Di dalam era globalisasi saat ini dimana tujuan dari globalisasi adalah menyatukan penduduk dunia menjadi satu masyarakat dunia yang tunggal. Dengan demikian, pada era saat ini makin terbukanya sekat -- sekat pemisah antar suatu negara terhadap negara lainnya. Terbukanya arus komunikasi dan informasi yang didukung dengan majunya alat -- alat komunikasi yang saat ini sudah mudah didapatkan oleh setiap orang membuat begitu banyak kebudayaan asing masuk ke indonesia dan semakin membuat posisi kebudayaan indonesia tergeser jauh dari idealnya. Khususnya budaya Indonesia banyak di dominasi oleh kebudayaan asing. Sebagian besar anak muda bangsa Indonesia lebih menyukai dan lebih fanatik terhadap budaya asing.
Melihat kenyataan  bahwa masyarakat Indonesia saat ini lebih memilih kebudayaan  asing  yang  mereka  anggap  lebih  menarik ataupun  lebih  unik dan  praktis. Kebudayaan  lokal  banyak  yang  luntur akibat dari kurangnya  generasi  penerus  yang memiliki minat untuk belajar dan mewarisinya. Hanya generasi milenial tertentu yang memiliki minat pada budaya daerah. Sebagian besar generasi milenial belum mau belajar dan memahami kebudayaan daerahnya sendiri dan hanya mempelajarinya saja melalui media ajar seni budaya di sekolah yang seharusnya diaplikasikan pada kehidupannya masing masing.Â
Hal ini dapat menyebabkan lunturnya nilai-nilai budaya daerah dan membuat identitas dari bangsa Indonesia makin sulit dibaca oleh banyak orang. Jika kita sebagai generasi milenial tidak mempertahankan budaya kita maka identitas bangsa kita pun lambat laun akan menjadi pudar bahkan hanya menjadi catatan sejarah saja yang akan dibaca oleh generasi mendatang.
Masyarakat khususnya para generasi milenial wajib memahami  dan  mengetahui  berbagai macam kebudayaan yang  dimiliki. Pemerintah  juga  dapat  lebih  memusatkan  perhatian  pada  pendidikan muatan  lokal  kebudayaan  daerah. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melestarikan budaya lokal ( Yunus: 2014: 123) seperti yang dikutip oleh Nahak (2019) yaitu:
- Kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya lokal.
- Mendorong  masyarakat  untuk  memaksimalkan  potensi  budaya  lokal  beserta pemberdayaan dan pelestariannya.
- Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan, keramah tamahan dan solidaritas yang tinggi.
- Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah.
- Mengusahakan agar masyarakat mampu mengelola keanekaragaman budaya lokal.
Selain beberapa cara di atas, pembentukan sebuah organisasi atau komunitas yang bergerak di bidang kesenian juga dapat dilakukan untuk menarik dan menampung bakat dan minat para generasi milenial untuk bergerak di bidang kesenian atau budaya daerah dengan konsistensi organisasi dapat membuat format baru agar budaya daerah tetap diminati dan dapat diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari.
Contohnya adalah Bramanta Budaya. Bramanta Budaya adalah organisasi atau lebih tepatnya komunitas anak anak muda yang masih gigih dan konsisten untuk usaha pelestarian budaya daerah melalui pelatihan pelatihan kesenian tradisi hingga sampai pada ajang festival tingkat daerah, regional, bahkan nasional.Â
Berawal dari sekumpulan anak-anak muda yang senang dan cinta akan kesenian daerah khususnya kesenian lokal. Dan memiliki keinginan untuk terus belajar, berkarya, dan berkreasi mengembangkan ide-ide garap sesuai dengan era yang terus berkembang. Sehingga pada tanggal 11 Januari 2018, terbentuklah Bramanta Budaya yang diketuai oleh Jovanda Arviansyah. Bramanta (Bahasa Sansekerta) yang berarti pengembara, memberikan makna bahwa Bramanta Budaya merupakan pengembaraan (belajar, berkarya, berkreasi, mencari pengelaman baru, mencari ilmu-baru) dalam bidang budaya khususnya kesenian lokal.
Menurut Dhimaz Anggoro Putro selaku pembina dari Bramanta Budaya, untuk menjaga konsistensi Bramanta Budaya dalam pelestarian budaya daerah, dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan-pelatihan kesenian tradisi di mana pelatihan juga harus ada evaluasi dan pendampingan dari tenaga teknis atau senior yang membidangi. Selain itu juga dilakukan dengan cara apresiasi pagelaran atau pertunjukan daerah lainnya untuk dapat dikembangkan lagi dalam pelatihan-pelatihannya.
Dhimaz juga berharap Bramanta Budaya dapat menjadi sebuah organisasi promotor bagi pemuda-pemuda lainnya untuk dapat lebih antusias dalam menggemari budaya daerah, tidak hanya berkarya saja tetapi juga diseimbangkan dengan prestasi.