listrik, sebagai alternatif untuk mengatasi masalah polusi udara, memang telah menjadi perbincangan yang akrab di masyarakat. Namun, kita perlu menyadari bahwa, meskipun diklaim sebagai solusi ramah lingkungan, mobil listrik tidak dapat dianggap sebagai penyelamat mutlak dari masalah emisi karbon. Artikel ini akan membahas mengapa mobil listrik memiliki dampak negatif dari perspektif kimia hijau, serta mengulas upaya alternatif yang lebih berkelanjutan dalam bentuk baterai organik.
MobilBaterai adalah komponen kunci dalam kendaraan listrik sebagai sumber energi. Namun, kenyataannya adalah baterai-baterai ini memiliki masa pakai terbatas, berkisar antara 8 hingga 15 tahun, yang berarti akan banyak baterai yang harus dibuang. Baterai yang sudah tak terpakai ini termasuk dalam kategori bahan berbahaya dan beracun (B3), mengandung logam berat, dan berpotensi mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan benar. Pembuangan baterai secara sembarangan dapat mengakibatkan pencemaran dan bahkan risiko kebakaran, sementara juga berpotensi meracuni manusia.
Di tahap daur ulang, baterai listrik menghadapi tantangan serius. Proses daur ulang baterai lithium-ion melibatkan suhu tinggi dan konsumsi energi yang besar. Proses ini juga berisiko karena baterai lithium-ion bisa meledak. Bahkan jika baterai berhasil didaur ulang, hasilnya tidak selalu dapat digunakan kembali dengan mudah. Hal ini membuat proses daur ulang menjadi lebih mahal daripada mengekstraksi logam baru untuk baterai. Akibatnya, banyak baterai terpaksa menumpuk sebagai sampah, menyebabkan dampak lingkungan yang merugikan. Selain itu, proses penambangan mineral untuk pembuatan baterai juga berdampak negatif pada sumber daya alam.
Sebagai contoh konkret, kasus pencemaran limbah aki bekas dari praktik daur ulang baterai di Desa Cinangka, Kabupaten Bogor, adalah ilustrasi nyata dampak negatif dari praktik daur ulang yang kurang hati-hati. Pencemaran tersebut berdampak pada lingkungan sekitar dan telah menyebabkan gangguan kesehatan pada penduduk setempat, terutama anak-anak.
Sebagai alternatif, ilmuwan saat ini sedang merancang baterai organik sebagai solusi yang lebih berkelanjutan. Baterai ini terbuat dari bahan organik yang dapat terdegradasi dan lebih ramah lingkungan. Penggunaan bahan organik juga memiliki dampak yang lebih rendah pada lingkungan karena bahan bakunya berasal dari makhluk hidup yang dapat diperbaharui. Meskipun demikian, ada beberapa kekurangan dalam pengembangan baterai organik, seperti sifat mudah terbakar dan keterbatasan dalam reproduksi bahan baku.
Dalam rangka menjaga kelangsungan lingkungan, pengembangan baterai organik menjadi solusi yang menarik. Meski masih memerlukan pengembangan lebih lanjut, baterai ini menunjukkan potensi besar untuk mengatasi masalah pencemaran dan keterbatasan sumber daya alam yang terkait dengan baterai konvensional. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan dengan cermat dampak dan solusi yang ditawarkan oleh mobil listrik dalam upaya menciptakan masa depan transportasi yang lebih berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H