Selubung gelap kabut asap merupakan akibat dari kebakaran hutan atau kebakaran lahan baik yang alami, ketidaksengajaan manusia maupun disabotase. Jikalau penyebab kebakaran hutan terjadi secara alami, maka kejadian tersebut dipicu oleh petir ataupun gesekan antara pepohonan. Namun, kebakaran hutan yang terjadi secara alami di Indonesia jarang terjadi. Kebakaran hutan secara alami dapat terjadi ketika kondisi hutan memungkinkan, seperti ketika terjadi kekeringan yang lama yang disebabkan oleh kurangnya curah hujan dan rendahnya jumlah air di dalam tanah yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tanaman tertentu di sebagian besar wilayah.
Menurut Syaufina (2008) dalam bukunya yang saya kutip dari situs DISLHK KABUPATEN BADUNG, hampir 99% kebakaran hutan dan lahan di Indonesia disebabkan oleh sabotase atau tindakan tangan manusia. Ketidaksengajaan manusia dapat menyebabkan kebakaran hutan, misalnya puntung rokok yang ditinggalkan di hutan dan api unggun yang tidak dipadamkan dengan benar. Oleh kejadian ketidaksengajaan ini pemerintah harus menghimbau bagi mereka yang ingin mengadakan kegiatan di hutan seperti relaksasi, kamping dan community gathering wajib menaati perilaku bijak di hutan agar tidak terjadinya kelalaian sekecil apapun.
Selama bulan September dan Oktober 2023 kabut asap karhutla kembali menyelimuti beberapa wilayah di Indonesia, di antaranya Jambi, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan. Kabut asap karhutla membuat negara Indonesia semakin waspada terhadap bencana lainnya. Negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia dan Thailand juga ikut mewaspadai asap kiriman dari Indonesia karena sebelumnya kedua negara tersebut pernah terdampak kabut asap karhutla dari Indonesia.
Permasalahan karhutla berulang kali menjadi permasalahan di kawasan Asia Tenggara. Dilihat dari situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tahun 2017 Indonesia berhasil menghentikan penyebaran kabut asap di seluruh perbatasan yang disebabkan oleh karhutla. Jika kita mengingat kembali pada tahun 2015, kabut asap yang melintas ke negara tetangga terjadi selama 20 hari, kemudian tahun 2016 menurun drastis hanya selama empat hari. Berikutnya, tahun 2017 tidak terjadi sama sekali.Â
Tahun 2015 merupakan tahun kejadian karhutla terburuk karena berbagai faktor, termasuk jumlah korban, lamanya kejadian, kerugian finansial dan keterbatasan proses belajar-mengajar dalam pendidikan. Â Sangat disayangkan bahwa kabut asap ini terjadi lagi pada tahun 2023. Padahal masyarakat Indonesia baru menikmati udara segar setelah sebelumnya menghadapi kasus pandemi COVID-19 pada tahun 2020.
Sektor ekonomi Indonesia terpengaruh oleh karhutla. Berikut ini adalah beberapa dampak dari karhutla:
- Gangguan terhadap aktivitas pekerja: Selubung gelap kabut asap mengusik aktivitas pekerja, membuat jam kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) berkurang. Upacara hari Senin, Apel gabungan, Apel pagi dan Apel siang atau kegiatan outdoor lainnya ditiadakan guna menjaga kesehatan pegawai dari penyakit yang dapat terjadi akibat kualitas udara yang tidak sehat. Pengurangan jam kerja dapat menyebabkan penurunan nilai lalu lintas, kegiatan jual beli, dan kegiatan ekonomi lainnya.
- Delay dan pengalihan penerbangan: Keterlambatan dan pengalihan penerbangan karena jarak pandang yang rendah oleh kabut asap  mengakibatkan maskapai penerbangan seperti Lion Air, Garuda Indonesia danmCitilink Indonesia banyak membatalkan jadwal penerbangan. Hal ini mengakibatkan kerugian penurunan pendapatan bagi maskapai penerbangan, jika hal ini berkelanjutan dalam jangka yang panjang maskapai mungkin tidak lagi memiliki cadangan keuangan untuk bertahan.
- Gangguan pada sektor pertanian: Kabut asap mengusik sektor pertanian terutama tanaman perkebunan yang bersambung kepada perekonomian. Paparan asap yang berkepanjangan mengurangi dan merusak hasil panen, selain itu juga mengusik proses penanaman dan pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan banyak petani gagal panen. Dapat kita lihat pada kondisi saat ini mayoritas harga pangan melonjak khususnya harga beras, yang dikutip dari CNN Indonesia nyaris menyentuh Rp16 ribu per kg yang sebelumnya hanya di level Rp 13.200 per kg. Selain beras, harga cabai dan bawang dan gula juga ikut terkerek. Kenaikan harga bahan pangan ini dapat mendorong inflasi dan mengurangi daya beli masyarakat karena harga bahan pangan semakin naik tetapi pendapatan konsumen tidak ada perubahan.
- Jumlah pasien yang menderita infeksi saluran pernapasan (ISPA) meningkat: Kabut asap karhutla sangat mengancam kesehatan sistem pernapasan. Dinas Kesehatan telah mengonfirmasi bahwa ISPA adalah dampak yang pasti terjadi akibat kabut asap. Gangguan kesehatan yang terjadi mengakibatkan permintaan layanan perawatan medis dan biaya kesehatan semakin tinggi, sehingga menyebabkan inflasi medis dan menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat karena biaya kesehatan semakin tinggi sedangkan kondisi keuangan tidak memadai.
Melihat betapa besar pengaruhnya kebakaran hutan yang berdampak pada kesehatan dan perekonomian yang sampai sekarang masih kita rasakan membuat saya, anda dan kita semua sadar bagaimana harus menjaga alam semaksimal mungkin agar tetap hidup dan menstabilkan perekonomian bangsa.Â
Pemerintah telah meningkatkan regulasi, restorasi lahan gambut, pemantauan dan teknologi udara, serta penegakan hukum terhadap pembakar hutan ilegal dan perusahaan yang terlibat dalam praktik pembakaran hutan. Saat ini, kita sebagai generasi muda harus mendukung dan membantu upaya reboisasi pemerintah untuk menghidupkan kembali cahaya perekonomian lokal dengan menanam pohon baru dan menghasilkan kayu yang dikelola berkelanjutan sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian hutan sebagai komoditas yang diperdagangkan guna pendapatan ekspor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H