Mohon tunggu...
jovian_057
jovian_057 Mohon Tunggu... Mahasiswa -

You know my picture, not my story Terbit Artikel tidak menentu, Salam Super :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Berpikir secara Kritis dalam Periklanan, Mengapa?

6 Februari 2016   16:02 Diperbarui: 6 Februari 2016   16:37 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gambar: UCEO"][/caption]

Iklan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem ekonomi dan sosial masyarakat modern. Iklan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non-personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran (Kotler, 2000:658). Dalam perkembangan sekarang, iklan sudah berkembang menjadi sistem komunikasi, dimana komunikasi tidak saja bagi produsen barang dan jasa melainkan juga untuk konsumen. Pada hakikatnya iklan menjual pesan dengan menggunakan keterampilan kreatif, seperti tipografi, scripwitting, copywriting, ilustrasi, layout, dan pembuatan film. Sehingga kunci keberhasilan iklan yaitu menyampaikan pesan kepada konsumen.

Sebagai konsumen kita semua adalah sasaran iklan, dari hampir setiap waktu iklan mengisi waktu kita dari kehidupan. Sehingga dalam hal ini iklan suatu alat bauran promosi yang digunakan sebagai alat pengantar pesan untuk membentuk sikap konsumen. Konsumen juga diklasifikasikan menurut kebutuhan dan keinginan yang dinamai segmentasi, adapun beberapa metode segmentasi yaitu segmentasi demografis, segmentasi geografis, segmentasi behavioralis, dan segmentasi psikografis. Agar penyampaian pesan dapat diterima oleh konsumen dengan baik maka dibutuhkan media.

Media dalam iklan bermacam-macam, bisa dalam bentuk media cetak maupun media elektronik. Media cetak adalah suatu alat yang digunakan sebagai perantara yang bertujuan untuk menginformasikan suatu hal atau masalah kepada masyarakat atau khalayak dalam bentuk cetak, seperti koran, majalah, pamphlet, spanduk dan lain-lain; sedangkan media elektronik adalah suatu alat yang digunakan sebagai perantara yang bertujuan untuk menginformasikan suatu hal atau masalah kepada khalayak atau masyarakat dalam bentuk elektronik, seperti TV, radio, dan lain-lain.

Seperti yang kita ketahui pengiklanan di media TV merupakan cara paling efektif karena menggabungkan unsur audio, visual, dan verbal dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, contohnya mempromosikan produk terutama di Indonesia yang masyarakat masih brand minded, dimana merek yang dimunculkan di TV akan cenderung lebih digemari daripada yang tidak diiklankan di TV. Tetapi media yang lainnya yaitu radio, majalah, koran, pamphlet,spanduk dan lain-lain juga memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing dan mempunyai cara tersendiri untuk memberikan pesan kepada khalayak serta memiliki cara yang efektif untuk mempengaruhi minat konsumen.

Secara sadar maupun tidak sadar iklan-iklan yang ada di Indonesia sudah merasuki seluruh bagian dari kehidupan kita melalui media tertentu, seperti media cetak dan media elektronik. Bahkan seluruh bagian tubuh kita sudah menjadi sasaran media iklan. Misalnya, kaos oblong kita kenakan ada merk X itu sudah menjadi merupakan iklan berjalan, dan secara tidak sadar kita senang hati menggunakan kaos oblong tersebut.

Supaya tidak terjebak dalam iklan secara media cetak maupun media elektronik, dan menghindari perilaku konsumtif dari konsumen, haruslah berpikir. Bahkan menurut filsuf Rene Descartes (1596-1650) bahkan menjadikan kegiatan berpikir ini sebagai hakikat eksistensi manusia (cogito ergo sum). Maka dari itu jika adanya iklan yang menyampaikan informasi, dan kebenaran suatu informasi yang disajikan melalui iklan tidak dapat diterima saja karena pada dasarnya individu dapat berpikir. Individu yang menerima iklan, akan terlebih dahulu melakukan kegiatan mengolah, menganalisis lalu memutuskan apakah fakta melalui informasi yang ditampilkan oleh iklan dapat dipercaya atau tidak. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau dikumpulkan secara tidak langsung dari data indrawi (Bagus, 2000: 197-198). Sehingga individu akan terhindar konsumtif dari iklan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun