Mohon tunggu...
Juni AP
Juni AP Mohon Tunggu... -

peneliti, buruh, pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia in den Pacific

3 Februari 2014   22:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:11 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lima November dua ribu tiga belas, tepat 123 tahun kelahiran Gerungan Saul Samuel Jacob Ratu Langie (1890-1949). Pahlawan nasional asal Minahasa, yang di dunia pergerakan dikenal dengan Sam Ratulangi. Pribumi pertama peraih gelar Doktor dari Universitas Zürich, Swiss pada tahun 1919. Sam seorang aktivis, pernah menjadi ketuaIndische Vereniging. Meskipun namanya sangat familier, namun tidak demikian dengan pemikiran besarnya. Sangat disayangkan!

Dalam bukuDemocratic Ideals and Realityyang ditulis tidak lama setelah Perang Dunia I dan masih dipengaruhi suasana perundingan damai Versailles, Halford Mackinder membuat rekomendasi stratejik secara eksplisit bagi para pemimpin politik yang menang perang. Siapa yang menguasai Eropa Timur memimpin daerah jantung(Heartland). Siapa yang menguasai daerah jantung memimpin pulau dunia(World-Island). Siapa yang menguasai pulau dunia memimpin dunia.

Alfred Mahan (1840–1914) menuliskan tentang pentingnya geografi fisik—wilayah luas dan kenampakan fisikal terkait dengan lautan—bagi pengembangan kekuatan laut untuk perluasan negara dalam kajiannyaThe Influence of Seapower Upon History(1890). Dalam bukunya yang lainThe Problem of Asia(1900), Mahan membagi Asia ke dalam tiga wilayah berdasarkan letak lintang, ciri iklim, dan dominasi kekuatan laut/daratan.

Masih ada beberapa tokoh geopolitik lain dengan pemikiran besarnya. Nicholas Spykman, geograf dari Amerika denganRimland Theory; Henry Kissinger denganPolarity of the International System; Zbigniew Brzezinski dalam bukunya yang terkenalThe Grand ChessboardmengangkatEurasia as four Regions. Kita memiliki Sam Ratulangi dengan pemikirannyaIndonesiain den Pacific. Kernproblemen van den Aziatischen Pacific.

Buku yang diterbitkan pada Juni 1937—dialihbahasakan oleh Prof. Poeradisastra dan diterbitkan kembali dengan judulIndonesiadi Pasifik. Analisa Masalah-Masalah Pokok Asia Pasifik(1982)—dibuka dengan paragraf berikut.

“Pada saat ini diketahui oleh hampir setiap orang, bahwa di Pasifik telah terbentuk sebuah kawasan politik tersendiri. Kawasan itu mengesampingkan, malah melebihi arti dunia lama Samudra Atlantik. …”

Menurut Sam, semua itu didahului oleh suatu proses pertumbuhan kekuasaan yang kuat pengaruhnya yakni perubahan nisbah modal internasional akibat PD I. Perubahan inilah yang telah menggeser kawasan Pasifik pada rencana pertama. Sebelum PD I, Samudra Atlantik dianggap lautan dunia yang dipersengketakan bagi hegemoni ketatanegaraan dan ekonomi.

PD I telah mengakibatkan perpindahan modal secara hebat. Amerika dan Jepang bukan lagi negara yang untuk keperluan uang di bidang pemerintahan maupun swasta harus mendatangi pasar uang Eropa. Selama dan karena PD I, keduanya telah menjadi negara kreditur berkat perkembangan industrinya. Inilah (sekarang) Kawasan Pasifik. Landasan kawasan ini adalah New York – Tokyo yang dihubungkan ke Nanking dan Kanton, dan meliputi seluruh Lautan Teduh yang sama sekali tak teduh-tenang lagi. Tetapi lautan ini senantiasa membuncah gemuruh karena datang dan perginya kapal-kapal niaga semua bangsa (negara) maritim, dan latihan perang armada AL Amerika, Inggris, Jepang, dan Perancis yang simpang-siur mengitari sudut barat-daya Pasifik.

Sam Ratulangi membagi kekuasaan di Asia Pasifik ke dalam empat perserangkaian: barat, timur, utara, dan selatan yang memiliki kepentingan-kepentingan di dunia. Dari selatan berdesakan tiga kepentingan masuk ke Pasifik: kepentingan Inggris, Perancis, dan Belanda. Gerbang masuk secara geografis adalah Indonesia, secara nonfisik adalah sistem kolonial. Perserangkaian Timur terbentuk oleh kepentingan Amerika. Kepentingan modal Amerika ditanam di Asia Timur. Di pihak lain, penetrasi Asia—oleh orang-orang Jepang dan Tiongkok—menjadi masalah yang penting bagi Amerika Utara dan Selatan. Perserangkaian Barat mencakup Jepang, Tiongkok, Siam, Mancukuo, dan kelak Filipina; di mana Jepang menjadi pemegang peranan. Perserangkaian ini sekaligus merupakan obyek dan subyek, terlibat secara aktif dan pasif dalam masalah Pasifik. Berpaling ke perserangkaian sebelah utara, Tsar Rusia menghendaki sebuah pelabuhan yang bebas es di Lautan Teduh dan mendesak ke selatan.

Pasifik telah menciptakan sebuah kawasan ekonomi-politik tersendiri, dengan masalahnya sendiri, yang basis dasarnya adalah Amerika dan Jepang. Bagi Asia Pasifik secara keseluruhan dapatlah disusun bagan bahwa utara bersifat industri dan secara internasional aktif, selatan bersifat pertanian dan secara internasional pasif.

Menurut Sam, arti Indonesia bagi Pasifik dan bagi ekonomi dunia pada umumnya mengandung tiga hal yang bersifat pasif.Pertama, sebagai negeri konsumen.Kedua, negeri sumber bahan mentah.Ketiga, sebagai negeri tempat penanaman modal. Negeri ini mempunyai ciri yang khas: (a) secara geografis ekonomi karena letaknya di tengah-tengah kawasan konsumsi dan produksi yang berarti bagi ekonomi dunia, Indonesia menduduki suatu posisi penentu di dalam lalu lintas ekonomi dunia; (b) secara geo-ekonomi karena tanahnya yang mengandung kekayaan bahan-bahan mentah mineral serta permukaan tanahnya yang dapat menghasilkan bahan-bahan mentah pertanian untuk ekonomi dunia; (c) secara ekonomi sosial oleh karena penduduknya yang giat bekerja sekalipun dengan suatu tingkat hidup yang rendah; massa yang enam puluh juta jiwa merupakan kelompok konsumen hasil industri yang setiap tahunnya beratus-ratus jutagulden; (d) secara iklim yakni suatu iklim tropis yang lunak dengan musim yang teratur; (e) secara keuangan dengan tiadanya modal nasional dalam negeri serta suatu kehampaan industri. Semua itu menarik perhatian dan kegiatan modal luar negeri. Akan tetapi di atas segala-galanya, negeri dan rakyatnya merupakan unsur pasif di dalam perhatian dan kegiatan internasional.

Sinyo Harry Sarundajang (2011) dalam bukunyaGeostrategi Sulawesi Utara Menuju Pintu Gerbang Indonesia di Asia Pasifikmenyatakan bahwa sesungguhnya apa yang dituliskan Sam Ratulangi—mengenai akan datang saatnya era kebangkitan Pasifik, yang ditandai munculnya negara-negara di kawasan Asia Pasifik sebagai kekuatan ekonomi-politik global—sudah tampak. Kawasan Asia pun kini tampak semakin menonjol. Negara-negara Asia anggota G-20 memiliki peran yang lebih besar dalam menyelamatkan dan membentuk kembali sistem perekonomian global, menggeser dominasi AS dan Eropa Barat. Khusus ASEAN, wilayah ini dipandang sebagai salah satu kawasan pusat pertumbuhan ekonomi baru di Asia. Meskipun secara umum perekonomian dan pertumbuhan ekonomi kawasan Pasifik terus meningkat, pertumbuhan ekonomi Indonesia belum setara dengan rerata pertumbuhan negara lain di kawasan ini. Indonesia belum mampu memanfaatkan dinamika kemajuan ekonomi kawasan Pasifik sebagaimana prediksi Sam Ratulangi.

Pandangan Mackinder tentang interaksi kekuatan besar merupakan realita abad ke-19; dan jika tatanan politik dunia statis maka akan tetap berlaku hingga hari ini. Namun demikian, seperti halnya usaha keras manusia, hubungan internasional mengalami perkembangan. Seratus tahun kemudian, pandangan dunia sudah meloncat jauh, seusang pengutamaan perang. Berbeda dengan pandangan Sam Ratulangi yang terasa masih tetap aktual hingga saat ini. Menunjukkan dirinya sebagai seorang pasifis dengan kemampuan menatap masa depan (futuristis). Bangsa Indonesia akan selalu mengenangmu, Om Sam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun