Gelar “Profesor” menjadi simbol prestasi akademis yang tinggi, yang harus dicapai melalui dedikasi, kerja keras, dan kejujuran.
Saat ini, gelar "Profesor" merupakan salah satu gelar yang paling sulit diraih karena banyaknya syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi hanya untuk memperolehnya. Hal tersebut membuat gelar "Profesor" menjadi gelar yang dihormati di dunia pendidikan. Ini menyebabkan banyak orang ingin meraih gelar "Profesor", tidak hanya orang pintar, tetapi juga politisi. Banyak orang menggunakan berbagai cara untuk memperoleh gelar profesor, baik melalui cara yang sulit namun jujur, maupun cara yang mudah tetapi tidak jujur.
Pada saat ini Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI, menjadi obrolan publik karena kecurigaan terkait gelar guru besar yang diraihnya dari Universitas Borobudur. Banyak hal dalam riwayat pendidikan dan pengajarannya yang menimbulkan pertanyaan apakah Soesatyo benar-benar seorang guru besar atau bukan.
Soesatyo memperoleh gelar master administrasi bisnis dari Institut Manajemen Newport Indonesia pada 1991. Namun, pada 1992, Soesatyo baru dinyatakan lulus sarjana dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Data riwayat mengajarnya juga menunjukkan bahwa Soesatyo hanya mengajar kurang dari lima tahun, padahal salah satu syarat untuk mendapatkan gelar profesor adalah memiliki pengalaman mengajar setidaknya selama 10 tahun.
Dalam dunia akademis, kredibilitas dan reputasi sangat bergantung pada integritas dan kejujuran dalam proses pencapaian gelar. Ketika ada individu yang mendapatkan gelar dengan cara yang mencurigakan, hal ini tidak hanya merusakkan pendangan publik terhadap institusi pendidikan yang memberikannya, tetapi juga merendahkan perjuangan para profesor yang telah berjuang keras untuk mencapai posisi tersebut dengan cara yang sah dan etis. Praktik semacam ini juga dapat merusak kepercayaan publik terhadap sistem pendidikan dan menimbulkan kecurigaan terhadap para profesional yang benar-benar layak dan berkompeten.
Mendapatkan gelar "Profesor" seharusnya seperti menanam pohon yang kuat dan tinggi, membutuhkan waktu, ketekunan, dan komitmen untuk memastikan akar pengetahuan dan integritas tertanam dalam-dalam di tanah pendidikan. Namun, jika prosesnya dipercepat dengan pupuk instan dan jalan pintas, maka pohon itu mungkin cepat tumbuh tinggi tetapi rapuh, mudah tumbang saat diterpa angin. Seorang profesor seharusnya berdiri kokoh sebagai panutan, memberikan buah pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat dan generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H