Di bawah terik matahari yang memancar, Malioboro menampilkan pertunjukan siangnya yang panas dan riuh. Di pinggiran jalan yang ramai, di antara deru kendaraan dan langkah para pejalan kaki, seorang laki-laki tua duduk tenang diatas kereta kudanya. Di mata lelahnya, terpancar sorot mata yang penuh keberanian dan keikhlasan. Surjan dan blangkon yang dikenakannya merentangkan cerita jauh ke masa lampau, mengundang kita untuk bersama-sama menikmati keindahan sederhana yang terukir diatas roda kudanya.
Bapak Widar, dengan 51 tahun pengalaman menjadi kusir andong. Bukan hanya seorang kusir andong, melainkan Bapak Widar menjaga tradisi di tengah gemuruhnya modernisasi. Setiap pagi, sebelum matahari mencapai puncaknya, Bapak Widar sudah bersiap siap. Berangkat dari Imogiri Timur pada pukul 8 pagi, mengendarai kereta kudanya menempuh perjalanan sekitar 7 kilometer.
Tentang masa pengabdiannya yang panjang, Bapak Widar menganggap setiap harinya adalah petualangan yang berbeda, ada suka dan duka. Kehidupan kusir andong tidak selalu menjanjikan keuntungan. Penghasilan yang didapat Bapak Widar tergantung pada ramainya penumpang. “Kalau sedang ramai, hasilnya bisa lumayan. Tapi kalau sedang sepi, ya hanya cukup untuk makan kuda dan saya sendiri,” ucapnya dengan rendah hati.
Di atas kereta kudanya yang terus melaju, Bapak Widar melambangkan kekuatan dan kesederhanaan dalam menghadapi arus modernisasi. Setiap langkah kudanya merupakan sebuah kisah hidup yang terukir diatas jalanan Malioboro. Bapak Widar mengajak kita untuk merasakan keindahan dalam kesederhanaan dan melihat masa depan tanpa melupakan dari mana kita berasal.
Meskipun terdapat gelombang perubahan dalam dunia transportasi, Bapak Widar menyambutnya dengan lengan terbuka. Mesin bertenaga dan kendaraan-kendaraan modern lainnya tidak menggoyahkan tekadnya untuk tetap menjalankan profesi ini. “Saya tidak masalah, karena Kota Jogja merupakan kota wisata dan kota budaya. Memang kita harus beradaptasi, tetapi saya yakin adanya andong ini tetap memiliki tempat tersendiri dihati wisatawan” ujar Bapak Widar dengan mantap. (alv)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H