Keduanya memiliki banyak kesamaan. Sama-sama berasal dari Sulawesi Utara. Sam menjabat gubernur Sulawesi setelah negara Indonesia terbentuk. Sinyo empat kali menduduki posisi tertinggi di tingkat provinsi, dua kali menjabat (PJ) gubernur di Maluku Utara dan Maluku, serta dua periode gubernur Sulawesi Utara. Sam seorang guru, memiliki ijazahMiddelbare Onderwijs AktedariVrijeUniversiteitAmsterdam yang memberikannya wewenang mengajar di sekolah menengah bidang ilmu pasti dan alam. Sinyo seorang dosen, selain berpengalaman sebagai birokrat di Kementerian Dalam Negeri. Sam pribumi pertama yang berhak menyandang gelarDoktor der Natur-Philosophiedari Universitas Zürich, Swiss pada tahun 1919. Sementara Sinyo meraih gelar Doktor di bidang Ilmu Politik dari Universitas Gadjah Mada. Keduanya haus akan ilmu pengetahuan.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membandingkan keduanya, tetapi menarik benang merah pemikiran besar keduanya dan relevansinya kini. Ini semua dalam rangka mengenang Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (1890-1949), yang lahir di Tondano tanggal 5 November, seratus dua puluh tiga tahun yang lalu. Sam Ratulangi, pahlawan nasional dan guru bangsa dengan segala perjuangan, pengabdian, dan pemikiran besarnya. Bukan hanya cerdas, Sam juga dikenal dengan falsafahnya yang luar biasa.Sitou Timou Tumou Touartinya manusia hidup untuk memanusiakan manusia yang lain.
Seperti dikisahkan Daniel Dakhidae (2000) dalamGerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, Pijar-Pijar Bintang Kejora dari Timuryang diterbitkan Kompas dalam bukuSeribu Tahun Nusantara, sekembali ke tanah air, Sam tidak memilih berpolitik radikal. Ia memilih politik “ko” dengan menjadi anggotaVolksraadpada tahun 1927, bersama Husni Thamrin dan Soetardjo Kartohadikoesoemo. Di dalam dewan ini pula kesadaran tentang dan terutama keterlibatannya dengan masalah-masalah internasional terpupuk.
Posisinya di dalamnationale fractieDewan Rakjat mendapat tentangan keras dari kaum Belanda. Lidah kerasnya membuat Belanda tidak tahan. Sam dijebak, diadili, dan divonis empat bulan penjara. Selama menjalani hukuman penjara di Sukamiskin, Bandung; waktunya digunakan untuk merenung dan menulis buku keduanyaIndonesiain den Pacific. Kernproblemen van den Aziatischen Pacific(1937). Buku ini telah dialihbahasakan oleh S. I. Poeradisastra dan diterbitkan kembali dengan judulIndonesiadi Pasifik. Analisa Masalah-Masalah Pokok Asia Pasifikpada tahun 1982. Sayang beribu sayang, tidak dijadikan bacaan wajib bagi mereka yang sedang belajar ekonomi politik, geopolitik, geografi ekonomi, maupun ilmu sebidang.
Teori Perserangkaian
Pada tahun 1930-an telah terbentuk sebuah kawasan ekonomi-politik tersendiri di lingkungan Pasifik (de Pacific-sfeer). Kawasan ini mengesampingkan, malah melebihi arti dunia lama Samudra Atlantik, lautan dunia yang dipersengketakan bagi hegemoni ketatanegaraan dan ekonomi. Didahului oleh suatu proses pertumbuhan kekuasaan yang kuat pengaruhnya yakni perubahan nisbah modal internasional disebabkan oleh Perang Dunia I. PD I telah mengakibatkan perpindahan modal secara hebat. Amerika dan Jepang tidak lagi harus berpaling ke Eropa untuk permodalan. Mereka telah menjadi negara kreditur sebagai dampak positif perkembangan industrinya. Timbullah suasana baru dengan kemampuan sendiri untuk mengatur ekonomi-politik dunia yakni Kawasan Pasifik. Landasan kawasan ini adalah New York-Tokyo yang dihubungkan ke Nanking dan Kanton, dan meliputi seluruh Lautan Teduh yang sama sekali tak teduh-tenang lagi. Lautan ini senantiasa membuncah gemuruh karena datang dan perginya kapal-kapal niaga semua bangsa maritim; dan latihan perang armada AL Amerika, Inggris, Jepang, dan Perancis.
Sam membagi kekuasaan di Asia Pasifik ke dalam empat perserangkaian: barat, timur, utara, dan selatan yang memiliki kepentingan-kepentingan di dunia. Dari selatan berdesakan tiga kepentingan masuk ke Pasifik: kepentingan Inggris, Perancis, dan Belanda. Gerbang masuk secara geografis adalah Indonesia, sedangkan secara nonfisik (geestelijke) adalah sistem kolonial. Perserangkaian Timur terbentuk oleh kepentingan Amerika, meskipun sebenarnya seluruh benua Amerika terlibat di dalamnya. Kepentingan modal Amerika ditanam di Asia Timur. Di sisi lain, penetrasi orang-orang Jepang dan Tiongkok menjadi masalah serius bagi Amerika Utara dan Selatan. Perserangkaian Barat mencakup Jepang, Tiongkok, Siam, dan Mancukuo dan kelak Filipina; di mana Jepang menjadi pemegang peranan. Berpaling ke perserangkaian utara, Tsar Rusia menghendaki sebuah pelabuhan yang bebas es di Lautan Teduh dan mendesak ke selatan. Namun, kekalahan Rusia dari Jepang merupakan keambrukan martabat Barat di Asia Timur.
Indonesiadi Pasifik
Menurut Sam, arti Indonesia bagi Pasifik dan bagi ekonomi dunia pada umumnya mengandung tiga hal yang bersifat pasif.Pertama, sebagai negeri konsumen.Kedua, negeri sumber bahan mentah.Ketiga, sebagai negeri tempat penanaman modal. Negeri ini mempunyai ciri-ciri yang khas: (a) secara geografis ekonomi (geografo-economisch) letaknya di tengah kawasan konsumsi dan produksi yang berarti bagi ekonomi dunia, sehingga Indonesia menduduki suatu posisi penentu di dalam lalu lintas ekonomi dunia; (b) secara geo-ekonomi (geo-economisch) tanahnya mengandung kekayaan bahan-bahan mentah mineral, permukaan tanahnya menghasilkan bahan mentah pertanian untuk ekonomi dunia; (c) secara ekonomi sosial (socio-economisch) yakni penduduknya giat bekerja sekalipun dengan tingkat hidup rendah; massa yang enam puluh juta jiwa merupakan kelompok konsumen hasil industri yang setiap tahunnya beratus-ratus jutagulden; (d) secara iklim (klimatologisch) beriklim tropis yang lunak dengan musim teratur; (e) secara keuangan dengan tiadanya modal nasional dalam negeri serta suatu kehampaan industri. Semua faktor tersebut menarik perhatian dan kegiatan modal luar negeri. Akan tetapi di atas segala-galanya, negeri dan rakyatnya sendiri merupakan unsur pasif di dalam perhatian dan kegiatan internasional.
Hampir tiga perempat abad kemudian, pemikiran Sam diangkat kembali oleh Sinyo dalam bukuGeostrategi Sulawesi Utara Menuju Pintu Gerbang Indonesia di Asia Pasifik—bersumber dari disertasinya. Dengan mencermati dinamika perkembangan kekuatan politik ekonomi global saat ini, Sinyo menyatakan bahwa sesungguhnya apa yang dituliskan Sam mengenai akan datang saatnya era kebangkitan Pasifik yang ditandai munculnya negara-negara di kawasan Asia Pasifik sebagai kekuatan politik ekonomi global sudah tampak. Meskipun secara umum perekonomian dan pertumbuhan ekonomi kawasan Pasifik terus meningkat, namun pertumbuhan ekonomi Indonesia belum setara dengan rerata pertumbuhan negara-negara di kawasan ini. Indonesia belum berhasil memanfaatkan dinamika kemajuan ekonomi kawasan Pasifik. Belum berhasil menggali dan mengoptimalkan potensi internal kawasan terutama potensi keunggulan letak geografik dan geopolitik—khususnya Sulawesi Utara yang berada di bibir Pasifik—sebagaimana prediksi Sam.
Sinyo berusaha mengeksplorasi, mengetahui, dan merumuskan kembali konsepsi dasar pemikiran Sam mengenai kondisi dan posisi geografis Indonesia yang sangat prospektif di Kawasan Asia Pasifik, khususnya Sulawesi Utara dalam konteks geopolitik yang melingkupinya. Selanjutnya konsepsi dasar Sam Ratulangi tersebut dijadikan dasar dalam merumuskan strategi sebagairoad-mapbagi pembangunan Sulawesi Utara dalam rencana aksi yang harus dilakukan, serta untuk mengetahui tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikannya.
Dalam pemikiran Sinyo, upaya membangun Sulawesi Utara sebagai salah satu Pintu Gerbang Indonesia di kawasan Asia Pasifik melalui keunggulan geostrateginya tidak dapat dilepaskan dari pembangunan NKRI secara keseluruhan. Termasuk di dalamnya membangun daerah-daerah di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sebagai daerah yang merupakan satu kawasan pembangunan dengan Sulawesi Utara, dilihat dari kedekatan geografisnya. Menjadikan Sulawesi Utara sebagai Pintu Gerbang Indonesia di kawasan Asia Pasifik tidak semata-mata demi kepentingan dan kemajuan Sulawesi Utara, akan tetapi secara sinergis-interkoneksis menarik dan mendorong kemajuan KTI yang cenderung mengalami ketertinggalan. Selain itu dalam rangka memperkuat daya saing nasional dan keutuhan NKRI sebagai suatu negara kepulauan.
Geostrategi
Tidak ada yang perlu diragukan dengan karya seminal pertama. Menurut Dakhidae (2000), buku ini semata-mata dimaksudkan sebagai suatu studi untuk membuat perhitungan tentang posisi Indonesia di Pasifik. Menurut Harry Kawilarang (1999), penyajian analitis faktual dan kontekstual yang dilakukan dilengkapi referensi narasumber untuk memahami latar belakang permasalahan. Pembaca digiringnya menatap ke arah masa depan (futurologi). Penyajian cukup singkat, namun bila diuraikan lebih mendalam, maka tulisannya akan menjadi buku tebal hingga terungkap posisi letak geostrategis Indonesia dalam percaturan politik, ekonomi dan keamanan dunia.
Menjadi menarik ketika butir-butir pemikiran ekonomi-politik kawasan Pasifik dari Sam direvitalisasi menjadi geostrategi “Sam Ratulangi-an” dan diterjemahkan dalam strategi pembangunan Provinsi Sulawesi Utara oleh Sinyo. Berbekal fakta geografi dan geopolitik, meskipun Indonesia terletak di lokasi yang sangat strategis di kawasan Pasifik, namun dalam realita pembangunan nasional belum didayagunakan secara optimal. Menurut Sinyo, pembangunan sebagai geostrategi merupakan konsep kebijakan dan strategi pembangunan yang tidak hanya bermotif keuntungan secara ekonomis semata, tetapi juga yang mempunyai tujuan atau motif yang bersifat “politik-stratejik”, yaitu pembangunan yang mampu membawa kejayaan suatu negara di berbagai bidang. Artinya, dalam melakukan hubungan perdagangan internasional tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi tetapi juga membangun kekuatan, pengaruh, dan kejayaan negara.
Dari Om Sam ke Bung Sinyo lanjut ke generasi berikutnya. Semoga pemikiran besar tentang Indonesia di Pasifik terealisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H