Kelam malam rembulan tak jua menoleh
Guntur berderu menggelegar dan
Hujan terjun menggebu deras
Lalu disini kita sepasang yg berlindung
Pada sekat-sekat dinding ruangan yg beratap
Inilah rumah namun ku sebut labirin
agar kita terjebak dalam kebingungan yg menyenangkan
Kita kita dan kita
Kita adalah rumah
Rumah adalah kita
Yg diawal adalah apa yg kita mulai
Yg kita mulai adalah yg kita telusuri
Yg kita telusuri adalah penentu akhir
Yg nyata adalah akhir tak ada ujung
Dik.. perjuangan kita adalah memburu bahagia
Kita harus serakah mencipta bahagia
Menimbunnya hingga menggunung
Lalu mencuat tak tertahan meledakkan rasa syukur
Rasa yg begitu tersanjung di lubuk hati
Butir-butir embun menetes perlahan
Mentari beranjak menata cahaya
Dikamar tempat kita bercumbu
Dengan tirai yg tertutup rapat
Sepasang yg tersayup-sayup di pagi yg merona
Pagi ini kita meneguk air dari gelas yg sama
Di rumah luarbiasa ini
Diisi perkakas yg tak dipungkiri
Kadang salah letak atau usang mesti diganti
Perangai sinis yg tak perlu diruang amarah
Gelak tawa berisik diruang gelitik
atau senyum indah menghiasi dinding pipi mu
Bang..! ada ombak besar didepan
yg akan meretakkan kapal dan merobek-robek layar
Dik..! tak ada tempat berlindung
Mari kita tantang mari kita hadapi
Yakin yakin kita mesti yakin
Ini hanya sekali lalu kita perbaiki
Yakin kita mesti yakin
Setelah ini kita akan merkah dan lebih kokoh
Ah abang senang sekali huru hara
boleh aku menggeleng kepala ?
apa suami selalu begitu ?
berbicara dengan istilah,
namun solusi tak ditelaah
Sederhanakanlah bahasa mari masuk ke inti masalah
Eh eh adik ku sayang..
apa istri selalu begitu ?
tafsirnya bulat tanpa kompromi
semua dirasa buaian dan omong kosong
mari dik ku dekap janganlah ragu-ragu
Terbit dan tenggelam
Ruang waktu terus bertambah
Hampa dan gelora pun bergilir
di sebuah rumah yg tak bertangga
Begitu banyak yg harus dibina
ada semut-semut yg teratur dilantai
cicak merayap didinding
bola lampu merajuk
tagihan listrik yg meradang
kulkas berteriak kelaparan
tak jarang kompor pun merengek
Remeh temeh tak ada ujung
Malam kembali menyapa
Sepasang yg menatap langit-langit
Mencoba membicarakan permasalahan bangsa
Namun nasib mereka sendiri nelangsa
Tertunduk dijalan perjuangan yg sewajarnya
Sepasang rumah tangga
Tak perlu saksi tak perlu di puja puja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H