Mohon tunggu...
Juni AP
Juni AP Mohon Tunggu... -

peneliti, buruh, pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Geografi, Geopolitik, dan Geoekonomi

3 Februari 2014   22:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:11 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam kolom Sambung Rasa di Harian Suara Merdeka (Jumat, 18/10/2013), seorang warga Semarang bertanya, “Kalau melihat masyarakat Jawa Tengah, apa keunikannya?” Menanggapi pertanyaan tersebut, Pak Ganjar Pranowo menuliskan bahwa Jawa Tengah itu bukan unik, tapi luar biasa.Wong pinterdi Indonesia sebagian besar berasal dari provinsi ini. Artinya sumber daya manusianya bagus sekali. Dari sisi geografis, Jawa Tengah itu tengahnya Jawa. Beliau menginginkan Jawa Tengah tidak sekadar menjadi tengahnya Jawa, tetapi juga tengahnya Indonesia dan bahkan tengahnya dunia. Memandang Jawa Tengah tidak hanya dari 35 kabupaten/kota, tetapi geopolitik yang strategis sehingga dapat menjadi penyokong Indonesia. Potensi yang dimiliki luar biasa. Untuk mengelola itu semua, kualitas SDM (harus) semakin ditingkatkan.

Satu hal yang sangat menarik, Pak Gubernur mengangkat isu geopolitik Jawa Tengah. Geopolitik adalah tentang perspektif, tentang bagaimana seseorang memandang dunia. Pak Gubernur memandang betapa strategisnya posisi Jawa Tengah, betapa luar biasanya sumber daya alam dan manusia provinsi ini. Beliau sangat yakin, dengan kreasi dan inovasi terus-menerus, perkembangan Jawa Tengah akan luar biasa.

Geografi dan Politik

Semua disiplin ilmu sosial pada dasarnya terkait dengan masalah “organisasi manusia”—cara di mana manusia dalam masyarakat mengorganisir diri dan lingkungannya untuk tujuan tertentu. Namun, konsep organisasi manusia merupakan sesuatu yang kompleks. Setidaknya memiliki empat dimensi: ekonomi, sosial, politik, dan spasial. Dimensi ekonomi mendefinisikan lingkup umum dari studi ekonomi; dimensi sosial adalah fokus khusus dari ilmu perilaku seperti sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial; dan dimensi politik adalah domain khusus ilmu politik. Dimensi keempat, spasial adalahconcernkhusus dari geografi.

Sebelum tahun 1940-an, para ahli terfokus pada pandangan terdahulu bahwa geografi berpengaruh pada politik. Kita mengenal geografi politik sebagai subdisiplin ilmu geografi manusia kontemporer. Geopolitik sendiri merupakan cabang eksis geografi politik, yang menganalisis cara di mana negara berhubungan satu sama lain untuk membentuk kelompok-kelompok kepentingan yang koheren dalam dunia yang semakin global. Menurut sejarah, istilah geopolitik diciptakan oleh ilmuwan Swedia, Rudolf  Kjellen (1864-1933).

Pengetahuan geografi sangat penting untuk analisis geopolitik. Geografi merupakan faktor yang paling mendasar dalam politik internasional karena menjadi sesuatu yang permanen. Geografi suatu negara—posisinya dalam suatu wilayah geografis dan dunia secara keseluruhan—memberikan peluang untuk dan memberlakukan pembatasan kepada negara tersebut. Untuk alasan itulah, geografi juga merupakan kondisi perspektif para pemimpin negara atau penguasa, dan dengan demikian mempengaruhi pengambilan keputusan dalam hal kebijakan luar negeri mereka.

Sepanjang sejarah, geografi telah mempengaruhi orientasi geopolitik negara-negara dalam mengarahkan kekuatannya, baik darat maupun laut. Lokasi berupa pulau (insular) kemungkinan besar akan mengarahkan kekuatan negaranya ke laut, sementara lokasi benua (continental) kemungkinan akan berorientasi daratan. Orientasi lautan atau daratan suatu negara tidak selalu absolut. Sebuah negara yang berorientasi daratan mungkin saja memproyeksikan kekuatan di lautan, dan sebaliknya. Sebagaimana Ratu Wilhelmina dari Jerman berusaha untuk menantang kekuatan laut Inggris di awal 1900-an sehingga terjadi konflik.

Ukuran suatu negara merupakan faktor penting agar bisa bermain dalam politik internasional. Tetapi ukuran saja tidak cukup untuk menjamin signifikansi geopolitik. Brasil, Argentina, dan Australia adalah negara-negara besar yang tidak memainkan peran penting dalam politik dunia. Sementara negara-negara yang lebih kecil seperti Inggris dan Jepang telah mengendalikan kekuatan dunia.

