Mohon tunggu...
Josua Manurung
Josua Manurung Mohon Tunggu... profesional -

It is not enough to be very good, if you have the ability to be GREAT! BIG GBU!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuan Tanah Merah

19 Januari 2012   16:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:40 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tuan tanah merah...
engkau selalu ingatkan aku...
manusia boleh berusaha
sekuat tenaga...
tapi TUHAN...
Sang Penentu Segala...

tuan tanah merah
jangan plesetkan aku....
ketika melaju bersama kuda besi
di atas aspal licin...
karena hujan tak henti...
keringkan badanmu....
menjadi kerikil dan batu merah
bergumpal di atas aspal...
dan jalan-jalan beton...

tuan tanah merah...
gumpalanmu akan diraih
oleh tangan-tangan manusia...
entah ku kenal atau tidak...
satu per satu akan melemparmu
di atasku...
ketika aku ada di dalam peti...
dingin, gelap, sendiri, mati...
entah berapa yang menangis...
entah berapa yang tertawa...
entah mereka kehilangan...
atau malah lega...
setelah aku tidak ada...
kuharap nanti aku punya...
banyak teman...
dibanding lawan...
banyak air mata terjatuh...
daripada tawa tertahan...
ahh... sedemikian lama hidup...
masakan aku lupa...
untuk layani sesama
dan TUHAN lebih sungguh...
kiranya TUHAN melihat hatiku...
tapi pun begitu...
hatiku, ginjalku, jantungku...
akan habis dimakan
oleh ulat, cacing dan belatung...
karena merekalah temanmu...
tuan tanah merah...

tuan tanah merah...
ingatkan aku selalu...
untuk mengampuni...
jika ingin diampuniNya...
untuk selalu melepas Berkat...
daripada mengutuki sesama...
untuk menumpuk kasih...
daripada harta yang kan lenyap
untuk rela memberi dan berbagi
daripada memakan sendiri...
dan berakhir di toilet...

tuan tanah merah...
kau boleh makan dagingku...
tapi nyawaku bukan milikmu...
rohku akan kembali kepadaNya...
untuk memuji dan muliakan DIA...
di atas sana...
bersama Selaksa Malaikat...
dan Orang Kudusnya...
bukan karena kebaikan...
saleh dan pahalaku...
tapi karena Anak Manusia...
yang mati tertikam
di atas kayu salib golgota
yang sudah korbankan Nyawa...
bayar harga pengorbanan
untuk semua dosa-dosaku
sehingga neraka jahanam...
takkan menjadi bagianku...
karena Anak itu akan bela aku
di hadapan Bapa...
di Tahta Pengadilan Terakhir...

tuan tanah merah...
terima kasih..
untuk selalu ingatkanku...
maut...
di mana sengatmu?

@jm201010.2050
BIG GBU!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun