Abstract: Bullying in schools poses a serious threat to the learning process and development of students in Indonesia. In 2023, there were approximately 3,800 cases of bullying that had negative impacts, including decreased academic performance, mental health problems, and the risk of dropping out of school. In this case, the role of teachers is crucial to create a learning environment that is safe, comfortable, and free from bullying. This research aims to further explore the role of teachers in creating conducive learning and preventing bullying. Using the literature study method, this research analyzes various scientific journals, books and related documents that discuss strategies and interventions that can be implemented by teachers. The results of this study are expected to provide guidance for educators in creating a positive atmosphere in the classroom, as well as highlighting the importance of emotional and psychological support for students. Teachers who are able to understand students' emotional state can help them overcome feelings of fear and anxiety due to bullying. Through joint efforts, it is hoped that bullying cases in schools can be minimized, so that students can develop optimally.
Keywords : Teacher's Role, Bullying, Learning environment
Abstrak: Perundungan di sekolah menjadi ancaman serius bagi proses pembelajaran dan perkembangan siswa di Indonesia. Pada tahun 2023, tercatat sekitar 3.800 kasus bullying yang berdampak negatif, termasuk penurunan prestasi akademik, masalah kesehatan mental, dan risiko putus sekolah. Dalam hal ini, peran guru sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bebas dari intimidasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih dalam peran guru dalam menciptakan pembelajaran yang kondusif dan mencegah perundungan. Dengan menggunakan metode studi literatur, penelitian ini menganalisis berbagai jurnal ilmiah, buku, dan dokumen terkait yang membahas strategi dan intervensi yang bisa diterapkan oleh guru. Hasil dari studi ini diharapkan dapat memberikan panduan bagi pendidik dalam menciptakan suasana positif di kelas, serta menyoroti pentingnya dukungan emosional dan psikologis bagi siswa. Guru yang mampu memahami kondisi emosional siswa dapat membantu mereka mengatasi perasaan ketakutan dan kecemasan akibat perundungan. Melalui upaya bersama, diharapkan kasus bullying di sekolah dapat diminimalisir, sehingga siswa dapat berkembang secara optimal.
Kata kunci: Peran Guru, Perundungan, Lingkungan Belajar
PENDAHULUAN
Bullying merupakan bentuk penyalahgunaan yang dilakukan oleh teman sebaya terhadap individu yang dianggap lebih lemah, dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Tindakan ini biasanya terjadi berulang kali dan dapat bersifat terstruktur. Untuk melawan bullying, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari perilaku bullying dan sejenisnya. Selain itu, baik secara sadar maupun tidak, orang dewasa pun bisa menjadi korban atau pelaku bullying, misalnya melalui perilaku bullying di tempat kerja atau kekerasan verbal terhadap orang di sekitarnya (Muzdalifah, 2020).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perilaku bullying terjadi, seperti kurang perhatian dari orang tua terhadap anak, konflik dalam keluarga, dan minimnya komunikasi antara orang tua dan anak. Sikap toleransi yang rendah di lingkungan sekolah, kurangnya pengawasan guru, dan minimnya pemahaman tentang bullying serta respon terhadapnya. Beberapa siswa terlibat dalam bullying untuk diterima oleh kelompok atau komunitas tertentu. Kondisi ekonomi keluarga dan faktor pergaulan. Pengaruh media massa melalui tayangan di televisi dan internet yang dapat memengaruhi siswa untuk meniru perilaku bullying yang mereka lihat (Firmansyah, 2021).
Dampak bullying dapat mengakibatkan trauma berkepanjangan pada korban, baik secara psikologis maupun fisik. Korban bullying cenderung mengalami depresi, kecemasan, kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, dan bahkan dapat memunculkan pemikiran untuk bunuh diri. Penelitian menunjukkan bahwa 68% korban bullying mengalami gejala Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang dapat bertahan hingga bertahun-tahun setelah kejadian (Kusuma & Pratiwi, 2022). Dalam konteks akademik, korban bullying menunjukkan penurunan prestasi belajar yang signifikan, ditandai dengan kesulitan berkonsentrasi, menurunnya motivasi belajar, dan meningkatnya tingkat ketidakhadiran di sekolah . Studi longitudinal mengungkapkan bahwa 45% korban bullying mengalami penurunan nilai akademik minimal satu tingkat dalam semester yang sama (Nugroho & Wulandari, 2022).
Peran guru menjadi sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan bebas dari bullying. Guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai mediator, fasilitator, dan pembimbing yang dapat membantu siswa mengatasi masalah bullying. Melalui pendekatan yang tepat, guru dapat mendeteksi tanda-tanda bullying, membangun hubungan positif dengan siswa, serta memberikan edukasi mengenai dampak negatif dari perilaku bullying. Penelitian menunjukkan bahwa guru yang aktif terlibat dalam pencegahan dan penanganan bullying dapat menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif dan mendukung bagi semua siswa (Nurussama, 2019).
Guru membentuk mindset atau pola pikir yang positif pada siswa. Melalui bimbingan dan arahan yang tepat, guru dapat mengajarkan siswa untuk melihat kesulitan sebagai kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri. Dengan demikian, siswa yang terbentuk mindset positif akan selalu mempunyai pola pikir maju sehingga menciptakan rendahnya perilaku bullying di sekolah (Fitriani & Dewi, 2020).
Guru yang mampu memahami kondisi emosional siswa dapat membantu mereka mengatasi perasaan takut dan cemas akibat bullying. Dengan adanya upaya bersama, diharapkan kasus bullying di sekolah dapat diminimalisir, sehingga siswa dapat berkembang secara optimal. Pemahaman yang mendalam tentang kondisi emosional siswa memungkinkan guru untuk memberikan intervensi yang tepat dan mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh (Santoso & Wulandari, 2022).