Posisi geografis—di mana suatu negara terletak relatif terhadap negara lain—lebih penting daripada ukuran. Menurut Francis Sempa (2002) dalamGeopolitics: from the Cold War to the 21stCentury, studi tentang sejarah dunia menunjukkan bahwa negara-negara yang terletak seluruhnya atau sebagian besar di belahan bumi utara memiliki dampak besar terhadap politik dunia. Hingga abad ke-20, politik dunia didominasi oleh negara-negara yang terletak di Eurasia, pulau-pulau lepas pantai, dan Afrika—khususnya sebelah utara gurun Sahara. Selama berabad-abad, belahan bumi Barat dan Selatan tidak lebih dari obyek kekuatan kolonial Eurasia. Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara di belahan Barat yang mampu berperan dalam politik global.

Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan suatu negara untuk memainkan peran penting di panggung dunia yaitu jumlah penduduk, ekonomi, teknologi, kekuatan militer, dan ciri pemerintahan. Namun, faktor-faktor tersebut merupakan subjek yang dapat berubah dari waktu ke waktu. Sementara, geografi adalah konstan, meskipun dampaknya bisa berubah. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dapat mengubah pengaruh jarak, topografi, dan iklim.

Geoekonomi

Dalam tata dunia baru masa kini, spesifikasi hubungan pasca-Perang Dingin antara geografi, kekuatan, dan tatanan dunia bervariasi sebagai khayalan geopolitik bersaing satu sama lain untuk membatasi “geopolitik baru”. Gearóid Ó Tuathail (1998) menuliskan dalamThinking Critically About Geopoliticsbahwa bagi sebagian orang, berakhirnya Perang Dingin telah memungkinkan munculnya tatanan geopolitik baru yang didominasi oleh pertanyaan dan isu-isu geoekonomi. Sebuah dunia di mana globalisasi kegiatan ekonomi dan arus perdagangan global, investasi, uang, dan imaji memperbaharui negara, kedaulatan, dan struktur geografis planet ini.

Klaus Solberg Søilen (2012) mendefinisikan geoekonomi sebagai studi tentang aspek keruangan, budaya, dan strategis sumber daya; dengan tujuan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Geoekonomi merupakan kelanjutan dari logika pikir geopolitik yang diterapkan pada era globalisasi. Studi ini sangat relevan dalam konteks entitas strategis yang lebih besar, seperti negara dan perusahaan multinasional, yang terus-menerus menghadapi persoalan persaingan global.

Disiplin geoekonomi berbeda dengan geopolitik dalam dua hal mendasar.Pertama, berkenaan dengan topik, terutama tidak berkaitan dengan kegiatan politik dan militer, tetapi dengan kegiatan ekonomi.Kedua, berkenaan dengan pelaku. Kegiatan terutama tidak dilakukan oleh individu yang mewakili negara-bangsa, tetapi oleh pekerja organisasi sektor swasta, yang terutama sekali loyal kepada pemilik organisasi tersebut. Geoekonomi, seperti geopolitik, dipelajari pertama-tama dengan pemikiran kepentingan negara-bangsa, atau dari perspektif makro. Hal ini membuatnya lebih kompleks daripada studi geopolitik, di mana negara itu sendiri adalah pelaku utamanya.

Teringat ide brilian Gubernur Sulawesi Utara, Sinyo Harry Sarundajang (SHS), yang dituangkan dalam buku—bersumber dari disertasinya—Geostrategi Sulawesi Utara Menuju Pintu Gerbang Indonesia di AsiaPasifik. Dalam pemikirannya, upaya membangun Sulawesi Utara sebagai salah satu Pintu Gerbang Indonesia di kawasan Asia Pasifik melalui keunggulan geostrateginya tidak dapat dilepaskan dari pembangunan NKRI secara keseluruhan. Menjadikan Sulawesi Utara sebagai Pintu Gerbang Indonesia di kawasan Asia Pasifik, tidak semata-mata hanya untuk kepentingan dan kemajuan Sulawesi Utara. Akan tetapi secara sinergis-interkoneksis sekaligus menarik dan mendorong kemajuan KTI yang cenderung mengalami ketertinggalan, serta dalam rangka memperkuat daya saing nasional dan keutuhan NKRI sebagai suatu negara kepulauan.

Berdasarkan perspektif tersebut, SHS menyusun rencana dan program strategis pembangunan ekonomi yang saling terkoneksi dan terintegrasi. Jika menelusuri konsepsi strategi, kluster, daya saing, ketahanan lokal (local resilience), pola angsa terbang (flying geese), rantai nilai global (global value chain), danroad-mapyang dituliskan; strategi pembangunan Provinsi Sulawesi Utara yang diwacanakan SHS merupakan contoh penerapan geoekonomi.

Menilik cara pandangnya, Pak Ganjar Pranowo sudah pasti memiliki data/informasi potensi sumber daya alam unggulan, potensi perdagangan, daya dukung infrastruktur, kemampuan SDM, dan tata kelola pemerintahan Provinsi Jawa Tengah. Kemudian apa keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitifnya. Saatnya memancangkan strategi membangun ketahanan lokal, mengembangkan sektor unggulan, dan meningkatkan daya saing daerah berbasis geoekonomi (bukan geopolitik). Inilah yang akan mempengaruhi kemampuan Jawa Tengah untuk memainkan peran penting di panggung nasional, kawasan, dan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun