Mohon tunggu...
Josua Chrysto Anugrah Tamba
Josua Chrysto Anugrah Tamba Mohon Tunggu... Petani - Josua Tamba

Nama : Josua C. A Tamba TTL : Gunung Tua, 13 April 2000 Agama : Kristen Protestan Pendidikan : Politeknik Pembangunan Pertanian Medan

Selanjutnya

Tutup

Money

Industri Sawit 4.0 Siap Menjadi Energi Alternatif yang Ramah Lingkungan

19 September 2019   20:33 Diperbarui: 19 September 2019   20:41 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
backgrounddownload.com

Misalnya, dengan meminimalkan penggunaan bahan bakar fosil atau lebih baik lagi, menjauhi penggunaannya. Merujuk buku terbitan Springer yang ditulis oleh Lee Keat Teong, seorang profesesor dari Universitas Sain Malaysia dan mahasiswa program doktoral Universitas Sain Malaysia, Cynthia Ofori-Boateng, bakal membeberkan secara detil mengenai energi berbasis biomassa sawit. Termasuk nilai tambah dari produk biomassa sawit lainnya.

Dorongan penggunaan sumber energi terbarukan semakin digenjot, terlebih sumber energi tersebut diyakini lebih ramah lingungan dan pasokannya lebih berekelanjutan, dibandingkan sumber energi berbasis fosil.

Sebetulnya bahan baku untuk mendapatan energi ramah lingkungan untuk saat ini beragam macamnya, didukung dengan teknologi renewable resources yang terus berkembang. Seperti energi yang berasal dari biomassa sawit.Dalam sebuah penelitian, biomassa sawit hingga saat ini belum begitu maksimal dimanfaatkan, padahal jumlah biomassa sawit yang dihasilkan perkebunan kelapa sawit di dunia sangat begitu besar.

Jika saja sumber energi ini bisa dimanfaatkan secara maksimal, maka suplai energi terbarukan bakal terus bertambah. Kondisi demikian sesuai dengan tujuan utama dari produksi berkelanjutan, yang berupaya mengefektifkan penggunaan sumberdaya lewat ekstraksi materi guna penggunaan energi yang ekonomis, sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan. 

Sekarang tahun 2019, Target SDGs diagendakan sampai tahun 2030, artinya Indonesia memiliki waktu 11 tahun lagi untuk mencapainya. jika dipikir-pikir ini adalah waktu yang sangat lama. Tapi sebenarnya tidak.  

Agenda pembangunan 2030 yang ambisus berarti kita tidak boleh kehilangan waktu. Industri kelapa sawit dan hilirisasinya harus terus digenjot dan dilakukan inovasi-inovasi dan aturan ketat yang dapat mengatur jalannya pembangunan ini. Oleh karena itu pergerakan harus segera dilakukan mulai dari sekarang untuk memberikan hasil yang optimal pada waktunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun