virus tersebut, sementara respon afektif nampak ketika masyarakat Indonesia memilih untuk memberikan atensi dan rasa was-was terhadap virus COVID-19, lalu respon tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah dengan mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah, salah satu yang paling terlihat adalah mengenakan masker diluar rumah, atau di tempat umum.