Mohon tunggu...
Josua Holong Munthe
Josua Holong Munthe Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Saya adalah seseorang yang tertarik mengikuti isu-isu ekonomi dan sosial-politik. Saya membuat tulisan sebagai respons saya dalam mengkritisi suatu isu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cicak Tanpa Ekor

24 Januari 2025   21:10 Diperbarui: 24 Januari 2025   21:08 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Cicak (Sumber : Tribune Online)

Alkisah, di sebuah rumah, hiduplah seekor cicak yang sering merayap di dinding rumah itu. Pada suatu waktu, seekor semut melihat cicak itu sedang berhadapan dengan seekor burung murai yang lepas milik tetangga pemilik rumah. Semut itu memperhatikan dengan seksama cicak itu karena si semut tahu bahwa cicak itu sedang berhadapan dengan ajalnya. Namun, sesuatu mengejutkan semut itu. Ekor dari cicak itu tiba-tiba terlepas dan pada saat yang sama cicak itu langsung kabur. Burung murai yang berada di depannya pun ikut bingung sambil mematok-matok ekor yang sedang menggeliat itu.

Selang beberapa waktu kemudian, cicak itu bertemu dengan sang semut dalam keadaan ekor cicak itu sudah putus. "Hey cicak, bagaimana bisa tadi ekormu itu terputus? Apa yang kau lakukan dengan ekormu itu?", ucap si semut kepada si cicak. "Oh tentu saja bisa, aku bisa melepaskan ekorku untuk mengalihkan perhatian dari predator, toh ekorku nantinya akan mulai tumbuh lagi minggu depan". Sang semut kemudian akhirnya memahami dengan cara beradaptasi yang dimiliki si cicak.

Seminggu kemudian, si semut melihat si cicak sedang berhadapan dengan seekor predator lagi, tetapi kali ini lawannya adalah seekor kucing yang ukurannya berbeda jauh dengan sang cicak. Pada kali ini, si semut merasa bahwa ia sudah tau apa yang akan dilakukan si cicak untuk mengelabui si kucing. Si semut salah berpikir bahwa dikira si kucing akan terkelabui. Kucing merupakan hewan yang sangat peka dengan apa yang dihadapi. Ketika si cicak itu melepaskan ekornya, sontak si kucing langsung menginjak sambil memainkan ekor si cicak yang terlepas itu. Momen itu juga dipakai si cicak untuk kabur dari si kucing. Sayangnya, kucing itu langsung mengejar cicak itu dengan cepat dan langsung mengigit kepalanya sampai putus.

Ketika semut itu masih melihat kejadian itu, ia kemudian menunggu untuk cicak itu langsung kabur lagi, namun yang ia lihat hanyalah badan cicak itu yang sedang terdiam. Setelah kucing itu pergi, si semut langsung menghampiri badan cicak yang masih tertinggal tanpa kepala. Si semut memanggil-manggil cicak dan berusaha menggerakan badannya, tetapi semua usahanya sia-sia sampai akhirnya si semut menyadari bahwa si cicak sudah mati.

"Kita Harus Menjadi Kepala, Bukan Ekor"

Kepala si cicak ibarat ekor, badan si cicak ibarat kelompok, ekor si cicak ibarat anggota kelompok

Apa itu kepala dan apa itu ekor dalam kehidupan manusia? Di dunia ini, kepala diibaratkan sebagai pemimpin dan ekor sebagai pengikut karena ekor selalu mengikuti arahan dari kepala. Dalam kelompok-kelompok yang terbentuk di kumpulan masyarakat, seringkali ada pemimpin yang memimpin kelompok itu. Pemimpin yang merupakan kepala dari kelompok sebagai badan kelompok itu. Berdirinya suatu kelompok itu memang dikarenakan dari adanya anggota-anggota kelompok itu. Namun, keutuhan dari kelompok (badan) itu sangatlah bergantung dari sang pemimpin yang merupakan kepala dari kelompok itu. Hilangnya beberapa anggota (ekor) tidak selalu berpengaruh pada keutuhan kelompok (badan) itu. Namun, kepala yang baik pasti juga bisa mempertahankan ekornya sendiri. Yang paling penting adalah supaya kepala itu bisa mengambil keputusan terbaik untuk keseluruhan tubuhnya entah itu dengan harus membiarkan ekor terputus atau tidak.

"Kualitas Pikiranmu Menentukan Kualitas Kehidupanmu"

Analogi ini juga dapat digunakan dalam tubuh seorang manusia. Kepala manusia terdiri dari otak yang mengatur seluruh organ dalam tubuh manusia. Organ lain dalam diri manusia bergantung dari kualitas otak yang berada di kepala manusia itu sendiri. Kontrol penuh dari organ tubuh kita dipegang oleh pikiran kita sendiri. Bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berkata sangat memengaruhi tubuh dari orang itu secara sadar maupun tidak sadar. Pikiran kita menentukan kualitas hidup dan kesehatan dari diri kita sendiri. Itulah sebabnya dalam bidang kesehatan, kita selalu dianjurkan untuk berpikir positif karena hal itu sangat memengaruhi kesehatan kita.

Menjadi sebuah kepala tidak harus langsung selalu memimpin banyak orang, bisa dimulai dari memimpin diri sendiri. Pohon beringin yang berdiri tegak tidak tumbuh langsung besar dalam satu malam, awalnya juga merupakan dari biji kecil.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun