Gejala fanatisme dan ektremisme
Gejala fanatisme dan ektremisme merupakan penghalang bagi terbentuknya masyarakat yang pluralis. Gejala ini ditandai dengan adanya kecenderungan pemutlakan yang mengarah pada dogmatisasi pengetahuan dengan menyingkirkan ciri antropoligis yang intrinsik pada tindakan mengetahui itu sendiri. Untuk membuka peluang bagi dialog antara sains, filsafat dan agama perlu memperhitungkan ciri antropologis pengetahuan.
Ada tiga alasan mengapa kosmologi perlu diperhitungkan untuk menjelaskan bagaimana sains, filsafat dan agama harus berdialog sehingga tidak terjebak dalam dogmatisme. Pertama, kosmologi merupakan ilmu yang mencoba untuk menjawab asal-usul manusia.Â
Dalam hal ini filsafat dan agama juga melakukan hal yang serupa. Kedua, kosmologi adalah bidang ilmu yang terletak diperbatasan, karena dapat menggunakan data dan pendekatan beragam bidang ilmu tanpa terkendala batas-batas metodologis.Â
Hal ini dapat membuka peluang bagi pendekatan multidisiplin atau lintas disiplin, serta transdisiplin untuk masalah-masalah mendasar yang penafsirannya berkaitan dengan beragam bidang pengalaman manusia. Ketiga, kosmologi adalah sains yang unik, karena alam semestra itu sendiri unik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H