Mohon tunggu...
Jovan Mandalahi
Jovan Mandalahi Mohon Tunggu... Arsitek - Direktur

Love gladys

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tanggerang

13 November 2023   12:03 Diperbarui: 13 November 2023   12:45 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Di tengah gemerlapnya Kota Tangerang, kisah-kisah kehidupan menjalin harmoni dengan getaran sejarah yang melekat pada setiap sudutnya. Pasar tradisional, jantung kota, menjadi saksi bisu perubahan zaman. Di pagi yang riuh, aroma rempah dan kehangatan salam perdagangan mewarnai kehidupan pedagang yang setiap harinya berusaha mempertahankan warisan budaya.

Salah satu sudut kota yang paling menarik adalah gang-gang kecil yang menyimpan rahasia masa lalu. Di sana, sebuah toko buku tua yang dijaga oleh Pak Surya menjadi tempat perlindungan bagi penikmat literatur klasik. Dinding-dinding kayu reot dihiasi oleh buku-buku langka yang mengisahkan sejarah kota dan perjalanan panjangnya.

Taman kota menjadi saksi setia kebahagiaan warga. Pada sore hari, anak-anak bermain riang di atas rumput hijau yang terhampar luas. Di bawah pohon rindang, seorang kakek tua duduk dengan tenang, menceritakan kisah-kisah lama tentang Kota Tangerang kepada cucunya. Kebersamaan dan kehangatan keluarga terasa begitu nyata di antara pepohonan dan taman yang menyejukkan.

Pada malam hari, jalan utama kota menjadi lebih hidup. Gedung-gedung tinggi yang menjulang di sepanjang jalan menyala indah, mencerminkan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan kota. Restoran dan kafe modern menjadi tempat berkumpulnya warga yang mengikuti arus perkembangan zaman. Namun, di sisi lain, warung-warung tradisional di sudut gang tetap setia melayani pengunjung dengan hidangan lezat yang menggugah selera.

Tetapi di tengah keberhasilan kota, terdapat perjuangan para pekerja keras. Seorang pedagang pasar tradisional, Ibu Siti, berdiri teguh di antara deretan sayuran dan buah-buahan yang berjejer di atas meja kayunya. Meski terdapat persaingan dari pasar modern, Ibu Siti tetap mempertahankan kualitas dan keaslian produknya, menjadi simbol keteguhan dan dedikasi pada tradisi.

Melangkah ke gang-gang kecil, seniman jalanan dengan berani mengekspresikan karyanya. Lukisan-lukisan yang dihasilkannya mencerminkan keindahan dan kehidupan sehari-hari Kota Tangerang. Setiap goresan menjadi suatu bentuk penghargaan terhadap warisan kota yang kaya akan kebudayaan.

Di akhir hari, cahaya kota perlahan meredup, memberi ruang bagi bintang-bintang di langit. Kota Tangerang bukan hanya tentang kemajuan dan modernitas, tetapi juga tentang keseimbangan antara masa lalu dan masa depan. Di setiap jalan dan gang, di setiap pasar tradisional dan taman kota, kisah Kota Tangerang terus berlanjut, menjadi warisan berharga bagi generasi yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun