Mohon tunggu...
Jouna Sinaga
Jouna Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - Part time

Part time

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Perjalanan

8 Januari 2020   13:47 Diperbarui: 11 Januari 2020   22:04 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah sebuah perjalanan diawali amarah dan kedurhakaan bagi kebanyakan manusiaIni adalah sebuah diam agar kata maki tidak merajalelaIni adalah tangis yang sulit dicari alasannya
Ini sebuah pertanyaan mengapa ada sikap tidak mau tau

Waktu terus berlalu perjalanan pun semakin jauh
Tapi amarah masih meraung-raung
Berbisik kawan yg sok tau
'janganlah menderita berlarut-larut'
Tafsir saja sebagai sebuah gurau

Tanjakan dan tikungan adalah keadaan yg pas untuk perut membual hingga muntah tak berkesudah
Teh manis hangat terseduh, raga tak jadi lumpuh, pusing pun berubah menjadi teduh

Perjalanan ini adalah langkah yang terburu-buru
Sudahlah hiraukan saja
Nikmati saja setiap kilometernya dengan tidur dan kilometer selanjutnya dengan bangun menatap jendela

Tiba-tiba terhenti tanpa aba-aba, bukan karena sudah sampai
Ini menjelaskan bahwa segala hal perlu jeda
Agar perut terisi atau membuang isi perut
Waktu Jedah memang tak perlu lama 'itulah aturannya'

Lambat laun ada hal yang kurasa
Ada berbagai rupa dalam sebuah perjalanan
Ibu bersama anak
Ayah bersama anak
Dengan seorang kerabat
Dengan seorang teman
Seorang diri
Fisik yang sakit
Hati muram durja
Pikir sedikit tidak waras
Bermacam-macam itu semua, tak perlu peduli

Bapak bersama bayinya, sesekali ibunya menelepon
Tepat duduk didepan
Anak itu tertawa, merengek, menangis, tidur, makan, ganti baju apapun yg dilakukannya haru adalah yang terasa
Ah tak seharusnya
Merekalah yang diberi hak terharu terhadap pejalan sebatang kara ini

Perjalanan ini tidak sejauh yang lain
Bukan karena tidak sanggup tapi di sinilah tujuan terhenti
Hanya sampai, perjalanan tidak pernah usai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun