Teringat pada saat belasan tahun lalu, saat pertama kali diterima bekerja. Ada kegembiraan berlebihan yang meluap-luap. Mendapatkan pekerjaan bukan hal mudah saat itu. Kami lulus SMK saat negeri tercinta sedang dilanda krisis moneter di tahun 1998. Apa pun lowongan pekerjaan yang ada di surat khabar dan mendekati dengan latar belakang sekolah saya lamar. Tahun 1999, setelah melewati berbagai tes, saya di terima bekerja. Saya lulusan SMK jurusan Elektronika dan diterima sebagai mekanik magang. Masih dengan kegembiraan yang meluap-luap, satu bulan setelah diterima bekerja saya mendapatkan gaji pertama. Gaji pertama! Alangkah membahagiakan hari itu. Hari dimana saya mendapatkan gaji pertama. Gaji saat itu tidak lebih dari 250 ribu. Dan saya tidak sama sekali merasa kekurangan dengan nilai tersebut. Semakin bulan berganti tahun gaji saya bertambah. Semakin besar gaji saya semakin merasa kekurangan saya. Saya tidak tahu ada apa ini. Saya tampaknya telah dikendalikan oleh pikiran melihat ke atas. Apakah saya salah selalu melihat kenyamanan orang lain yang memiliki penghasilan lebih dari saya? Sungguh saya bukan orang yang pandai bersyukur. Ada banyak kenikmatan yang telah saya terima dari Tuhan. Saya bernafas dengan udara yang gratis. Saya minum dengan air yang tersedia (yang ini tidak lagi gratis). Dan sampai saat ini saya mendapatkan penghasilan yang terus meningkat. Akan tetapi saya merasa kekurangan. Ada apa ini? Bagaimana kah caranya bersyukur? Sebagai apa pun kita bila kita selalu merasa kekurangan dengan hasil yang kita terima. Tengok kembali ke bawah. Tengok kembali masa lalu. Tengok orang di sekitar kita. Nilai dari sebuah hasil (uang) tidak berbatas, bahkan sebuah Negara pun bisa jadi selalu merasa miskin meski memiliki hasil alam yang melimpah. Baik, satu hal yang perlu diingat penghasilan adalah hasil jerih payah kita yang diberikan oleh Tuhan melalui perusahaan tempat bekerja atau pelanggan bila usaha sendiri (skala kecil atau pun besar sama). Kita adalah orang yang dapat membuat penghasilan kita menjadi besar namun bergantung pula dengan apa yang diberikan oleh perusahaan atau pelanggan. Sedangkan untuk penghasilan yang kita miliki adalah dalam kendali kita sendiri untuk mengeluarkannya. Ada banyak dagangan di sekitar kita. Semuanya selalu berusaha memperebutkan uang kita. Sekali lagi ingat kita tidak memiliki kendali sepenuhnya terhadap apa yang kita dapatkan. Akan tetapi, kita memiliki kendali penuh terhadap pengeluaran pendapatan kita. Membuat sebuah anggaran pengeluaran bulanan akan dapat membantu merencanakan pengeluaran dan memahami kemampuan taraf hidup yang dapat dijalani. Buat rencana pengeluaran, bila dirasa tidak mencukupi, buat pilihan kedua dengan menunda pembelian (buat tujuan keuangan jangka pendek, menengah dan panjang) atau mengambil barang dengan harga lebih rendah namun mutu yang sama. Kebiasaan kita yang berbelanja saat melihat barang bagus, kurangi perlahan. Kita adalah kendali. Ingat anggaran yang kita buat. Dengan membuat anggaran kita dapat mengenali dimana titik keborosan kita sendiri. Bila sudah mengenalinya, kita dapat mencari cara untuk mengendalikannya. Dengan mengendalikan pengeluaran mudah-mudahan kita bisa menjadi hamba yang lebih bersyukur. Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H