Sehari setelah santri-santri mengungsi, akhirnya para PKI betul-betul datang. Mereka langsung bertindak ganas dengan menggeledah seluruh Pesantren Gontor.
"Endi Kiai-ne? Endi Kiai-ne? Kon ngadepi PKI kene! Asu Kabeh..! ( Mana Kyainya, Mana Kyainya?suruh menghadapi PKI sini, Anjing semua...!!! Karena tak ada sahutan, mereka pun mulai merusak pesantren. Gubuk-gubuk asrama santri yang terbuat dari bambu dirusak. Kasur-kasur dibakar, buku-buku santri dibakar habis. Peci, baju-baju santri yang tidak terbawa, mereka bawa ke pelataran asrama. Mereka menginjak-injak dan membakar sarana peribadatan, berbagai kitab, dan buku. Termasuk beberapa Kitab suci Al-Quran mereka injak dan bakar." (hal 199)
Buku ini juga menceritakan tentang kisah enam Jendral yang dibunuh, lalu dimasukkan ke sumur di daerah Lubang buaya, diantara enam jenderal tersebut yaitu Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Soeprapto, Mayjen M.T. Haryono, Mayor Jenderal S.Parman, Jenderal D.I. Pandjaitan, Jenderal Soetojo, dan satu orang perwira yang bernama Jenderal Tendean yang di sergap dan  diculik karena para PKI mengira Lettu Tendean adalah Jenderal. A.H Nasution.
Pemaparan dan bahasa dalam buku ini mudah dipahami karena disajikan dengan gaya bercerita story telling sehingga tidak membosankan dan membangkitkan simpati dan empati para pembaca atas kejadian yang terjadi pada saat itu.
Kekuatan buku ini terletak pada penggambaran situasi detail secara naratif pada masa kejadian yang tidak hanya bersumber dari referensi teks, tetapi juga disertai wawancara penulis dengan 30 Â saksi-saksi hidup yang terdiri dari korban, kerabat, dan keluarga korban keganasan PKI di Jakarta, Solo, Ngawi, Madiun, Magetan, Ponorogo, Kediri, Blitar dan Surabaya.
Kekurangan buku ini yaitu banyaknya penggambaran adegan kekerasan yang secara gamblang diceritakan, sehingga buku ini tidak direkomendasikan bagi anak-anak, kecuali dengan bimbingan orang tua. Namun, secara keseluruhan buku ini merupakan sejarah yang suatu saat bisa kita jadikan pelajaran dan untuk menyadarkan bahayanya PKI bagi masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan generasi yang akan datang.
IDENTITAS BUKU
Judul Buku: BANJIR DARAH (Kisah Nyata Aksi PKI terhadap Kiai, Santri, dan Kaum Muslimin)
Pengarang: Anab Afifi dan Thowaf Zuharon
Penerbit: Istanbul
Tahun Terbit: Agustus 2020