BIOLOGICAL EVOLUTION AND THE THREAT OF HUMAN EXTINCTIONÂ
"Ronald Arulangi"
Akibat pengaruh filsafat pencerahan dan perkembangan sains oleh agama di Eropa merupakan sebagai ancaman sekularisme, sehingga sampai abad ke-21 orang masih melihat keunggulan sains. Oleh karena ini para pakar-pakar teologi dan sains mencoba menjembatani Sains dan Agama sehingga menghasilkan salah satu karya bertema sains dan agama.Â
Dari pemikiran G. L. Murphy dengan artikelnya "Kosmologi, Evolusi, dan Bioteknologi" menunjukan tidak melulu bertentangan tetapi sains dan agama dapat terjadi hubungan yang saling dialogis dan integrasi. Sehingga dari tiga tentangan yang diungkapkan Murphy yakni pertama penjelasan-penjelasan ilmu mutakhir tentang alam menyebabkan penjelasan religious menjadi tidak relevan, kedua penderitaan dan kepunahan spesies pada sejarah panjang evolusi bio-organisme mengancam ide tentang Allah Pencipta yang penuh kasih, ketiga kemajuan teknologi genetika meningkatkan kemampuan manusia terkait kodratnya yang memicu peninjauan ulang etika kemanusiaan dan mendesak etika mumpuni menanggapi kemajuan. Sehingga tujuan ini menyoroti dugaan imajinatif terhadap bagaimana menjalani hidup yang baik pada masa sekarang dan yang akan datang. Sehingga dapat dilihat bahwa menyoroti variasi-variasi posisi hubungan (tipologi) sains dan agam terhadap konflik, independensi, dialog, dan integrasi.
Terhadap masalah yang terjadi pada evolusi di zaman modern juga para penulis-penulis Alkitab tidak menuliskan teorinya yang dimana adanya fenomena-fenomena alam terkait virus yang terjadi (misalnya: virus tetelo yang dianggap tabelutto atau pontiana oleh orang Toraja-Mamasa. Sehingga hal ini memberikan gambaran bahwa "mekanisme" kerja alam dan Alkitab dan pemahaman masyarakat tradisional adalah sains juga, hanya saja "sains purba". Maka para penulis Alkitab ada dalam keterbatasan teknologi dan sains dalam zamannya. Sehingga hal ini membawa pada perubahan paradigma yang dipopulerkan oleh Thomas Kuhn (sains) dan Hans Kung (teologi) sehingga menemukan paradigma yang cocok yaitu "zaman now" daripada harus meneruskan kekuatiran. Akibatnya Murphy tidak menjawab terhadap peranan Allah di balik kepunahan spesies tertentu terkait kasih-Nya, namun Ia menyoroti bahwa sikap manusia seolah "menolak punah" dengan mengembangkan teknologi rekayasa genetika.
Begitu juga pada narasi dalam trilogi the planet of the Apes di dalamnya terkandung unsur-unsur pemahaman yang menyurupai narasi pemikir terhadap bagaimana kehidupan manusia dengan menyertai atau menyurupai unsur-unsur teologis terkait dogma gereja maupun perjuangan manusia melawan maut dan penderitaannya.Â
Masalah yang diungkapkan dalam trilogi tersebut pertama "Rise of the planet of the Apes" dimana menceritakan pencurian simpanse secara besar-besaran dan di degradasi otak kepada manusia (disebut Menara Lukas) yang di padukan dengan legenda teka-teki candi India bila mana itu di selesaikan dunia akan kiamat, sehingga pada akhirnya bumi menjadi planet di mana kera menjadi "puncak evolusi", kedua "Dawn of the Planet of the Apes" mengatakan bahwa mitos di balik Menara Lukas tentang kiamat sekarang agak relevan karena kemenangan kera terhadap manusia semakin menegaskan fajar baru bagi dominasi kera, ketiga "War for the Planet of the Apes" yang di mana pada akhirnya kemenangan manusia terhadap perang melawan kera akhirnya di kalahkan oleh kepunahan manusia tinggal satu gadis bisu yang tersisa tetapi dari sini perlu digarisbawahi bahwa kepunahan manusia dalam trilogi ini juga berartu degradasi dominasi manusia atas bumi, bukan lagi puncak dari rantai makanan dan bukan lagi "sapiens". Sehingga dari trilogi dapat di lihat memiliki perspektif etisnya bahwa manusia modern adalah manusia yang selalu berjuang mengatasi kepunahan spesiesnya (manusia berjuang mengatasi penderitaan, kefanaan, atau menunda kematiannya).
Sehingga diperhadapkan dengan Teologi Salib dan ancaman kepunahan manusia, Harari meragukan bahwa Homo sapiens akan ada seribu tahun dari sekarang. Tetapi dari pemahaman kebudayaan dan Agama Asia cenderung memandang penciptaan dan pemeliharaan Allah dalam refleksi yang menekankan harmoni (prinsip Yin dan Yang) dan dalam Perjanjian Lama (PL) Mazmur 74, 89, dan 148 semuanya dilihat sebagai subjek dalam sebuah sistem yang berpadu harmonis, sehingga baik berkat dan bencana keduanya adalah karya Allah. Jadi manusia dapat punah pada waktunya, tetapi kepunahan manusia tidak mengancam ide tentang Allah yang penuh kasih. Kasih Allah itu mesti dilihat dalam pemeliharaan-Nya terhadap keterbatasan ciptaan-Nya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H