Mohon tunggu...
Josua Pardede
Josua Pardede Mohon Tunggu... Bankir - Chief Economist - PermataBank

Mathematician who becomes an economist.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Review Neraca Transaksi Berjalan 2Q22

7 September 2022   08:15 Diperbarui: 7 September 2022   08:22 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Neraca transaksi berjalan pada 2Q22 kembali tercatat surplus $3,85miliar (1,14% terhadap PDB) meningkat dari surplus $407 juta (0,13% terhadap PDB) pada kuartal sebelumnya. Peningkatan surplus transaksi berjalan tersebut peningkatan suplus neraca barang dan neraca pendapatan sekunder meskipun defisit neraca jasa dan pendapatan primer cenderung meningkat. 

Sementara itu, di sisi neraca modal dan keuangan masih tercatat defisit $1,08miliar dari kuartal sebelumnya yang tercatat defisit $2,13 miliar. Penurunan defisit transaksi keuangan dipengaruhi oleh penurunan defisit investasi portofolio meskipun demikian, surplus investasi langsung cenderung menurun pada kuartal II-2022 yang lalu. 

Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada 2Q22 tercatat surplus $2,39 miliar dari kuartal sebelumnya yang tercatat defisit $1,82 miliar. Secara umum peningkatan surplus transaksi berjalan ditopang oleh peningkatan kinerja ekspor non-migas sejalan dengan tren kenaikan harga komoditas ekspor. 

Sementara itu, disisi peningkatan impor non-migas cenderung masih terbatas sekalipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022 tercatat 5,44%yoy, dimana kontribusi net ekspor terhadap PDB yang juga meningkat. 

Meskipun transaksi berjalan tercatat surplus dari 3Q21 hingga 2Q22, namun kedepannya akan berpotensi menurun atau bahkan kembali tercatat defisit mempertimbangkan ekspektasi penurunan harga komoditas global sejalan dengan normalisasi sisi supply dan penurunan sisi demand (perlambatan ekonomi global). 

Oleh sebab itu, kinerja ekspor kedepannya tidak bisa mengandalkan selamanya pada komoditas mentah (CPO dan batubara) yang artinya perlu ada peningkatan nilai tambah ekspor seperti hilirisasi komoditas ekspor yang akan mendorong sustainability dari surplus transaksi berjalan. 

Meskipun demikian, surplus neraca transaksi berjalan tersebut akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah di tengah masih tingginya risiko global.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun