Mohon tunggu...
Aleeva Fawzia
Aleeva Fawzia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selamat datang ! Saya Aleeva, seorang mahasiswi yang senang berbagi cerita, pengalaman, serta pandangan hidup. Mari kita temukan keindahan dalam setiap kata dan makna di balik setiap pengalaman. Terima kasih sudah mengunjungi profil Kompasiana saya!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Tradisi di Tengah Modernisasi

29 November 2023   22:50 Diperbarui: 30 November 2023   05:47 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bawah terik matahari yang memancar, Malioboro menampilkan pertunjukan siangnya yang panas dan riuh. Di pinggiran jalan yang ramai, di antara deru kendaraan dan langkah para pejalan kaki, seorang laki-laki tua duduk tenang diatas kereta kudanya. Di mata lelahnya, terpancar sorot mata yang penuh keberanian dan keikhlasan. Surjan dan blangkon yang dikenakannya merentangkan cerita jauh ke masa lampau, mengundang kita untuk bersama-sama menikmati keindahan sederhana yang terukir diatas roda kudanya.

Bapak Widar, dengan 51 tahun pengalaman menjadi kusir andong. Bukan hanya seorang kusir andong, melainkan Bapak Widar menjaga tradisi di tengah gemuruhnya modernisasi. Setiap pagi, sebelum matahari mencapai puncaknya, Bapak Widar sudah bersiap siap. Berangkat dari Imogiri Timur pada pukul 8 pagi, mengendarai kereta kudanya menempuh perjalanan sekitar 7 kilometer.

Tentang masa pengabdiannya yang panjang, Bapak Widar menganggap setiap harinya adalah petualangan yang berbeda, ada suka dan duka. Kehidupan kusir andong tidak selalu menjanjikan keuntungan. Penghasilan yang didapat Bapak Widar tergantung pada ramainya penumpang. “Kalau sedang ramai, hasilnya bisa lumayan. Tapi kalau sedang sepi, ya hanya cukup untuk makan kuda dan saya sendiri,” ucapnya dengan rendah hati.

Di atas kereta kudanya yang terus melaju, Bapak Widar melambangkan kekuatan dan kesederhanaan dalam menghadapi arus modernisasi. Setiap langkah kudanya merupakan sebuah kisah hidup yang terukir diatas jalanan Malioboro. Bapak Widar mengajak kita untuk merasakan keindahan dalam kesederhanaan dan melihat masa depan tanpa melupakan dari mana kita berasal. 

Pangkalan Kusir Andong - Salah satu pangkalan kusir andong di Jalan Malioboro. (Sumber : dokumen pribadi)
Pangkalan Kusir Andong - Salah satu pangkalan kusir andong di Jalan Malioboro. (Sumber : dokumen pribadi)

Meskipun terdapat gelombang perubahan dalam dunia transportasi, Bapak Widar menyambutnya dengan lengan terbuka. Mesin bertenaga dan kendaraan-kendaraan modern lainnya tidak menggoyahkan tekadnya untuk tetap menjalankan profesi ini. “Saya tidak masalah, karena Kota Jogja merupakan kota wisata dan kota budaya. Memang kita harus beradaptasi, tetapi saya yakin adanya andong ini tetap memiliki tempat tersendiri dihati wisatawan” ujar Bapak Widar dengan mantap. (alv)  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun