Mohon tunggu...
Joti RistuRahmawati
Joti RistuRahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas sarjana wiyata tamansiswa

hobi memasak,menonton film

Selanjutnya

Tutup

Financial

Konsumtif Ala Gen Z Berkedok Self Reward

7 Januari 2025   15:45 Diperbarui: 7 Januari 2025   16:01 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Generasi Z, juga dikenal sebagai Gen Z, adalah kelompok orang yang lahir antara pertengahan
1990-an dan awal 2010-an. Mereka adalah generasi yang tumbuh bersama teknologi digital
dan internet, dan mengalami berbagai perubahan sosial dan ekonomi yang sangat signifikan.
Salah satu karakteristik yang membedakan Gen Z dari generasi sebelumnya adalah perilaku
konsumtif yang lebih besar, yang sering dikaitkan dengan motivasi seperti penghargaan diri
sendiri ( Self Reward).
Self-reward mungkin terlihat sebagai cara yang sehat untuk menjaga motivasi dan
kebahagiaan bagi banyak orang. Ini adalah perilaku di mana seseorang memberi hadiah kepada
dirinya sendiri sebagai bentuk penghargaan atas pencapaian atau kesulitan yang telah mereka
lalui. Tetapi bagi Gen Z, perilaku ini sering menyebabkan pemborosan, terutama dalam hal
mengelola keuangan pribadi.Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang
perilaku Gen Z yang boros, faktor-faktor yang memengaruhinya, dan alasan psikologis yang
mendasari keputusan konsumtif mereka. Kita juga akan melihat dampak dari kebiasaan ini, dan
bagaimana cara mengelola dan mengurangi perilaku boros ini dalam kehidupan finansial
mereka.

Kenapa Gen Z Sering Boros?Untuk memahami mengapa Gen Z cenderung lebih boros, kita
harus melihat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif mereka. Beberapa
alasan utama yang mendorong perilaku konsumtif ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Media Sosial dan "FOMO"
atau ketakutan kehilangan/ ketinggalan sesuatu, adalah faktor utama yang mendorong Gen Z untuk menjadi
boros. Instagram, TikTok, YouTube, dan X adalah platform yang memungkinkan orang
melihat kehidupan orang lain dengan cara yang ideal dan glamor. Setiap hari, mereka dihiasi
dengan foto-foto kemewahan, perjalanan mewah, makanan lezat, dan gaya hidup mewah yang
seringkali sulit diakses. Fomo yang baru-baru ini terjadi yaitu boneka labubu, coklat dubai dan
masih banyak lagi.
Hal ini menyebabkan fenomena FOMO, yang berarti takut ketinggalan/kehilangan sesuatu atau
khawatir jika mereka tidak dapat mengikuti gaya hidup atau tren yang sedang populer. Gen Z
sering merasa tertekan untuk memenuhi standar sosial yang mereka lihat di media sosial, yang
menyebabkan mereka berperilaku boros sebagai cara untuk mendapatkan hadiah diri sendiri.
Mereka membeli barang atau melakukan aktivitas tertentu hanya untuk merasa diterima,
berhasil, atau "terhubung" dengan kelompok sosial yang mereka inginkan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Express menemukan bahwa sekitar 72% dari
Gen Z mengatakan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak uang untuk hal-hal yang
membuat mereka terlihat menarik di media sosial. Adanya elemen seperti posting yang
disponsori, pemasaran influencer, dan iklan yang terus-menerus mendorong mereka untuk
membeli produk terbaru.

2. Generasi yang Terpapar Krisis Ekonomi dan Kesehatan Mental: Gen Z adalah generasi
yang tumbuh di tengah berbagai krisis di seluruh dunia, seperti resesi ekonomi, ketidakpastian
pasar kerja, pandemi COVID-19, dan krisis iklim. Mereka melihat dunia yang penuh dengan
keraguan dan kesulitan. Akibatnya, banyak dari mereka lebih khawatir tentang masa depan
mereka, yang sering memengaruhi cara mereka melihat uang dan pengeluaran.
Banyak generasi Z melakukan tindakan konsumtif sebagai cara untuk mencari kenyamanan
atau melarikan diri dari tekanan dan ketidakpastian ini. Untuk merasa lebih baik atau memberi
penghargaan kepada diri sendiri atas stres yang mereka alami, orang sering membeli sesuatu
atau melakukan aktivitas untuk memberi penghargaan kepada diri mereka sendiri.
Peningkatan perilaku boros juga dikaitkan dengan peningkatan masalah kesehatan mental di
kalangan Gen Z. Data dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa
sekitar 91% generasi Z melaporkan merasa khawatir tentang sejumlah masalah, seperti
pekerjaan, perubahan iklim, dan kesehatan pribadi. Ketika mereka tidak dapat mengendalikan
kecemasan mereka dengan baik, mereka mencari cara untuk mendapatkan kepuasan jangka
pendek dengan berbelanja. Ini adalah fenomena yang disebut retail therapy, di mana belanja
menjadi cara untuk mengurangi kecemasan atau stres.

3. Kemudahan Akses ke Kredit dan Pembayaran Digital
adalah faktor utama yang mendorong perilaku boros Gen Z. Generasi ini tidak pernah tahu
dunia tanpa kartu kredit atau dompet digital seperti GoPay, Apple Pay, ShopeePay, SPayLater yang memungkinkan mereka untuk melakukan pembelian dengan cepat dan mudah tanpa
harus mengeluarkan uang tunai. Ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih
bergantung pada uang tunai atau kartu kredit. Gen Z sering merasa dapat membeli apa pun
yang mereka inginkan tanpa mempertimbangkan dampak finansial jangka panjang karena
kemudahan teknologi. Mereka juga dapat membeli barang mahal dengan cicilan karena
penawaran "buy now, pay later" (BNPL) yang semakin populer, yang seringkali membuat
mereka merasa tidak perlu menahan keinginan belanja mereka.
Namun, kemudahan ini memiliki konsekuensi yang signifikan. Karena mereka tidak dapat
mengelola pengeluaran mereka dengan bijak, banyak Gen Z akhirnya terjebak dalam utang.
Pengeluaran mereka terus meningkat bahkan melebihi kemampuan mereka jika tidak ada
pengelolaan anggaran yang baik.

Kepuasan Diri & Perilaku Konsumtif: Keseimbangan antara Kebutuhan dan Keinginan

1. Pencarian Pengakuan dan Kepuasan Diri
Generasi Z sering merasa perlu untuk menunjukkan pengakuan diri melalui pencapaian
material. Mereka sebagian besar berperilaku boros karena mereka ingin dihargai dan dilihat
sebagai orang yang sukses dan bergaya. Oleh karena itu, penghargaan diri seringkali diartikan
sebagai pembelian barang-barang mahal seperti pakaian merek terkenal, perangkat elektronik
terbaru, atau aksesori yang sedang booming. Dengan budaya gratification instan yang
berkembang di dunia internet, kebiasaan ini semakin memburuk. Gen Z cepat mendapatkan
apa pun, termasuk informasi, hiburan, atau bahkan produk yang mereka inginkan. Hal ini
memengaruhi cara mereka mengeluarkan uang; mereka lebih suka membeli sesuatu untuk
kepuasan jangka pendek daripada mempertimbangkan manfaat atau dampak finansialnya dalam jangka panjang.

2. Kebutuhan untuk Merasakan Kontrol bagi Hidup Mereka:
Gen Z sering khawatir tentang masa depan, tetapi mereka juga sangat peduli dengan bagaimana
mereka dapat mengendalikan hidup mereka. Kontrol atas barang yang mereka beli adalah salah
satu cara mereka mencoba mengatasi perasaan tidak berdaya. Pengeluaran menjadi cara untuk
menunjukkan bahwa Anda memiliki otoritas dan kemandirian. Membeli sesuatu mungkin
menjadi cara untuk mendapatkan sedikit kontrol dalam dunia yang tidak pasti. Sebagai contoh,
menghabiskan uang untuk kegiatan tertentu atau membeli barang tertentu dapat menumbuhkan
rasa percaya diri atau bahkan rasa kepemilikan terhadap suatu status sosial tertentu. Banyak
Gen Z menggunakan self-reward sebagai cara untuk mengakui kerja keras mereka atau
mengatasi frustrasi atau kegagalan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengimbangi perasaan
ini, orang mengeluarkan banyak uang.

3.Peran Influencer dan Brand produk dalam Meningkatkan Konsumtivitas:
Pengaruh influencer media sosial pada perilaku Gen Z sangat signifikan. Influencer sering
mempromosikan barang-barang tertentu, menimbulkan rasa urgensi dan keinginan untuk
memiliki produk tersebut agar terlihat lebih keren atau eksklusif. Banyak Gen Z percaya bahwa
membeli barang yang sama dengan influencer favorit mereka akan memberi mereka pengakuan
sosial dan membuat mereka merasa lebih terhubung dengan komunitas mereka.
Konsumen menginginkan merek melalui strategi pemasaran yang efektif. Banyak perusahaan
yang berhasil menarik perhatian Gen Z dengan iklan yang emosional, visual yang menarik, dan
ajakan untuk membeli barang sekarang juga.

Dampak dari Perilaku Boros Gen Z
1. Masalah Keuangan Pribadi:
Banyak Gen Z mengalami kesulitan mengelola anggaran mereka, yang mengakibatkan utang
yang terus meningkat. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi kemampuan mereka
untuk merencanakan keuangan keluarga, membeli rumah, menabung untuk pensiun, dll.

2. Kesehatan Mental ( mental health)
Perilaku boros yang tidak terkontrol dapat berdampak pada kesehatan mental karena
menambah beban emosional dan finansial. Banyak Gen Z tertekan dan khawatir tentang masa
depan mereka ketika pengeluaran tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Stres finansial ini
dapat menyebabkan gangguan tidur, depresi, dan kecemasan. Sebagai hasil dari survei yang
dilakukan oleh American Psychological Association (APA), sekitar 75% orang yang
mengalami stres finansial melaporkan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.
Selain itu, perasaan tidak puas dan perbandingan sosial yang tidak menyenangkan seringkali
disebabkan oleh tekanan untuk mengikuti tren atau memenuhi standar tertentu dalam
kehidupan digital. Gen Z telah terbiasa dengan tekanan sosial dan budaya konsumtif media
sosial. Akibatnya, mereka sering menghadapi kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa
mereka tidak memiliki uang. Hal ini menyebabkan mereka merasa lebih tertekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun