Melihat kasus penyebaran Covid-19, imajinasi saya melayang jauh seolah mengejar cakrawala. Pertanyanyaan besar yang muncul dalam diri saya adalah:
1. Mengapa penyebarannya begitu masif dan cepat?
2. Mengapa bisa jauh lebih hebat dari SARS dan MERS-CoV yang satu keluarga?
3. Â Apakah ada agen yang sengaja menularkan?
4. Lalu siapa?
Pikiran saya pulang pergi dari otak ke cakrawala lalu kembali, begitu terus, karena 4 pertanyaan itu. Tapi jauh dibalik itu, nurani saya mengarahkan untuk berpikir bagaimana memenangi pertempuran dengan virus ini terlebih dahulu, ketimbang memikirkan ke 4 pertanyaan yang aneh itu. Lalu muncul ide aneh lain dipikiran saya, seolah ada bohlam menyala namun tanpa selubung kaca. Terang namun berbahaya bila disentuh.
Untung saja pemerintah tidak menerapkan lockdown, karena pasti akan meruntuhkan ekonomi nasional. Bagaimana PSBB? Menurut opini saya pribadi, ini adalah aturan aneh yang lucu. Memang negeri ini penuh dengan sandiwara humor namun tidak membuat tertawa. Terlebih kemarin kita telah mendengarkan penjelasan rinci tentang perbedaan antara Mudik dan Pulang Kampung dari Bapak Presiden. Sekarang di tiap perbatasan daerah dijaga ketat. Di dirikan pos-pos pemeriksaan yang diisi oleh anggota TNI, POLRI, dan Satpol PP. Yang mudik disuruh putar balik, yg pulang kampung dipersilahkan melanjutkan perjalanan. Sedangkan kereta api dan bandar udara masih beroprasi. Mari tersenyum bersama-sama.Â
Seandainya pos itu ada di tiap kecamatan, di awaki oleh petugas medis dengan perlatan medis yang lengkap, tentu saya tidak akan meng-upload tulisan ini. Tapi jiwa kritis saya meronta melihat pemandangan ini.Â
"Musuh kita ini virus, bukan penjahat dengan kendaraan bermotor, bung!"
"Virus ini gak paham alasan mudik, pulang kampung, atau transportasi apa. Kalau dia nyaman ya hinggap!"
Seharusnya pemerintah juga jujur bahwa desinfektan atau handsanitizer tidak membunuh virus. Karena seingat saya waktu dulu di bangku SD, virus itu berbeda dari bakteri. Bakteri bisa mati, sedangkan virus tidak. Kalau dilihat dengan teliti, saya pribadi mendapati ada instansi tertentu yang overacting. Padahal mereka sadar bahwa itu bukan kapasitasnya.
"Lalu bagaimana?"
Kembali pikiran saya meluncur seperti meteor. Kemudian kembali dan merasuk ke jantung dengan membawa beberapa gagasan. Â Menurut opini saya, yang tidak perlu didengar dengan serius karena saya hanya seorang yang imajiner, ada beberapa langkah yang sepertinya efektif untuk memutus penyebaran covid-19 ini.
Yang pertama, kita memiliki insan intelijen yang mumpuni di setiap Matra Angkatan, Polri, BAIS TNI, dan BIN. Dan kita tau mereka tersebar di tiap-tiap daerah dengan konsentrasi tertentu. Saya membayangkan bila virus ini ditangani seperti menangani terorisme atau radikalisme. Dengan teori pengembangan dan pendalaman.Â
Contoh, ada 1 orang dinyatakan positif sebut saja 01. Kemudian insan intelijen ini bergerak untuk mendeteksi siapa saja yang telah kontak fisik dengan 01. Ternyata didapat ada 15 orang. Maka seharusnya langsung dikarantina, bukan menunggu positif dulu baru karantina.  Selanjutnya dari 15 orang ini di introgasi lagi siapa saja yang telah kontak fisik dengan mereka, dan didapati ada 70 orang lalu langsung karantina. Kembali ke 01, di teliti lagi sebelumnya berkomunikasi dengan siapa, dimana, dan kapan. Dari range waktu antara 01 dengan agen penular ini dapat ditarik kemungkinan orang yang telah kontak fisik dengan jaring dibawah si 01 ini. Bila demikian, tidak ada lagi istilah jaring terputus dalam penularan virus ini. Masuk akal tidak?
Kedua, lanjutkan kembali aktifitas seperti biasa. Karena kita sudah memiliki organisasi yang kompeten untuk mengatasi ini. Jangan sampai teori konspirasi mengenai virus ini terbukti, dan ekonomi nasional benar-benar hancur. Sekarang mari kita resapi, apa sih sebenarnya PSBB ini? Tiap aturan yang dikeluarkan pemerintah harus diukur dan dievaluasi besar mana presentasi keberhasilan dan kegagalannya. Bila tidak berfungsi, untuk apa diterapkan? Supaya terlihat kerja padahal tidak bekerja? Sudahlah. Lebih baik menurut saya PSBB ini dihentikan. Mari tersenyum bersama-sama.
Yang ketiga? Ingin saya sampaikan tapi saya enggan. Cukup menjadi konsumsi angan-angan saya. Namun jika suatu saat opini saya ini dilaksanakan atau diadopsi pemerintah, kompasiana.com menjadi saksi bahwa khayalan saya adalah ilusi yang tak biasa, karena Aku Adalah Meteor.Â
Terlepas dari segala hal, ini hanyalah khayalan saya, yang berasal dari alam imajinasi saya. Jadi pembaca tidak perlu terlalu serius bahkan diambil hati. Pun tidak bermaksud untuk menyalahkan pemerintah. Saya mengkritik namun memberi solusi. Bukan memprotes belaka tanpa memberi jalan keluar. Sejauh ini saya tetap mengapresiasi dan memberi penghargaan setinggi-tingginya bagi semua pihak yang telah bekerja sama dengan Pemerintah. Tapi saya lebih mengapresiasi jika resolusi saya ini terealisasi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H